Tampilkan postingan dengan label flashback. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label flashback. Tampilkan semua postingan

Selasa, April 27, 2021

227 ㅡ Aku harap kamu tidak pernah merasakan kecewa dan patah yang sesungguhnya.

Teruntuk Senjakala (2031),

Teruntuk kamu,
Selamat berbahagia walau tidak denganku.

Hai, apa kabar?

Sudah lama tidak bersua, ya. Kamu masih sama? Tidak berubah?

Ah, seharusnya aku tidak bertanya seperti itu. Kamu tidak lagi sama seperti dulu. Kamu ... sudah berubah.

Tanganmu sudah tidak lagi menggenggam milikku. Aku juga sudah tidak lagi berada di hatimu, walau di sudut sekali pun. Jadi, tidak seharusnya aku mempertanyakan perubahan dalam hidupmu.

Sejak terakhir kali kita berjumpa, aku membangun benteng pertahanan. Semua itu aku lakukan agar aku tidak perlu lagi berurusan dengan yang namanya cinta. Aku menutup pintu, tidak mempersilakan satu orang pun untuk masuk. Aku mengunci diri, memberanikan diri untuk berdiri sendiri. 

Namun, setelah aku kira, aku sudah biasa-biasa saja jika dipertemukan kembali denganmu, semesta buat itu jadi nyata.

Lucu, ya ... kita dipertemukan begitu saja, tanpa ada aba-aba. Oleh karena itu, hatiku yang sempat aku kira sudah siap, ternyata masih butuh waktu untuk merelakan dan melupakan.

Terlebih, kita dipertemukan di saat kamu sudah bahagia.

Jika kamu bertanya tentang hatiku, aku hanya bisa menjawab: Aku juga sempat bertanya kepada Tuhan, kenapa semua orang yang pernah menyayangi aku, begitu mudah melupa dan menemukan yang baru?

Kali ini, izinkan aku yang bertanya, boleh?

Mengapa kamu cepat sekali melupa? Mengapa kamu buat aku merasa seakan aku sangat mudah dilupakan? Mengapa semudah itu kamu menemukan seseorang yang lebih baik dariku? Mengapa bisa-bisanya kamu bahagia duluan daripada aku?

Biarkan aku egois, biarkan aku menangis. Aku ini terpenjara sejak kita berpisah, tetapi kamu dengan enaknya berusaha mencari seseorang baru untuk menggantikan aku.

Kalau boleh jujur, aku tidak terima. Aku sangat kecewa, semudah itu kamu genggam tangan yang baru. Semudah itu, kamu peluk dia yang baru. Semudah itu, kamu berusaha menulis kisah yang baru.

Sedangkan aku? Aku masih bergulat dengan pikiranku sendiri untuk mencari cara melupa yang sebenar-benarnya. Aku masih berusaha menemukan seberkas cahaya yang setidaknya bisa menarik diriku keluar dari benteng pertahanan.

Namun, aku tidak terburu-buru. Sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah, aku jalani agar aku bisa berdiri sendiri dengan lebih berani. Tapi, berbanding terbalik dariku, kamu dengan cepatnya sudah memulai lembaran baru dengan kesayangan yang baru.

Menurutmu, bagaimana perasaanku? Ya, aku memang bukan siapa-siapa lagi. Tapi aku pernah jadi bagian dari masa lalumu. Seseorang yang terluka demi mengajarkan arti cinta yang sesungguhnya kepadamu yang saat itu masih sangat keras kepala.

Semoga kisahmu kali ini tidak perlu berdarah untuk bisa bersama. Semoga jalanmu kali ini tidak perlu ada aku yang lainnya untuk menyadarkanmu bahwa kesabaran ada batasnya.

Semoga tidak ada lagi air mata yang menjadi teman kala sunyi menyapa. Semoga kata Sayang yang kamu ucapkan padanya, lebih besar maknanya dari ketika bersamaku. Semoga tidak ada lagi perpisahan yang buat kamu kehilangan.

Ungkapan hati ini tidak berarti apa-apa. Aku tidak memintamu untuk mengasihani aku, atau meminta kamu kembali padaku. Aku hanya ingin menyampaikan kekecewaanku atas apa yang terjadi.

Setidaknya, aku tahu, kamu tidak benar-benar serius. Aku tahu, kamu semudah itu melupa. Ah, atau aku yang semudah itu terganti?

Sama saja.

Mungkin aku yang banyak kurangnya. Mungkin aku yang banyak lelahnya. Mungkin aku memang seharusnya dilupakan. Mungkin aku memang seharusnya tidak pernah mencintai siapa pun. Aku yang salah, karena sudah pernah menaruh harapan di pundakmu yang sebenarnya tidak pernah paham apa arti berjuang bersama. Aku yang salah, karena sudah pernah berusaha mempertahankan kamu yang ternyata terlalu mudah mencinta dan melupa.

Biarkan ini menjadi pelajaran untukku, agar tidak lagi keliru ketika dihadapkan pada orang-orang yang serupa dan kata cinta yang diungkapkan dengan mudah. Semoga aku, kamu, dia—setiap dari kita berbahagia.

Lagi-lagi aku pergi dengan kecewa yang bertubi, di saat aku hampir hidup lagi. Mungkin, aku memang butuh luka yang lebih banyak untuk bisa bahagia. Atau, mungkin aku butuh berhenti sejenak dari bisingnya kata cinta yang selalu buat aku kecewa.

Sudah saatnya aku berhenti menjaga perasaanmu, karena kamu tidak melakukan hal yang sama. Sudah saatnya aku berhenti menyenangkan diri dengan mengatakan; kamu paling bahagia ketika bersamaku. Sudah saatnya aku berhenti melukai diri dengan menunggu kehadiranmu untuk mengatakan; kamu merindukan aku.

Kini aku sudah merelakanmu pergi, karena aku juga akan berjalan jauh dari kehidupanmu. Aku tidak akan lagi bertegur sapa, menanyakan kabar, dan terlebih, aku tidak akan lagi memikirkanmu barang sejenak.

Biar aku menenangkan hati untuk masa depan yang lebih baik. Biar aku menyimpan segala kenangan yang tidak lagi berarti untuk kita. Biar aku meninggalkan semua luka yang sering buat tangis jatuh tanpa sengaja.

Tenang, untuk pertama dan terakhir kalinya, aku ucapkan; selamat berbahagia. Dari lubuk hatiku yang terdalam, aku berharap kamu tidak pernah merasakan kecewa dan patah yang sesungguhnya.

Dari Senjakala (2021).

Senin, April 26, 2021

226 ㅡ Aku, pandai terluka, susah melupa, dan tidak bijaksana dalam cinta.

Teruntuk Senjakala (2031),

Beberapa hari belakangan ini, rasanya aku kembali mengingat memori yang sudah lama terlupakan. Aku sengaja melupa, agar tidak jatuh lagi ke luka yang sama. Bahkan, aku sempat membangun benteng pertahanan selama enam bulan terakhir, agar tidak ada lagi air mata yang mengalir basahi wajah.

Namun, semua itu sia-sia ketika semesta mempertemukan aku kembali dengan dia yang pernah mampir, membuahkan kata hampir yang pada akhirnya hanya buat hancur. Aku tidak pernah membayangkan, kami bisa dipertemukan lagi semudah ini. Aku tidak pernah menduga, kami bisa mendengar suara masing-masing semudah ini. Aku tidak pernah merasakan seingin hancurnya seperti sekarang ini sebelumnya.

Bohong, memang ... kalau aku bilang sudah lupa. Tetapi jujur saja, aku masih mengingat semua kenangan manis yang membekas di hati, pula memori pedih yang selalu buat hati menangis. Ada sedikit perasaan senang, ketika aku bisa mendengar suaranya lagi. Ada sedikit perasaan lega, karena sudah bisa bersikap biasa-biasa saja.

Tapi, salahkah jika aku masih merindu?

Aku masih rindu dengan ucapan selamat tidur yang setiap malam dia sampaikan padaku. Aku masih rindu dengan panggilan Sayang yang dia bubuhkan di akhir kalimat. Aku masih rindu dengan segala bentuk gerakan kecil yang dia lakukan untuk menarik perhatianku.

Aku rindu harum tubuhnya. Aku rindu pelukan hangatnya. Aku rindu kecupan di kening yang dia lakukan setiap merindukanku.

Bagaimana aku bisa lupa, jika semua itu masih berputar di kepalaku sampai sekarang?

Bagaimana aku tidak membangun benteng pertahanan, jika dia begitu menyayangi aku kala kita masih bersama?

Namun, kali ini harus aku sampaikan; semesta pertemukan aku untuk membuat aku kembali menguatkan benteng pertahananku, sebab selama kami dipertemukan kembali, aku mulai lengah. Aku mulai dengan tidak bijak mempersilakan dia untuk lagi-lagi memorak-porandakan hatiku.

Semua hal manis yang dia lakukan, kini sudah menjadi kenangan. Bahkan, tangannya yang dulu menggenggam erat milikku, sudah berpindah menggenggam tangan perempuan lain. Aku yakin, pasti lebih erat dari ketika dia bersamaku.

Hanya saja, aku merasa bodoh. Beberapa hari ini, aku sempat gundah, memikirkan berbagai hal yang tidak berarti. Kini, aku disadarkan semesta dengan kenyataan, bahwa dia sudah bahagia.

Sungguh, aku kecewa. Dia tidak pernah tahu seberapa dalam aku terjatuh, seberapa sakit aku terluka, dan seberapa jauh aku melangkah untuk tidak lagi mengenal cinta sejak kepergiannya.

Bagaimanapun, aku hanya bagian dari masa lalu yang harus dilupakan secepat mungkin. Iya, bukan?

Bagaimanapun, aku hanya seorang perempuan yang pandai terluka, susah melupa, dan tidak bijaksana dalam cinta.

Hari ini aku banyak menangis. Air mata mengalir tanpa permisi, karena badai hati mulai berkumandang; mengatakan tidak ingin lagi berjuang.

Jika diperbolehkan sampaikan beberapa kata perpisahan, izinkan aku menangis untuk terakhir kalinya sebelum aku kembali bangkit dengan lebih tegar.

Dari Senjakala (2021).

Minggu, April 25, 2021

225 ㅡ Sudah terganti, harus apa lagi?

Teruntuk Senjakala (2031),

Malam ini, aku merasa sedih, sendiri, dan lupa diri.

Bolehkah aku bercerita tentang luka yang masih belum sembuh, dan kesepian yang masih melanda hatiku yang seharusnya bahagia? Bolehkah aku melepaskan kesedihanku padamu? Bolehkah aku menyatakan, bahwa aku masih terluka dan aku tidak sanggup berjalan lagi? Bolehkah aku beristirahat sejenak untuk pulihkan hati?

Aku tidak punya siapa-siapa untuk berkeluh kesah. Mungkin ada yang bersedia mendengarkan, tapi rasanya tidak akan sama seperti bagaimana aku membuka hatiku padamu. Jadi, izinkan aku bercerita dengan air mata mengalir. Perkenankan aku untuk memperlihatkan kelemahanku. Perkenankan aku yang selalu ucapkan kata semangat, kini menangis di pelukanmu. Biarkan aku sejenak merasa lemah.

Jujur, aneh rasanya, ketika dipertemukan kembali dengan seseorang yang dulu pernah mengisi hari-hariku dengan tawa. Dulu sedekat nadi, kini sejauh matahari. Aku tidak berani bersuara, pun tidak berani menyapa. Aku takut. Takut luka yang belum sembuh dan rasa yang aku simpan kembali meluap bagai petasan. Aku dan dia tidak akan pernah bisa kembali menyatu seperti dulu.

Namun, iya, aneh rasanya, ketika aku temukan sepertinya ada sosok aku yang baru di sampingnya. Aku yang dulu paling mengerti dia, kini ada yang menjadi seseorang yang paling mengerti dirinya juga. Aneh, rasanya aneh. Ini kali pertama aku merasakan ini. Jadi, jangan ucapkan kata apa pun, karena aku hanya ingin bercerita.

Aku yang dulu menjadi seseorang yang melindunginya di dalam permainan, kini dia sudah miliki seseorang yang baru. Seseorang yang bersedia mati untuknya, walau dulu aku juga begitu. Tapi kamu tahu, tampaknya perjuanganku dulu hanya sia-sia, karena aku hanya tinggal dalam masa lalunya saja. Bukan masalah, setidaknya aku pernah hidup di dalam hatinya. Tidak apa, setidaknya aku pernah menjadi bagian dari rasa yang tersimpan dalam memori hidupnya.

Aku hanya bingung. Tidak apa bukan, jika aku merasa aneh? Awalnya hanya aneh saja, tapi semakin lama rasanya semakin sedih. Bukan soal aku ingin kembali menjadi seseorang yang ada di sampingnya, hanya saja rasanya sedih karena semua hanya tinggal memori. Aku sedih, karena aku sudah terganti dan hanya menjadi memori. Aku hanya menjadi salah satu serpihan memori di masa lalu yang harusnya dilupakan.

Ketika perhatian yang dulu menjadi milikku, kini bukan lagi tentang aku.
Ketika candaan yang semula diperuntukkan bagiku, kini bukan lagi untuk aku.
Ketika pemeran utamanya seharusnya aku, kini bukan lagi aku yang diutamakan.

Aneh, rasanya. Jadi, ini rasanya patah lagi untuk kesekian kali. Ini rasanya ketika benteng pertahananku hancur sehancur-hancurnya untuk kesekian kali. Ini rasanya hanya hidup di masa lalu seseorang yang pernah menjadi harapan dan masa depan. Kini, aku sadar diri, bahwa aku sudah terganti.

Jadi, biarkan aku merasa lemah, dan izinkan aku untuk melupa untuk sementara.

Dari Senjakala (2021).

Selasa, April 13, 2021

213 ㅡ Aku hanya perempuan biasa.

Teruntuk Senjakala (2030),

Aku pikir, aku sudah bahagia seutuhnya. Aku pikir, ada yang akan mencintai aku sebesar aku mencintai diriku. Aku pikir, aku tidak akan lagi menitikkan air mata. Nyatanya, aku masih mempertanyakan apa itu rasa yang sesungguhnya.

Aku mengira, aku sudah menemukan yang terbaik. Ternyata aku masih saja menangis karena sesuatu yang tidak aku ketahui. Aku tidak berubah sedikit pun; sejak awal kita bertemu sampai detik ini, tetapi kamu lukai aku tanpa sengaja.

Aku tahu, itu pasti tidak kamu sengaja lakukan. Meski begitu, hati ini perih dan air mata pun lolos begitu saja tanpa permisi. Ini sudah kedua kali aku merasa begitu sedih hingga akhirnya air mata menemani lantunan lagu yang sedang aku dengarkan saat ini.

Aku tidak ingin menyerah pada keadaan. Aku hanya sedikit menyayangkan; mengapa kamu sering membuat aku mempertanyakan apa itu rasa yang sesungguhnya. Suatu hari, kamu bisa sesayang itu padaku. Lalu kamu diamkan aku keesokan harinya.

Aku punya hati yang harus kamu jaga. Aku punya jiwa yang mendambakan sebuah rasa. Saat ini aku kecewa dengan kebiasaanmu menyalahkan aku di saat keheningan menghampiri. Saat ini aku sedih karena kamu buat aku merasa tidak berarti.

Aku jaga perasaanmu. Aku tidak pernah ingin melukai hatimu walau sedikit. Tapi terkadang kamu seenaknya lakukan apa pun yang kamu inginkan kepadaku. Salah satunya, kamu lukai aku dengan kata-kata.

Aku mengalah; karena aku pikir yang kamu katakan memang adalah sebuah kenyataan. Jadi, aku tidak pernah ambil pusing. Namun, semakin lama rasanya aku semakin kecewa dengan situasi yang tiba-tiba kamu ciptakan; seakan aku selalu salah.

Aku bukan marah; aku hanya sedikit kecewa dengan rasa sayang yang kamu agungkan. Aku bukan menyerah; aku hanya sedikit sedih karena terkadang kamu buat aku pertanyakan apa itu kasih. Aku bukan tidak sayang; aku hanya menyayangkan air mata ini.

Aku tidak ingin berbicara seolah aku yang paling berkorban, sebab menggunakan kata berkorban sendiri sudah tidak tepat dalam suatu hubungan yang menyangkut rasa di dalamnya. Aku hanya ingin bicara soal aku yang senantiasa ada di sisimu; mendampingimu.

Di saat aku mengantuk dan ingin tidur saja, aku luangkan waktu untuk menemanimu bermain. Apa yang aku terima? Kamu diamkan aku karena aku tidak bermain dengan baik. Garis bawahi, aku bukan pemain terbaik.

Aku merasa kamu terlalu memaksakan kehendakmu padaku; seperti aku harus bermain dengan sempurna. Aku harus bisa menembak dengan jitu. Aku harus bisa menyelamatkanmu di waktu yang tepat sebelum musuh datang. Aku tidak boleh mati.

Tetapi kamu lupa, bahwa aku bukan pemain terbaik sedari awal. Aku bahkan bermain permainan ini hanya untuk menemanimu. Jadi, sebenarnya kamu salah besar, jika ekspektasimu meminta aku menjadi seorang penembak nomor satu dari seratus pemain.

Aku tidak pernah mengeluh saat kalah, pun tidak pernah terlalu bahagia saat menang. Aku tidak pernah sengaja menyakiti atau melukai hatimu. Aku hanya perempuan biasa yang selalu berusaha menjadi seorang pendamping yang baik untuk pasangannya.

Dari Senjakala (2020).

Minggu, April 11, 2021

211 ㅡ Aku tak akan menyerah pada cinta dan keadaan.

Teruntuk Senjakala (2030),

Jejak langkah yang kamu tinggal mendewasakan hatiku. Jejak memori yang kamu beri mengajarkan arti cinta bagiku. Temukan dia yang jauh lebih baik dariku. Temukan dia yang bisa beri kamu kebahagiaan yang utuh. Aku pergi, jangan rindu.

Sebetulnya aku sudah tak lagi ingin bicara soal cinta. Kata semua, itu luar biasa. Kata aku, itu hanya bualan semata. Belajar dari kesalahan yang lalu, aku tak ingin sakit melulu. Seharusnya cinta buat hati bahagia, tapi nyatanya aku selalu merana.

Terlanjur salah menerka, dipermainkan mereka, hingga berujung luka—sungguh aku tak ingin hadapi itu lagi. Biar aku yang pergi, asal aku bisa bebaskan hati. Terlalu lelah memperjuangkan, kini aku menghendaki ada yang berusaha perjuangkan aku.

Memori yang kamu beri menjadikan aku seseorang yang penuh ambisi. Cinta yang kamu bagi menjadikan aku seseorang yang lebih perasa. Walaupun tak semuanya indah, tapi aku pernah sebahagia itu. Terima kasih untuk semua kenangan yang pernah membuatku nyaman.

Aku hanya ingin sampaikan satu hal, jikalau nanti kamu menyesal dan ingin kembali padaku, tolong jangan cari aku apa pun yang terjadi, sebab aku tak akan menerimamu kembali. Kita tak akan kembali ke awal, sebab aku sudah berusaha menjadikan luka ini samar.

Menjadi dewasa, kamu perlu berkaca dan belajar untuk setia pada satu cinta. Aku beri kamu ruang untuk memahami waktu agar kamu tak mengulang rindu yang hilang makna. Aku tak ingin kamu jadi alasan air mata jatuh begitu deras. Aku tak ingin kamu sakit.

Aku hanya ingin kamu mendapatkan yang terbaik karena kamu juga baik. Aku hanya ingin kamu mendapatkan yang dewasa karena kamu pun dewasa. Aku hanya ingin kamu dicintai sepenuh hati karena kamu hujani dia dengan cinta, bukan air mata. Aku hanya ingin kamu bahagia.

Biarlah aku menjadi alasan kamu berubah. Biarlah kehadiranku selama ini menjadikan kamu seseorang yang percaya bahwa cinta itu ada. Biarlah kepergianku menjadikan kamu seseorang yang tak lagi sakiti hati. Biarlah hatiku yang patah menjadi pelajaran bagimu.

Pelajaran untuk mengerti tentang rasa dan air mata yang jaraknya sungguh dekat. Jangan patahkan hati siapa pun yang kamu sayang. Jangan jatuhkan air mata dia yang kamu puja. Jangan buat tangisan menjadi suatu hal biasa yang harus dilewati setiap insan.

Tidak semuanya bersedia untuk selalu kembali ke awal setelah tiga kali kamu patahkan hatinya. Mungkin aku salah satu yang sebodoh itu, karena berulang kali hatiku remuk, dan aku masih memujamu. Biarlah hanya aku yang begitu. Cukup aku yang sesakit itu.

Tidak semuanya bisa kamu dapatkan dengan mudah; dengan hanya beri bunga dan ucapkan kata cinta. Mungkin aku salah satu yang terjebak pada teka-teki cinta yang kamu ciptakan. Cukup aku yang kamu lukai dengan sengaja. Cukup aku yang kamu patahkan hatinya dengan sadar.

Tidak bisa aku memaksamu untuk mencintaiku, sebab kamu tidak bisa memberikanku alasan untuk tetap bersamamu. Aku hanya ingin belajar untuk menjadi dewasa; di mana aku tak akan menempatkanmu di atas segalanya. Aku tak akan percaya lagi pada perubahan.

Kamu tidak berubah. Kamu tidak menjadi seseorang yang lebih baik ketika bersamaku. Jadi, aku melepasmu agar kamu bisa temukan dia yang lebih pantas untuk kamu perjuangkan. Aku membiarkanmu meninggalkan aku sebagai masa lalu agar kamu tahu rasanya merindu.

Mungkin, selama ini aku tidak membawamu menuju jalan yang lebih baik, walaupun aku sudah berusaha dengan sebaik-baiknya. Mungkin, selama ini kamu memang tidak memperjuangkanku dengan sekuat tenaga, sebab kamu cari aku hanya ketika butuh.

Aku sudahi semua ini, karena aku ingin kamu tahu; aku lebih dari itu. Aku layak untuk diperjuangkan, dan aku berjanji padamu; aku tak akan menyerah pada cinta dan keadaan. Mungkin aku dan kamu tidak akan menjadi kita, tetapi aku yakin aku bisa bahagia.

Dari Senjakala (2020).

Jumat, April 09, 2021

209 ㅡ Aku akan lari sejauh-jauhnya.

Teruntuk Senjakala (2030),

Selang tiga bulan setelah aku dan dia lepas kontak. Pesan baru hadir tanpa permisi. Sayangnya pesan itu tak datang dari orang baru. Dia lagi. Masih dia. Aku pandai membangun benteng pertahanan, sehingga saat dia datang lagi, bentengku sudah kokoh berdiri.

Bersikap biasa, aku tak terlalu memedulikannya. Aku tidak membuka diri. Aku tidak berani melanjutkan obrolan. Hanya seadanya aku balas pesan darinya. Walau begitu, beberapa hari bertukar pesan dengannya sudah membuat aku lagi-lagi lemah. Bodohnya aku.

Sampai suatu hari aku berjumpa dengan dua sahabatku sewaktu aku masih duduk di bangku sekolah. Dua sahabat yang sudah aku anggap seperti saudara sendiri. Kami sedekat itu. Aku tak menduga pertemuan kami membawa berita tentang dia. Dia yang ternyata sebrengsek itu.

Salah satu dari mereka membawa kabar tentang si dia yang sebenarnya tak ingin aku bahas dalam pertemuan ini. 

"Dia ingin memperbaiki hubungan dengan banyak orang. Jadi, dia mulai mengirimkan pesan kepada orang-orang yang dulu pernah dekat dengannya."

"Dekat dalam arti apa?" tanya sahabatku yang lain.

"Dekat dalam arti pernah berteman. Setahuku tidak lebih dari itu, sebab sekarang dia sedang dekat dengan seseorang."

Aku hanya diam. Membisu saja, tak ingin timpali apa pun.

Sempat aku mengira seseorang itu adalah aku. Ternyata, bukan aku, melainkan teman satu sekolahku dulu. Teman yang pernah menjadi bagian dari kehidupan putih abu-abu milikku. Kedua sudut bibir tentu aku tarik hingga membentuk seulas senyuman tipis.

"Meskipun aku berteman dekat dengannya, dia tak pernah sekali pun cerita soal perempuan, sampai entah ada angin apa, kemarin saat aku pergi dengannya, dia ceritakan semuanya padaku."

"Mereka sudah sejauh apa?"

"Sudah cukup jauh, menurutku."

Aku masih memancarkan senyuman palsu; berharap tak ada yang sadari itu. Aku tak berani bicara; takut kembali membuka luka. 

"Mereka bertukar hadiah, pergi olahraga bersama, makan malam ulang tahun bersama, dan setiap hari mereka saling bertanya kabar."

Oh, begitu. Batinku menjawab pelan. Aku mulai meyakinkan diriku, bahwa aku sungguh mencintai orang yang salah. Aku sempat mencintainya, tetapi kini tekad sudah bulat, bahwa aku akan berhenti mencintai dia setulus hati.

"Sudah sejak kapan mereka bersama?"

"Sejak beberapa bulan ini. Mungkin sudah dua atau tiga bulan, tetapi mereka bertemu seminggu dua kali. Jadi, proses pendekatan mereka pasti cepat."

Ternyata angan yang aku lambungkan berujung sia-sia. Dia tak berubah. Hanya baik, tak berniat jadi milik.

Selama dia mendekati tambatan hatinya, dia juga mengirimkan pesan untukku. Sebenarnya aku tak paham. Apa gunanya dia melakukan itu? Apakah sengaja mempermainkan aku lagi dan lagi?

Nyaris menangis, maka aku menggigit bibir bawahku. Masih dengan senyuman.

Aku pulang dari pertemuan itu dengan senyuman pilu, sebab hari itu aku memutuskan untuk berhenti dipermainkan oleh dia yang hanya ingin singgah dan tak berniat untuk tinggal. Sungguh di luar dugaan, bahwa aku bisa mendapatkan pencerahan untuk berhenti.

Berhenti mengharapkan sesuatu yang tak pasti. Berhenti mencintai dia yang hanya buat aku rugi. Berhenti menjadi bodoh karena aku pantas bahagia. Dia tidak sejahat itu. Hanya saja aku yang terlalu jahat mengartikan kebaikan hatinya padaku.

Aku yang jahat, sebab sejak awal hatinya memang tak ingin berlabuh. Aku yang jahat, sebab sejak awal aku yang mengartikan kebaikan hatinya sebagai cinta. Aku yang jahat, sebab kini usai semua, aku yang terluka dan menyalahkan dirinya. Aku sejahat itu.

Walaupun begitu, aku rasa tidak apa-apa untuk menjadi sedikit jahat, sebab hidup itu harus seimbang, 'kan? Setengah kebaikan, dan setengahnya lagi biar saja menjadi dosa. Aku tidak bermaksud apa-apa. Hanya ingin sampaikan, bahwa aku sudah selesai berjuang.

Aku berhenti mencari. Aku berhenti menghampiri. Aku berhenti mencinta. Aku berhenti memperjuangkan segalanya. Sekali-sekali, aku juga ingin jadi dia yang kamu cinta dan kamu kejar. Jadi, kali ini aku akan lari sejauh-jauhnya agar tak ada yang menemukanku.

Dari Senjakala (2020).

Kamis, April 08, 2021

208 ㅡ Patah untuk ketiga kalinya.

Teruntuk Senjakala (2030),

Aku sempat berpikir dia berbeda. Walau pernah terluka karena dirinya, aku percaya manusia bisa berubah. Aku beri kesempatan, tetapi aku yang dipermainkan. Sudahi saja, sebab aku sudah lelah. Usaha sia-sia, tak ada guna.

Berulang kali aku terluka karena cinta. Tak juga jera, aku masih tak menyerah untuk mencoba. Aku tak ingin berhenti mencinta, sebab apalah aku tanpa hal itu. Mungkin aku sebodoh itu, sebab percaya dia juga mencintai aku. Percaya dia punya rasa yang sama.

Terlebih, aku percaya dia sudah berubah. Dia, bukan dia yang dulu pernah memberi luka di hatiku. Dia, bukan lagi pemain hati. Aku berusaha keras untuk memercayai keadaan tanpa perlu mengulas lebih jauh tentang dirinya, tetapi karena itu, aku dipermainkan.

Melalui tulisan ini, aku ingin sahabat-sahabat semesta belajar dari kebodohanku. Belajarlah dari sini, dan jangan sampai sebodoh aku.

Cinta tidak pernah buta, tetapi keinginan untuk memiliki yang begitu besar menjadikan manusia buta akan segalanya.

Hati pernah remuk seremuk-remuknya saat masih duduk di bangku sekolah. Cinta tak berbalas menjadi alasan hatiku patah. Bukan salah dia. Aku yang tidak bisa melihat bendera berwarna merah yang dia kibarkan untuk sengaja aku lihat.

Sebenarnya aku melihat, tetapi aku putuskan untuk terus menghujani dia dengan cinta, sebab aku percaya cinta yang aku miliki begitu tulus, sehingga apabila tak berbalas pun tak masalah bagiku. Lambat laun, aku lelah, sebab selama ini hanya cinta sendiri.

Ketulusan membutakan cintaku.

Seharusnya tidak perlu begitu. Cinta tak bersyarat memang ada, dan sungguh harus ditanamkan, tetapi tak ada cinta yang hanya dilakukan oleh satu orang. Cinta itu dua, bukan satu saja. Jadi, aku menyerah.

Usai memutuskan untuk pertama kalinya menyerah pada keadaan, aku tak berani bertanya kabar. Tak sanggup bertemu, sebab tak ingin kembali berharap. Keadaan memisahkan aku dan dia. Semesta sampaikan secara tersirat, bahwa kami tak seharusnya bersama.

Patah hati pertamaku sungguh menyakitkan. Setiap malam hujan turun membasahi wajahku, dan hatiku hanya bisa menjerit. Sesakit itu. Butuh sedikitnya empat tahun bagiku untuk menyimpan memori bersamanya di lubuk hatiku yang terdalam; menyudahi semua cerita.

Tak pernah sekalipun aku menyalahkan dia. Aku paham betul, selama ini dia hanya berusaha untuk tidak mematahkan hatiku. Dia tak ingin aku patah, sehingga dia terus bermain bersamaku. Bermain dengan segala hal tentang cinta yang sebenarnya tak ada di sana.

Aku berterima kasih, sebab alasan itu seolah mengatakan dia memang pernah peduli padaku.

Mungkin selama ini aku yang terlalu mudah jatuh, terlalu cepat beri hati, terlalu rapuh untuk sadari rambu, dan terlalu tulus mengatasnamakan cinta kepada siapa saja.

Tembok pertahanan yang aku bangun selama empat tahun runtuh begitu saja saat dia datang sewaktu aku sangat membutuhkan dukungan.

Dia sampaikan dua kata yang lebih indah dari kalimat romantis sepanjang masa. “Selamat lulus,” katanya.

Aku merutuk dalam hati. Sumpah serapah yang selalu aku hindari, tiba-tiba lancar aku ucapkan dalam batin. Tak menyangka dia akan datang membawakan bunga. Aku lagi-lagi terlena karena kebaikannya yang entah nyata atau hanya tipu semata. Aku, kembali bodoh.

Aku ingat betul, waktu itu napasku tidak beraturan. Ekspresi cemas, senang, sedih, ragu, dan candu menjadi beberapa pilihan untuk aku tampilkan saat bertemu dengannya lagi setelah sekian lama. Seketika luka yang menyayat, tak lagi membuatku tersengat.

Aku memang sudah melupakan segala cerita manis dan pahit bersamanya yang pernah menjadi kisah cintaku, tetapi saat melihatnya hadir di hadapanku, aku percaya ada cerita baru yang menunggu. Tak ingin menduga, aku beranikan diri untuk melupakan lara.

Tersenyum saat mata kami bertemu. Tertawa saat cerita indah kembali dibuka. Tersentuh saat bunga beserta ucapan diberikan dia yang pernah sepenuh hati memiliki hatiku. Aku terlena. Lagi-lagi aku kembali memberikan hatiku untuk digenggam olehnya.

Seolah empat tahun yang aku lalui dengan penuh air mata tak berarti apa-apa, satu gerakan kecil seperti ini sudah membuatku jatuh lagi. Semudah itu. Jujur, aku sungguh lemah, jika sudah dihadapkan pada peluang untuk bersamanya. Selemah itu.

Bertukar pesan memang sudah biasa. Usai pertemuan pertama kami setelah sekian lama, setiap hari selalu ada pesan darinya. Walau awalnya aku sempat takut pertukaran pesan ini hanya berakhir satu hari saja, tetapi nyatanya berlanjut hingga satu minggu.

Hanya satu minggu yang dibutuhkan olehnya untuk merasa bosan dan melupakan aku. Tak ada pesan lagi setelah itu. Aku kecewa lagi. Aku runtuh lagi. Saat itu, aku sungguh merasa tidak pantas dicintai. Aku merasa tidak berani mencintai siapa pun.

Aku tak berani percaya pada arti dari ucapan manis. Aku berhenti mengharapkan makna cinta hadir ke dalam hidupku. Aku berdusta saat aku bilang aku baik-baik saja. Tidak, aku tidak baik-baik saja. Aku hancur. Aku sakit hati. Hatiku patah lagi.

Bodohnya, hatiku patah untuk kedua kalinya karena orang yang sama. Aku pikir dia berbeda. Aku pikir dia datang karena sudah berubah. Entah itu hatinya, entah itu caranya sampaikan kebaikan. Nyatanya, semua sama. Dia masih anggap aku bukan siapa-siapa.

Aku memang bukan siapa-siapa. Tak ada yang istimewa dari seorang Senjakala Merindu. Tak ada hal luar biasa yang pernah aku lakukan. Tak ada penghargaan yang pernah aku terima. Hanya ketulusan hati yang aku miliki, dan itu tidak cukup.

Tidak cukup untuk membuat hatinya berlabuh. Tidak berarti untuk membuatnya menoleh dan memandang masa depan bersamaku. Kekecewaan membuat aku berhenti percaya pada kaum adam. Aku tidak membenci, hanya saja memang ingin berhenti. Tak berani mulai lagi.

Aku menyerah. Tak ingin sakit lagi karena cinta. Tak ingin berdusta saat mereka bertanya ada apa. Sebab aku tak pernah ceritakan pada siapa-siapa, rasanya sesak di dada bisa buat aku mati kapan saja. Tak berani aku ceritakan. Tak berani aku terima makian.

Oleh karena itu, semua aku pendam sendirian. Semua cerita lalu yang kini kembali membuatku malu, aku kunci rapat-rapat dalam kotak kenangan yang aku tinggalkan di dasar laut dalam. Aku tidak akan beri dia kesempatan lagi untuk mempermainkan ketulusanku.

Namun, ucapan memang mudah saja dikatakan. Aku yang bodoh ini harus mematahkan hatiku yang sudah remuk dan tak berbentuk untuk ketiga kalinya. Sempat aku bertanya-tanya; apa salah dan dosaku di kehidupan lalu hingga berulang kali aku disakiti seperti ini.

Tak ada jawaban aku terima, sebab semua rencana Yang Maha Kuasa. Aku hanya bisa meyakinkan diriku bahwa aku lebih dari segalanya. Aku pantas dicintai. Aku pantas dihujani kasih sayang. Aku pantas diperjuangkan. Aku pantas dipedulikan. Aku pantas bahagia.

Dari Senjakala (2020).

Senin, November 02, 2020

051 ㅡ Aku tidak akan pernah berhenti untuk belajar di kehidupan ini.

1 Januari 2020, Senjakala.

Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena sudah membuat aku memulai tahun dengan kecewa. Aku jadi bisa mempersiapkan diriku lebih baik lagi untuk menjadi seseorang yang lebih kuat dari sebelumnya. Perasaan dilupakan dan dianggap tidak ada memang adalah satu hal yang sangat menyakitkan, tetapi aku tidak akan memperlakukan mereka sama seperti apa yang sudah mereka lakukan padaku. Aku akan tetap berbagi kasih kepada siapa saja yang aku temui. Aku akan berbesar hati dan tetap belajar untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi.

Aku tidak akan pernah berhenti untuk belajar di kehidupan ini. Setiap harinya aku akan terus berkembang karena aku tidak pernah takut dipermainkan oleh semesta, sebab aku percaya hatiku akan semakin kuat dan aku bisa mendapatkan apa yang sudah aku tanam selama hidupku.

Jadi, aku hanya berharap aku tidak menyerah di tengah jalan. Tahun 2020 baru saja dimulai, biarlah kesedihan dan kekecewaan ini berakhir sampai di sini. Kuatkan aku dan bantu aku agar aku bisa tetap menjadi diriku yang tulus, bahagia apabila orang lain bahagia, dan bersyukur setiap harinya.

Biarpun aku dilupakan, dianggap tidak ada, dijadikan pilihan kedua, dan dipermainkan oleh semesta, aku akan tetap bersyukur dan berjuang agar aku bisa menjadi seseorang yang lebih bahagia lagi.

Terima kasih sudah menjadi kuat. Tetap jadi dirimu yang tulus. Jangan pernah berubah hanya karena sekelilingmu memintamu untuk meredupkan cahayamu. Tetap pancarkan cahaya kasihmu dengan tulus.

Kamu adalah seseorang yang penuh.
Kamu dipenuhi cinta.
Jangan lupa bahagia.

Kilas balik,
oleh Senjakala.

Minggu, November 01, 2020

050 ㅡ Kamu akan tahu seberapa aku selalu berusaha memberikan yang terbaik.

1 Januari 2020, Senjakala.

Jika kamu mengenal aku lebih dalam, kamu akan tahu seberapa aku selalu berusaha memberikan yang terbaik. Aku tidak ingin menganggap diriku adalah orang yang baik, tetapi aku berani menjamin bahwa aku selalu tulus, karena aku percaya, apabila aku tulus kepada orang lain, maka orang lain pun akan memperlakukan aku dengan tulus juga. Apakah karena aku terlalu tulus, mereka yang ada di sekelilingku menganggapku mudah dan lemah? Mereka berulang kali membuat aku merasa hancur sehancur-hancurnya. Mereka yang tidak pernah aku bayangkan bisa memperlakukan aku dengan rendah, ternyata memendam perasaan ingin menghancurkan diriku. Jujur saja, inilah alasan mengapa aku tidak berniat berjalan keluar kediamanku. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya berusaha mencintai orang-orang terdekatku dengan sepenuh hati, tetapi mereka selalu melupakan aku dan menganggap aku tidak pernah ada. Mereka hanya mengingat dan membutuhkan aku di saat mereka dalam kesusahan, tetapi di saat mereka bahagia, aku tidak pernah ada di sana. Bukan masalah, sebab hatiku sudah penuh, apabila mereka bahagia.

Aku tidak kecewa pada diriku dan hidupku. Aku sudah banyak belajar tentang kehidupan, sehingga aku bisa memunculkan perasaan bangga pada prinsip dan pilihan hidupku. Aku hanya kecewa pada perlakuan mereka kepadaku. Secara sengaja maupun tidak, aku tidak tahu dan tidak ingin peduli. Aku hanya khawatir, jikalau suatu hari mereka diperlakukan sama seperti bagaimana mereka memperlakukan aku, apakah mereka sanggup? Aku rasa mereka akan lebih terpuruk dariku. Mereka akan meronta-ronta, mempertanyakan kesalahan apa yang mereka perbuat kepada Tuhan. Aku tidak akan seperti itu, karena aku tahu Tuhan sayang padaku. Maka dari itu, aku diperkenalkan dengan begitu banyak perasaan yang tidak pernah bisa aku bayangkan sebelumnya bisa terjadi padaku.

Kilas balik,
oleh Senjakala.

Sabtu, Oktober 31, 2020

049 ㅡ Lebih baik aku menutup pintu hatiku rapat-rapat.

1 Januari 2020, Senjakala.

Lagi, lagi. Aku terluka lagi. Menjelang akhir tahun 2019, aku mulai melemah karena satu dan dua hal yang sempat membuatku terkejut. Meski begitu, aku tetap tegar dan berusaha untuk tetap kuat. Tetapi ketika orang yang sempat membuat hatiku remuk kembali memecahkan hatiku yang sudah aku rangkai sedemikian rupa, tangisku pecah dan pertahananku runtuh. Aku yang sudah bangkit, kini berada di titik terendah lagi. Aku terluka, kecewa, dan ingin menyerah, sebab aku mulai rapuh, tidak kuat menerima kesedihan yang datang bertubi-tubi. Oleh karena itu, aku akan menutup segalanya.

Lebih baik aku menutup pintu hatiku rapat-rapat hingga tak ada yang berani masuk, bahkan mengetuk sekali pun tak akan aku persilakan. Aku akan mengunci kastil kecilku dengan baik. Aku akan menjaga hatiku dan hanya akan menerima perasaan yang aman. Aku tidak akan terbuai oleh kenyamanan yang fana. Aku tidak akan lagi berusaha untuk mencari dan menerima. Aku hanya akan merangkul diriku sendiri.

Kilas balik,
oleh Senjakala.

Jumat, Oktober 30, 2020

048 ㅡ Kecewa.

1 Januari 2020, Senjakala.

Aku mengawali tahun baruku dengan merasakan kekecewaan yang luar biasa. Aku sudah belajar untuk tidak lagi menaruh harapan kepada orang lain di tahun 2019. Tetapi menjelang 2020, aku lagi-lagi terlampau bahagia hingga aku lupa untuk menjaga hatiku. Kini hatiku jatuh lagi. Aku kembali menaruh harap pada sesuatu yang tak pasti. Sesuatu yang membuat aku tertatih lagi untuk kesekian kali. Tidak pernah terpikirkan olehku, bahwa aku bisa sesakit ini lagi.

Kedatangannya yang tiba-tiba membuat aku berpikir ini adalah pertanda kasih. Dia menjadikan aku seorang teman cerita. Dia membuat aku menjadi seseorang yang ceria. Dia membuat aku berpikir aku istimewa. Nyatanya semua hanya pura-pura. Ketulusan hatiku sirna begitu saja, apalagi ketika sekelilingnya bisa membuat dirinya lebih bahagia. Apalah aku ini yang hanya bisa tulus mengucap kata dan memperlakukan dia bagai seseorang yang sempurna. Aku bukan siapa-siapa, maka tak pantas aku berharap lebih.

Kilas balik,
oleh Senjakala.

Rabu, Oktober 14, 2020

032 ㅡ I know you'll get everything nice in the future.

Dear Senjakala (2019),

Trust me. Believe in yourself. In 2019, you are going to achieve something and when you re-read this letter, you'll smile, because you've done something really great. I'm writing this when I'm just settled down everything. I've prepared plans for you in 2019 and I hope you like it. I hope you'll enjoy life by doing all my plans.

You don't need anyone to make you happy, Darling, because you have the power to be happy. You are such a nice person, and I know you'll get everything nice in the future. Just so you know, I'm leaving all the toxic things, toxic people, toxic state of minds behind to come this far. You'll be very happy in 2019, and don't forget to thank me later.

From Senjakala (2018).

Selasa, Oktober 13, 2020

031 ㅡ Live this life by being who you are.

Dear Senjakala (2019),

Don't mind others. This is your world. This is your life. You can be whatever you want. Live this life by being who you are. God creates you with lots of talent and you are perfect for Him, so don't let others bring you down. You don't need people to value your existence, but you have to love yourself even more because no one is ugly, and no one's life is bad. You just have to change your perspective of seeing things in life. If today you see yourself as a bad luck person, then go to your room, lock the door, and talk to God. You'll find peace and you'll be okay.

From Senjakala (2018).

Senin, Oktober 12, 2020

030 ㅡ That's what I like about you. You are a strong character.

Dear Senjakala (2019),

This is gonna be the most important thing that I want you to remember. Please be with someone who loves you just the way you are. Be with someone who makes you happy for no reason. Be with someone who makes you feel loved. Don't be with someone who only makes you lose your confidence. Don't be with someone who values you only because of your looks, your stuffs, and your outfits, but be with someone who sincerely making an effort to get to know you better. Yes, effort, not just by words, but real efforts, not excuses. Be with someone who makes you feel special, not with someone who loves making others feel the same as you. Be with someone who sincerely wants to build dreams with you, not with someone who only placing you as an option.

I know you. I know what kind of person you are. When you want to be with someone, you'll go with that person no matter what happens, but it's extremely hard to make you fall for someone since you actually don't really believe in what they called love. Well, especially when a man already stepped on a boundary you have built, like making you lose your confidence by saying words you don't like to hear, making you hate yourself, or just simply doing things you don't like by being impolite, and I know when you don't like it, you'll leave everything behind, even if you have thought for a brief moment that you might end up with this person. No one knows what's ahead, no one knows the future, but I'm sure you'll end up with someone who makes you happy, not with someone who only makes you feel insecure. It's not easy to make you fall head over heels because you've come to a realization that you love yourself more, so you want the person you're dating to love you sincerely for who you are, not for what you are. You have the power. You are strong. That's what I like about you. You are a strong character.

From Senjakala (2018).

Minggu, Oktober 11, 2020

029 ㅡ Being happy is a state of mind.

Dear Senjakala (2019),

No one could ever drag you down because you are now walking your own path. You're now enjoying your life to the fullest. You can stand strong alone. You were brave yesterday, you are brave today, and you'll be braver tomorrow. You don't need anyone to stand beside you because even if you are alone, you can do everything you like and you can be happy. Being happy is a state of mind. You are happy. You have found your happiness. It's within you. You have loved yourself even more now and that's what makes you stronger than ever. You won't be crying because of small things anymore. You'll be fine with people come and go from your life. That's a part of learning. That's life.

From Senjakala (2018).

Sabtu, Oktober 10, 2020

028 ㅡ You don't live to please others.

Dear Senjakala (2019),

This is gonna be a quick reminder for you. Even if there's no one standing beside you right now, remember that I will always be there for you. You'll be okay. You'll do well. You'll get to do what you love. You'll be the best version of yourself, and no one could ever bring you down. If today you don't feel like talking to anyone, then don't force yourself. You don't live to please others. I'll remind you once again that you are perfect just the way you are. You are loved, and you deserve the whole world. If there are people who make you feel uncomfortable with yourself, leave them, Darling. Why? Because you have to love yourself more. You are more than you think you are. You are stronger than you think you are. You'll survive this world. 

From Senjakala (2018).

Jumat, Oktober 09, 2020

027 ㅡ It's enough to chase and be chased.

Dear Senjakala (2019),

You know what, I think it's a nice decision to forget everything and start doing things that make you happier. Even if it means you're going back to your routine, but it's better than keeping toxic people in your life and doing toxic thing that isn't your style. It's a perfect decision to start over. You'll be okay. You've done well. You're doing great. I'm proud of you.

It's enough to chase and be chased. I know you're tired of everything. Because of that, I want you to shut people out, and start thinking about your own future for now because I want you to be happier first. I want you to be that one person who resonates happiness to others. Well, if they think that you might reconsider everything, then they need to give up since I know you will never going back and you'll never turn your head when you've decided to move forward. So, keep this in your mind that you can do it! You can be whatever you want. Build your dreams and make them all happen. Don't forget to do everything with love because God loves you so much, so you have to love yourself even more.

From Senjakala (2018).

Kamis, Oktober 08, 2020

026 ㅡ You are stronger alone, so why bother wanting someone to stand beside you?

Dear Senjakala (2019),

You've learned more things about life. You are now loving yourself even more. You are more confident, and you're more beautiful since you're happier. It's really a nice decision to stop everything and going back to where you used to be.

Being alone is not a crime. You are stronger alone, so why bother wanting someone to stand beside you? It's a nuisance. You are surrounded by lots of great people like your family, your friends, and all the people who taught you how to survive in this cruel world. So, all you need is yourself going really strong because you have the power to live proudly.

From Senjakala (2018).

Rabu, Oktober 07, 2020

025 ㅡ You two are most likely strangers to each other.

Dear Senjakala (2019),

I've analyzed lots of stuff. All the things he did to you, all the words he said to you were completely something you avoid. The words he said sometimes become a little hurtful and what he did sometimes makes you feel uneasy. At first, you thought that would be interesting to try going out with a person like that, but deep in your heart, the score is zero. Am I right? At first, you thought he might be the one, but now you know he's just a passerby.

Well, things got complicated at some point, and there was the time when you seriously thought about everything. You thought you liked him when you actually not. You thought you have found your happiness when you actually not. You thought he might be the one for you, but he’s actually not. You two are most likely strangers to each other, I guess, so I think you don't really have to explain everything in words since I know you don't like going straight to something unclear. You also don't like being the one who thought both of you had something when you two actually not, so I'm gonna let you leave him be.

From Senjakala (2018).

Selasa, Oktober 06, 2020

024 ㅡ You deserve to be a decision, not an option.

Dear Senjakala (2019),

Being in love isn't like this. Wake up, and start analyzing some things. It's about give and give, not give and take. If it's about taking for granted, then it is not right to keep moving forward. You will have to stop everything and close the book. Stop writing another chapter that isn't going anywhere, but only breaking your heart. You deserve to be a decision, not an option. You deserve to be loved.

It's no use to going back doing all the sweet things since I know you've done thinking and you'll start working on what's written in your plans for 2019 soon. Well, it's too late. It's now my decision to decide.

From Senjakala (2018).