Rabu, Maret 31, 2021

200 ㅡ Jangan pulang dulu sebelum menemukan aku.

Teruntuk Senjakala (2031),

Aku sakit, aku lelah!

Dahulu, mengatakan hal itu selalu terasa sulit. Pada saat aku perlu perhatian yang hangat, mengatakan sakit dan lelah entah mengapa dahulu terasa memalukan. Terkadang, bertemu orang yang dengan terang-terangan dan percaya diri menyatakan bahwa dirinya memerlukan perhatian, tanpa aku sadari membuatku merasa iri.

Rasa iri muncul saat aku merasa bahwa hal yang sulit bagiku, bisa dilakukan dengan sangat mudah oleh orang lain. Meskipun begitu, hatiku berharap ada orang yang mengerti perasaanku.

Aku berharap ada orang yang sadar, bahwa aku sedang kelelahan dan kesulitan, lalu mengulurkan tangannya kepadaku. Aku berharap permainan petak umpet ini tidak berakhir sebelum ada yang menemukan diriku yang tersembunyi di tempat yang dalam.

Aku pandai bermain petak umpet. Aku adalah orang yang bisa bertahan sampai akhir, dan tidak bisa ditemukan oleh penjaga dalam setiap permainan. Saking sulitnya menemukan tempatku bersembunyi, mereka semua sering mengakhiri permainan karena tidak bisa menemukanku.

Saat itu, aku ingin sekali berkata, "Jangan pulang dulu sebelum menemukan aku," padahal aku bersembunyi sampai tak sehelai rambut pun terlihat. Aku ingin sekali ditemukan, padahal aku yang memilih bersembunyi di di tempat yang sama sekali tidak bisa ditemukan.

Dari Senjakala (2021).

Selasa, Maret 30, 2021

199 ㅡ Jangan pernah berhenti melangkah.

Jangan pernah berhenti melangkah,
karena ada aku di ujung sana.

Masa kini maupun masa depan,
aku pastikan semuanya aman.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Maret 29, 2021

198 ㅡ Yang di sana, setia.

Yang di sana, setia.
Katanya.

Kala rintik hujan basahi raga,
dan badai datang menerpa...
hingga sulit untuk jatuh cinta.

Sudah, tidak apa-apa.

Kita bisa selemah itu, kala rintik hujan basahi raga, badai datang menerpa, dan lantunan puisi tak lagi nyata. Namun, sedalam apa pun kita jatuh, selalu ada satu titik di mana kita tidak membutuhkan orang lain untuk menyadarkan kita.

Jika suatu hari nanti kamu merasa lemah dan tak berdaya, ingatlah ada aku di sini.
Ini aku, yang siap dengar segala keluh yang buat kamu jatuh.
Ini aku, yang berharap bisa bantu kamu kembali menyukai dirimu dengan utuh.
Iya, aku.

Jika kamu akhirnya sampai di titik yang membuat kamu ingin berhenti berjuang, cari aku, karena aku akan ada di ujung garis akhir. Tidak perlu takut untuk menyerah, sebab ada aku di titik terendah. Aku akan jadi pendengar keluh kesahmu yang setia.

Coba mulai ceritakan keluhmu yang kamu banggakan sebagai alasan untuk berhenti menyukai dirimu sebagai seorang insan yang utuh. Bisa dimulai dari suara-suara bising yang buat kamu berhenti merasa menang, atau bisikan hati yang buat langkahmu terhenti.

Satu hal yang ingin aku sampaikan sebagai permulaan dari segalanya: jangan pernah meragu saat kamu menang. Tak ada kesalahan yang aku temukan dari perasaan bangga karena telah menang. Sebab aku tahu kamu selalu punya ruang untuk berjuang.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Maret 28, 2021

197 ㅡ Tawa atau air mata?

Teruntuk Senjakala (2030),

Apa yang kamu lihat dari potret ini? Tawa atau air mata?

Meski itu adalah potret diriku sendiri, sampai hari ini tak aku temukan jawaban yang mampu kuatkan kaki. Sebab itu, aku butuh jawabanmu. Tolong, bantu aku untuk berjalan lagi.

Sejak kapan kamu merasa sakit?
Sejak kapan kamu merasa tak bisa bangkit?
Sejak kapan kamu tak mampu berdiri?
Sejak kapan kamu tak berani berlari?

Kamu mungkin belum sadar, tapi aku tahu, kamu sudah menyerah.

Satu per satu persona yang pernah bawa anganmu melambung tinggi, pergi begitu saja tanpa pamit. Satu per satu dari mereka yang sempat miliki hatimu, kini hanya menjadi memori kelabu yang buat masa depanmu abu-abu. Jangan menyerah, aku.

Aku, kamu, kita adalah satu. Aku tahu betul seberapa perihnya luka itu, seberapa dalamnya kamu tenggelam, dan seberapa inginnya kamu bangkit untuk melawan kenyataan pahit. Oleh karena itu, “Jangan pernah menyerah.” Kamu bisa.

Coba lihat sekeliling. Kamu lebih bahagia, meski tak punya segalanya, tapi kamu pantas bangga, sebab kamu bisa lakukan banyak hal dengan tawa, walau hati berlinang air mata. Semua itu hadiah dari Yang Maha Kuasa. Beliau ciptakan kamu penuh cinta.

Mungkin kamu tidak sempurna, tapi aku tahu, kamu apa adanya. Kamu berikan kebahagiaan lewat cara yang tak biasa. Kepada orang lain, kamu hargai keberadaan mereka dengan memperlakukan mereka penuh hormat. Kepada dunia, kamu balas segala rintangan dengan semangat.

Aku bantu kamu jawab segala hal yang jadi kecemasanmu. Kamu selalu pantas dicintai. Kamu selalu punya kekuatan untuk bergerak maju. Kamu lebih dari apa yang kamu pikirkan. Kamu bisa. Kamu kini telah mampu beri ruang untuk perasaan.

Kamu tak sedang menangis.
Kamu sedang nikmati setiap rindu yang buat nyanyianmu semakin merdu.
Kamu tak rapuh, malah aku tahu kamu bergerak maju.
Kamu tak jatuh, hati bantu kamu buat lapisan baru, supaya tak ada yang masuk.

Jadi, aku perbolehkan kamu beri ruang untuk mereka yang datang. Jangan sampai beri peluang yang hanya buat kamu tak bisa pulang, sebab rumahmu bukan ada pada mereka yang masih mengambang. Rumahmu bukan untuk orang yang hanya ambil peluang.

Rumahmu ada pada dia yang berani simpan rindu setengah mati, hingga hari berganti di kemudian hari, namun tetap berani sampaikan “ini aku” seperti kamu adalah obat sepi yang beri dia alasan untuk berhenti lari. Temukan dia, maka kamu akan bahagia.

Jikalau sekarang belum kamu temukan, jangan pernah pertanyakan alasan kamu ada.

Kamu ada, untuk bahagia.
Kamu ada, bukan untuk dia semata.
Kamu ada, sebab kamu adalah jiwa yang sah berada di dunia.
Kamu apa adanya.

Kamu akan baik-baik saja. Ingat, kamu tidak sedang jatuhkan air mata. Kamu tidak sedang bantu dunia curahkan hujan ke dunia, tetapi kamu sedang bantu bulan sabit beri terang bagi kehidupan insan tersayang. Itu senyuman, bukan kegagalan.

Kala kamu jatuh dan merasa rapuh, ada aku yang akan setia menemanimu. Akan aku genggam tanganmu hingga akhir waktu. Senjakala, kamu hebat, bisa selalu sematkan senyuman dan beri rasa aman bagi mereka yang hanya lalu-lalang. Kamu yang terbaik.

Dari Senjakala (2020).

Sabtu, Maret 27, 2021

196 ㅡ Yang marah, harusnya siapa?

Yang marah, harusnya siapa?
Tanyanya.

Mengaku keluarga,
tetapi hanya di depan banyak orang memeluk raga. 

Mengaku orang tua,
tetapi tak pernah ada cinta di rumah.

Jadi, maunya apa?

Ayah, aku takut semua laki-laki nyatanya selalu beri luka.
Ibu, aku jadi takut menikah.
Teteh, aku letih.

Kami keluar dari rumah dengan wajah gembira, tetapi di tengah jalan mereka membara; saling menunjuk dan mengomentari keburukan masing-masing. Sebab Teteh sudah menikah, maka tak ada lagi yang bisa kuajak berbagi luka. Mereka membuatku takut.

Ayah mengatakan; Ibu kerap kali bicara seenaknya, tidak pakai otak, dan selalu senang menyindir orang lain. Aku pikir sudah seharusnya Ayah tahu, bukan? Sudah berapa tahun kalian menikah? Masa hal seperti itu saja masih dijadikan alasan untuk marah-marah?

Ibu membalas; Ayah sendiri harusnya sadar kalau Ayah pun tak sempurna, tak mampu membuat istri bahagia lahir dan batin, masih mau adu mulut perihal keburukan? Aku pikir Ibu harusnya bisa berhenti mengeluh, meminta ini dan itu, sebab bahagia itu sederhana.

Ayah terlampau egois, selalu ingin dielu-elukan namanya; mementingkan orang lain dibandingkan keluarga. Belum lagi, di depan orang lain lebih banyak berpura-pura dibandingkan menampilkan kesederhanaan. Bukankah lebih baik menjadi diri sendiri? Oh, ayolah.

Ibu pun sama, selalu melihat ke atas tanpa tahu hidupnya sudah sangat diberkati. Senang bicara dan terkadang membuat orang lain terluka. Tanpa sadar, tetapi terkadang memang sadar. Egois, sama. Berhentilah menjadi sama seperti Ayah. Aku harus bagaimana?

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Maret 26, 2021

195 ㅡ Yang merengkuh, rumah.

Yang merengkuh, rumah.
Katanya.

Terima kasih sudah biarkan aku menjadi pendengar;
yang tidak berusaha mengetahui hingga ke akar.

Terima kasih sudah memanggilku; rumah,
di tahun 2019, kawan.

Saat langit sudah berubah gelap, dan separuh bagian dunia terlelap, masih ada satu insan yang tengah menyemangati seseorang yang nyaris menyerah. Dialah, aku, Senjakala.

Seorang kawan mengunggah tulisan singkat di media sosial; menyampaikan kepada dunia, bahwa dia sudah lelah, dan berniat untuk menyerah. Tak mau berteman dengan siapa pun lagi, sebab merasa semua orang mempermainkan dirinya. Ya, karena mereka menganggap dia; barang.

Hati tergerak untuk mencari tahu. Bukan untuk menambah pilu, hanya ingin memberikan bahu untuknya bersandar. Aku, membalas pesan tersebut. Kata ganti yang akan digunakan di sini adalah aku dan dia. Aku tak mau dia menyerah begitu saja!

Berbagi cerita pun dimulai. Dia menuliskan untaian kata yang menjelaskan alasan dia menyerah pada hidup, sebab dia merasa keadaan mendukungnya untuk mengambil langkah mundur. Curahan hati disampaikan, dan bersamaan dengan itu pula, aku menuliskan pesanku.

Kamu tahu, apa yang kamu katakan tentang dirimu, tidaklah benar. Kamu dicintai, dan kamu berharga. Aku sangat senang, jika sudah mendapatkan kesempatan untuk bertukar kata denganmu. Kamu menyenangkan. Aku menyukaimu sebagaimana adanya dirimu.

Jangan hanya memandang ke atas langit. Kamu juga harus memberikan sedikit waktu untuk menghargai dirimu sendiri. Ini adalah beberapa hal yang aku suka darimu. Ketika kamu melupakan jati dirimu, maka baca ulang tulisan ini, sebab aku menulis dengan hati.

Aku akan menjadi orang pertama yang menuliskan segala kelebihanmu. Kelebihan yang tak kamu sadari sudah berperan penting dalam hidup orang lain. Aku menuliskan semua ini supaya kamu tahu seberapa berharganya dirimu dalam hidupku.

Kamu mungkin berpikir aku berlebihan, tetapi di sini, aku ingin menegaskan, bahwa aku ada untukmu bukan karena apa yang kamu punya, tetapi karena siapa dirimu dalam hidupku. Aku hanya ingin kamu memahami, bahwa hidup ini tidak seburuk yang kamu kira.

Sudahi saja permulaan, aku akan mulai menjelaskan; apa yang aku suka darimu. Tidak perlu berlama-lama, karena aku sendiri takut lupa diri dan berakhir menulis segala hal yang terlalu spesifik. Meski begitu, aku harap kamu tetap sudi membaca.

Pertama, kamu sangat baik. Apakah kamu ingat dulu? Masa-masa lampau, di mana kita duduk berhadapan dan berbincang tentang band favorit kita? Kita langsung cocok, karena kamu menghargai pendapatku, dan aku melakukan hal yang sama.

Kamu menghargai pendapat, dan menghormati perempuan.
Kamu mendengarkan di saat aku berkeluh kesah.
Kamu menemani di saat aku membutuhkan kehadiranmu.
Kamu mencari di saat aku pergi.
Kamu ada untuk aku banggakan.

Kedua, kamu sangat menyenangkan untuk diajak berteman. Mereka mungkin menganggapmu bodoh atau rendah, sebab mereka seenaknya saja selalu menyuruhmu melakukan hal-hal yang mengundang tawa. Aku bertanya-tanya, apakah kamu bahagia?

Apakah kamu benar-benar senang melakukan apa yang mereka minta?
Apakah kamu sungguh bahagia menjadi seseorang yang ditertawakan?
Apakah kamu dengan hati terbuka menerima segala ejekan yang menurutku bisa memberi luka?

Apa yang ingin aku katakan adalah; mengenal diri sendiri lebih dalam bukanlah suatu kejahatan, melainkan keharusan. Jadilah dirimu yang sesungguhnya. Buatlah dirimu bahagia karena keinginanmu sendiri. Kamu berharga.

Kamu adalah KAMU. Cukup menjadi dirimu sendiri. Cukup cintai dirimu terlebih dahulu. Cukup bahagiakan dirimu sendiri sebelum kamu buat mereka tertawa karenamu. Cukup beri waktu untuk benahi diri, supaya jadi lebih baik.

Ketiga, kamu selalu terlihat bahagia. Aku tahu, tak mungkin seseorang selalu bahagia sepanjang waktu, karena aku pun sama. Walau tampak kuat dan bahagia, sebenarnya aku pernah menangis dan terluka. Sering, malah.

Aku tahu, kamu banyak bersedih, tetapi kamu tidak pernah memperlihatkan kesedihanmu. Setiap kali bertemu, yang kulihat adalah senyuman cerah. Senyuman yang bisa berperan seperti magnet. Kamu membuatku ikut tersenyum dan bahagia.

Untuk itu, aku ingin berterima kasih. Sadar atau tidak, kamu yang membuatku lebih kuat untuk berjuang melewati hari. Kamu menjadi penerang dalam hidupku yang kelam. Kamu menjadi harapan dalam hidupku yang nyaris putus asa.

Senyuman yang kamu perlihatkan kepada dunia mampu memberikan semangat baru bagi hidup seseorang. Seseorang itu adalah aku. Setidaknya aku mengaku, agar kamu tahu, presensimu sangat aku butuhkan. Oleh karena itu, tetaplah tersenyum.

Iya, tersenyumlah, jika kamu bahagia.
Menangislah, jika kamu merasa ingin menitikkan air mata.

Jangan melulu menjadi alasan orang tertawa, karena kamu pun memiliki hak yang sama untuk tertawa bersama mereka. Kenali dirimu.

Keempat, kamu tidak pernah menghakimi orang lain. Mari kita mulai dengan membicarakan sesuatu tentang gosip. Aku pun pernah bergosip ria dengan kawan mainku. Jangan sangka aku seputih malaikat, sebab aku pun juga manusia yang pernah berbuat salah.

Walau aku dan kamu membicarakan orang lain di belakang, tetapi aku percaya, apa yang kita bicarakan semua tentang kenyataan. Kamu tetap merangkul mereka yang dikucilkan. Kamu tidak membedakan. Kamu tidak punya musuh.

Kamu tetap menjadi seseorang yang berharga bagi teman-temanmu. Kamu tidak menghakimi, dan kerap kali aku melihatmu memeluk mereka yang presensinya dilupakan orang-orang, karena tidak memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Kamu sungguh berharga.

Sekarang, mari bicara tentang diriku.

Kita sudah tak bertemu sejak lulus sekolah menengah atas. Jika dihitung, mungkin tiga sampai empat tahun, tetapi kamu masih menanyakan keadaanku, dan membuatku merasa seolah dibutuhkan juga untuk hadir dalam hidupmu.

Itu adalah satu hal yang sangat baik. Sederhana, namun sungguh membuat hati hangat. Merupakan suatu hal yang indah, bisa memberikan perasaan yang tak bisa aku jelaskan di sini; seberapa bahagianya diriku saat kamu menanyakan kabarku dan mengajakku bertemu.

Kelima, kamu sangat dicintai. Semua orang yang aku kenal selalu senang, jika sudah bertemu denganmu. Kamu tahu, kamu seperti inti dari sebuah kebahagiaan saat berkumpul bersama. Kamu adalah titik terang yang mampu membuat bahagia.

Jika dari sisi negatif; kamu melihat dirimu dijadikan sebagai objek oleh mereka, sesungguhnya dari sisi positif dapat aku katakan; kamu adalah sumber kebahagiaan mereka. Seolah tak mampu bahagia tanpa dirimu, kamu dijadikan alasan untuk mereka tertawa.

Sungguh, saat kamu buat aku dan mereka tertawa karena tingkahmu, aku ingin kamu jauh lebih bahagia dari kami. Aku ingin kamu menjadi yang paling bahagia. Kamu dijadikan alasan bagi mereka untuk bahagia sebab kamu adalah kebahagiaan itu sendiri.

Kamu dikelilingi oleh mereka yang percaya bahwa kamu bisa buat mereka bahagia.
Kamu pantas untuk dihargai.
Kamu pantas untuk dicintai.
Kamu harus bahagia.
Kamu harus menjalani hari dengan tersenyum karena kamu bahagia.

Mewakili mereka yang menganggapmu sebagai objek tawa, aku ingin katakan; mereka hanya takut terlihat kurang keren apabila tertawa sendirian. Kamu harus bangga, karena mereka menganggapmu berharga. Meski enggan mengaku, tetapi itulah kamu.

Sesungguhnya, aku sudah menantikan hari ini datang sejak pertama kali aku mengenalmu. Aku sering mempertanyakan dua hal yang bermakna sama.

"Apakah kamu bahagia?"
"Benarkah kamu bahagia?"

Aku pun tahu kamu tidak bahagia.

Tidak pernah ada kata terlambat untuk mereka yang ingin mulai mengenal diri sendiri lebih dalam. Kamu bisa mulai dengan mencintai dirimu sendiri, sebab dengan begitu, kamu akan menjadi seseorang yang lebih percaya diri. Cintai dirimu.

Jika banyak orang melabelimu dengan panggilan buruk, dan mempermalukan dirimu di tempat umum, kamu selalu bisa mengambil satu langkah mundur dan pergi meninggalkan mereka. Itu tak akan menjadi akhir, tetapi permulaan yang baru untuk menjadi lebih baik.

Aku selalu memikirkan perasaanmu setiap kali mereka menjadikanmu bahan lelucon. Kamu bisa menjadi maskulin. Kamu boleh berhenti menjadi lucu. Bukanlah suatu hal yang buruk untuk menolak permintaan orang lain bila tak sesuai hati.

Aku tidak mengatakan bahwa semua laki-laki harus menjadi maskulin, tetapi kamu tahu, selama ini aku melihatmu sebagai seorang laki-laki, bukan sebagai objek penghibur. Oleh karena itu, aku ingin kamu mengenali dirimu sendiri—lebih dalam.

Kamu adalah seorang teman yang baik.
Kamu berarti dalam hidupku.
Kamu mengerti kondisiku, dan kamu mau mencoba memahami diriku.
Kehadiranmu di dalam hidupku sungguh sangat penting.
Kamu berharga, dan aku menyayangimu.

Jadi, jangan pernah menyerah.

Hidup memang seperti ini; memberikan kekhawatiran dan kesedihan, tetapi jangan lupa, bahwa semesta juga memberikan kebahagiaan. Namun, kebahagiaan tak datang semata-mata untuk diterima, tetapi harus dicari manusia.

Aku ada untukmu.

Kamu harus lebih jujur pada dirimu sendiri.
Kamu boleh menangis, jika kamu sedih.
Kamu boleh marah, jika kamu ingin murka.
Kamu boleh tersenyum, jika kamu gembira.

Kamu berhak untuk bahagia.

Kamu punya hak untuk mengatakan kepada dunia; apa yang kamu suka, dan apa yang kamu tidak suka. Pada akhirnya, kamu akan melihat siapa yang tinggal karena siapa kamu, bukan karena apa yang kamu punya.

Tahun 2019 ini pasti akan menjadi tahun yang penuh rintangan untuk kita berdua, dan tentunya untuk semua orang di dunia, sebab kita selalu berusaha untuk menjadi lebih baik lagi setiap harinya. Tetapi jangan khawatir, karena aku ada di sini; mendukungmu.

Setidaknya kamu tahu, kamu memiliki seorang teman yang bisa kamu andalkan di kala susah maupun senang. Kamu dicintai, dan segala hal yang kamu usahakan untuk orang lain sudah cukup.

Kita tidak bisa mengikuti ekspektasi orang lain, sebab kita memiliki batasan sendiri di mana hal itu tidak bisa dijelaskan satu per satu. Jadi, belajarlah untuk berani berkata tidak demi dirimu yang kamu sayangi. Beranikan diri untuk mandiri.

Menolak permintaan orang lain tidak berarti kamu akan ditinggalkan, tetapi itu berarti kamu memberikan hak yang benar untuk dirimu. Kamu memberikan hak yang tepat untuk mencintai dirimu, karena kamu memikirkan dirimu terlebih dahulu sebelum orang lain.

Belajar untuk menolong orang lain harus dimulai dari menolong diri sendiri. Sama halnya dengan itu, kamu harus mencintai dirimu sendiri sepenuhnya dulu sebelum meminta orang lain untuk mencintaimu. Jadilah versi terbaik dirimu.

Ketika kamu mencintai dirimu sendiri, maka kamu akan bersinar, dan orang lain akan lebih mencintaimu. Mereka akan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan dirimu. Mereka akan mencintai kamu sebagaimana kamu mencintai dirimu.

Mereka tak akan meninggalkanmu apabila kamu berubah. Aku percaya, di sini, bukan kamu yang berubah, tapi mereka yang harus mulai membiasakan diri untuk memperlakukanmu sebagaimana mestinya. Kamu tak berubah; kamu hanya menjadi diri sendiri.

Kamu boleh menyerah, tetapi tidak pada kehidupan. Menyerahlah sekarang, dan jadilah lebih baik lagi. Kamu boleh menyerah, tetapi harus punya usaha. Bangkit, dan jangan salahkan keadaan. Kamu harus tegar!

Pergunakan waktu untuk membenahi diri, sebab aku, kamu, dia, mereka, dan semua penghuni semesta; ciptaan Tuhan yang paling sempurna perlu bercermin. Harus berhati-hati sebelum memperlakukan orang lain. Harus berpikir sebelum bertindak.

Semua perlakuan akan berbalik ketika waktunya tiba nanti. Semua kata yang mampu menyayat hati akan memberi luka di kemudian hari. Semua sudah ada hitungannya. Pergunakan waktu dengan baik.

Baik akan bertemu dengan yang baik. Jangan berhenti menyebarkan kebaikan. Aku percaya semua manusia di bumi tak pernah terlahir buruk. Hati yang bersihlah yang Tuhan berikan untuk setiap insan. Jaga itu dengan baik.

Usai menyampaikan itu kepada dia, aku mendapatkan balasan. Bertubi-tubi aku terima, dan hatiku menghangat. Dia merasa lebih baik, katanya begitu. Aku harap tak ada kebohongan. Aku mendoakan yang terbaik untuknya.

2019 akan menjadi tahun yang berat bagiku dan bagimu. Begitu katanya. Tetapi aku yakin, kita bisa melewatinya dengan penuh semangat. Aku sangat merasa beruntung bisa memiliki teman sebaik dirimu. Aku sangat diberkati.

Terima kasih sudah mau mendengarkan.
Terima kasih sudah mau memahami.
Terima kasih sudah mau menjadi sosok teman yang aku butuhkan saat ini.
Terima kasih sudah menjadi dirimu yang tak pernah melihat kekurangan orang lain.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Maret 25, 2021

194 ㅡ Yang ngambek, jelek.

Yang ngambek, jelek.
Katanya.

Aku terluka, tetapi tidak berdarah.

Jikalau ada yang mendengar aku bercerita,
mungkin menganggapku tukang minta-minta.

Aku bukannya lemah, tetapi memang aku yang selalu mengalah. Bukan perihal ingin merengek, sebab tidak mau dipanggil 'Tukang Ngambek', hanya saja—aku pun ingin diperhatikan, sebab diri ini juga haus akan pujian dari orang tua.

Ya, minta perhatian, minta belas kasihan, minta kasih sayang, minta segalanya—alias merengek. Atau mereka anggap aku tidak bersyukur perihal harta yang sudah diberikan padaku.

Sungguh, aku ingin menitikkan air mata.
Saat ini aku terguncang, aku lelah; tak mampu menjelaskan apa pun.
Mereka tak mengerti.

Aku hanya ingin dijadikan yang pertama, walaupun aku terlahir sebagai yang kedua. Aku hanya ingin diperhatikan, walaupun aku tak pernah berkata ingin, tetapi harus aku tegaskan; aku tak bersuara, bukan berarti aku biasa-biasa saja.

Mereka memuji dia yang kusayang; Teteh yang begitu cantik.
Menawan, cantik, murah senyum, semua orang bilang Teteh hoki.
Aku setuju; sangat setuju.
Teteh memang anak yang paling baik!

Anak yang baik—titel itu bukan untuk aku. Mereka senang, Teteh menikah dengan orang kaya, punya harta, dan bisa mengangkat martabat keluarga. Selalu dijunjung tinggi, mereka terus mendongak; melihat ke atas langit yang tinggi.

Kata Ibu; Teteh bisa gila, kalau dibiarkan begitu saja, sebab mama mertuanya senang bermain kata; berucap kalimat yang bisa beri sayatan di dada.

Kata Ayah; Teteh baik, Teteh cantik, Teteh hebat, Teteh kaya, dan Teteh punya harta yang tak habis tujuh keturunan.

Lalu aku bertanya; jikalau Teteh bisa gila, apakah menurut Ibu, aku tidak bisa gila juga, jika setiap hari hanya banggakan Teteh yang di sana? Perhatikan aku!

Aku tidak pernah meminta dibelikan baju, sebab Ibu hanya ingat belikan untuk Teteh. Jika ada yang aku suka, tetapi Ibu tak suka, maka tak bisa beli, dan memilih baju lain untuk diberikan kepada Teteh.

Aku hanya anak bungsu yang ingin dipuji juga. Biar orang lain tak katakan, harusnya jikalau kawan atau kerabat memuji yang satu, maka dari mulut Ibu harusnya bisa mengucap pujian untuk keduanya. Tetapi tidak ... nihil.

“Dia tahu orang tua. Setiap kali pergi selalu ingat belikan hadiah.”

Aku belikan Teteh hadiah saat pertama kali Teteh akan menginap di rumah calon suaminya. Supaya harum dan selalu cantik, pikirku. Tetapi ... Ibu tak cerita; menganggap itu hal biasa dan tidak pantas dibanggakan.

Aku tak butuh pendapat orang lain; aku hanya ingin orang tuaku melihat juga kebaikan diriku yang tak kasat mata ini. Aku bukan melakukan itu supaya ingin dipuji. Aku melakukan itu murni karena ketulusan hatiku.

“Dia baik sama orang tua. Lihatlah dia menyapa dengan senyuman.”

Itu yang mereka katakan sebagai pujian. Harusnya bukan hanya dia, tetapi aku dan dia. Aku menyapa, tetapi terasa hampa, sebab aku bukan siapa-siapa.

Mereka memuji terus, sebab Teteh punya harta.
Aku tidak bermimpi untuk menikahi orang kaya; aku hanya ingin bahagia.
Aku tidak ingin dipuji, hanya saja aku ingin merasa aku juga pantas dicintai.

Hari ini adalah titik terendah dalam hidupku. Aku kehilangan kepercayaan diri untuk melangkah maju. Inilah mengapa aku suka berdiam diri; membaca buku, atau mendengarkan lagu, sebab apa pun yang kulakukan tak berarti di mata orang tuaku.

Aku bukan gila pujian. Bukan juga ingin disembah. Tetapi aku hanya ingin diperlakukan sama. Bukan harta yang kuinginkan, pun bukan martabat tinggi yang kuharapkan. Aku hanya ingin dianggap ada saat pujian datang.

Aku diam, bukan berarti mengalah terus. Aku juga selalu banggakan Teteh, sebab aku juga bahagia, Teteh bisa memiliki segalanya. Aku pun senang banyak orang menyukai Teteh yang akrab dan mudah bergaul. Aku bangga!

Tetapi adakalanya, aku ingin dijadikan pemeran utama. Aku berkawan dengan siapa saja, tak pernah memilih. Aku mendukung sahabat-sahabat yang ada di sekelilingku dengan sepenuh hati; berusaha menyebarkan energi positif.

Tetapi, mereka masih tidak pedulikan aku, sebab aku ini siapa? Aku tak bisa diajak pergi malam, bukan juga seseorang yang hits di kalangan artis. Aku tidak pernah iri, sebab aku memang begini; menjalani hari dengan sepenuh hati.

Namun, sakit, memang, ketika dianggap tidak pernah ada dan dilupakan begitu saja.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Maret 24, 2021

193 ㅡ Jangan lupa bahagia.

Kamu harus melangkah maju, aku.
Aku sedang menyemangati diriku sendiri.

Kamu pantas dicintai.
Jangan lupa bahagia.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Maret 23, 2021

192 ㅡ Hatiku kelabu dan banyak meragu.

Aku pikir, selama ini aku sudah paham betul;
apa yang mereka maksud dengan cinta.

Ternyata, semua hanya abu-abu;
membuat hatiku kelabu dan banyak meragu.

Sudah waktunya lupakan segala yang hanya buat luka.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Maret 22, 2021

191 ㅡ Tentang aku.

Aku, pantas dicintai.

Aku, berhak menjadi keputusan; bukan pilihan.
Aku, harus dicintai; bukan disakiti.
Aku, tidak wajib memberi hati untuk dia yang hanya tahu patahkan hati.

Aku, tidak harus mencintai sedalam ini.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Maret 21, 2021

190 ㅡ Kamu, tahu apa?

Kamu, tahu apa?
Hanya tahu bagaimana memberi luka,
tanpa sisipkan obat penawar sakit agar aku bisa bangkit.

Kamu, mengerti apa?
Hanya mengerti bagaimana dijunjung tinggi,
dan membuai semua putri yang dianggap bisa beri hati.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Maret 20, 2021

189 ㅡ Aku, yang hatinya patah sepatah-patahnya.

Aku, yang hancur, meski tak sampai lebur.
Aku, yang menangis, sampai tak berniat menggambar alis.
Aku, yang lelah, sebab berulang kali terluka.
Aku, yang sakit, merasa dunia hanya menyuguhkan rasa pahit.
Aku, yang hatinya patah sepatah-patahnya.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Maret 19, 2021

188 ㅡ Hanya ingin mencoba, bukan setia.

Aku dan kamu tidak akan pernah sama,
sebab dari awal tidak berminat tinggal lama.

Aku dan kamu tidak akan pernah berakhir bahagia,
sebab dari awal hanya ingin mencoba, bukan setia.

Jadi, sudahlah.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Maret 18, 2021

187 ㅡ Aku dan kamu tidak akan menjadi satu.

Aku menutup buku lusuh yang kuanggap baru.
Aku berhenti demi menjaga hati yang telah tersakiti.
Aku tidak akan melanjutkan kisah yang aku tahu hanya berakhir pisah, bukan nikah.
Aku dan kamu tidak akan menjadi satu, sebab kamu tidak berminat menjadi menantu.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Maret 17, 2021

186 ㅡ Cinta bukan hanya memberi dan menerima.

Cinta itu bukannya memberi dan menerima,
tetapi memberi, memberi, dan memberi.

Jika dia menerima, dan hanya menerima,
lalu menerima saja, tanpa berniat memberi hati,
untuk apa terus beri hati yang hanya akan dibuat patah?

Jangan bodoh,
berhentilah.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Maret 16, 2021

185 ㅡ Bukankah pakai hati saja?

Bukankah pakai hati saja?
Tidak semudah itu, ya?

Astaga, aku lagi-lagi terlena.
Bodoh.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Maret 15, 2021

184 ㅡ Teori cinta, apakah ada?

Aku pikir tidak perlu mengetahui teori cinta.
Sebenarnya, teori cinta sendiri itu apa?
Apakah ada?

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Maret 14, 2021

183 ㅡ Aku harus menutup segalanya agar kembali utuh.

Aku cukup merasa harus menutup segalanya agar kembali utuh.
Aku akan bangun dari mimpi yang selama ini kutinggali dengan harapan dia bisa kumiliki.
Aku akan mulai menganalisis beberapa hal yang sebelumnya kurasa tak perlu untuk dimengerti.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Maret 13, 2021

182 ㅡ Jatuh cinta memang bukan seperti ini.

Sesungguhnya, jatuh cinta memang bukan seperti ini.
Seharusnya, mencintai tidak akan sesakit ini.
Sekiranya, dicintai tidak perlu sebegitu sulitnya untuk dimiliki.
Seperlunya saja, aku sudah tak lagi meminta untuk dimanja.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Maret 12, 2021

181 ㅡ Meskipun hancur, aku tidak akan lebur.

Aku akan melakukan segalanya yang bisa kulakukan dalam hidup ini.
Meskipun hanya satu langkah, aku ingin maju dan melupakan masa lalu kelabu.

Aku akan membuktikan kepada dunia; bahwa aku tidak akan menyerah semudah itu.
Meskipun hancur, aku tidak akan lebur.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Maret 11, 2021

180 ㅡ Jangan hibur aku.

Kamu tidak perlu menghiburku.

Seseorang pernah berkata padaku;
bahwa memutuskan untuk berhenti juga membutuhkan keberanian.
Menyerah membutuhkan keyakinan,
dan aku akan berhenti menyiksa diriku untuk impian yang tak akan terpenuhi.

Jangan hibur aku.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Maret 10, 2021

179 ㅡ Jangan menyerah, karena semua ada waktunya.

Tapi, tidak apa, karena semua ada waktunya.
Jadi, jangan menyerah, ya.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Maret 09, 2021

178 ㅡ Memilih untuk melangkah maju atau mundur.

Kita cuma perlu hati yang berani memilih.

Memilih untuk melangkah maju atau mundur,
karena hati dan pikiran tidak sejalur.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Maret 08, 2021

177 ㅡ Mencintai bukan perkara mudah dan susah.

Mencintai bukan perkara mudah,
pun sebenarnya tidak susah.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Maret 07, 2021

176 ㅡ Terkadang, kita memang butuh waktu sendiri.

Terkadang, kita memang butuh waktu sendiri.
Bukan untuk menutup diri, tapi untuk mencari jati diri.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Maret 06, 2021

175 ㅡ Aku rindu saat aku bilang sayang, ya tandanya sayang.

Aku rindu saat kita tidak perlu terlalu banyak berpikir.
Aku rindu saat kita tidak perlu menentukan masa depan.
Aku rindu saat aku bilang sayang, ya tandanya sayang.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Maret 05, 2021

174 ㅡ Biar aku yang pergi.

Sudah cukup, aku berhenti.
Tak pantas untukku, kamu kurelakan pergi.

Hanya satu pintaku agar aku tak melakukan hal yang sama padamu saat kamu menyesal telah melewatkanku nantinya, yaitu jangan kamu datang hanya karena aku terlihat seperti memiliki banyak waktu luang yang bisa kuberikan untukmu; jangan kamu datang karena ingin melihatku selalu luluh, dan kumohon dengan segenap kerendahan hatiku; lebih baik kamu tak pernah kembali, jika tak ingin tinggal.

Biar aku yang pergi,
biar aku yang menutup pintu hati.

Biar aku yang berhenti,
sebab gagal untuk kesekian kali.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Maret 04, 2021

173 ㅡ Aku bahkan tidak berjalan ke arahmu.

Jika suatu hari nanti kamu kembali ke hadapanku dengan alasan tatapanku seolah menantikan kehadiranmu untuk berpulang, kamu salah besar.

Aku bahkan tidak berjalan ke arahmu.

Mungkin, memang sempat terpikirkan olehku untuk melangkah maju, tetapi itu tidak akan kulakukan lagi. Karena aku sadar, apa yang aku rasakan hanyalah perasaan semu semata.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Maret 03, 2021

172 ㅡ Yang Tersisih, bukan Yang Terkasih.

Suatu hari nanti, aku yakin kamu akan tahu seberapa besarnya diriku.
Bukan raga yang kasatmata, melainkan tulusnya hatiku untukmu.

Teruntuk,
Kamu, yang selalu hilang dan datang sesuka hatimu tanpa pernah memikirkan hatiku.

Tertanda,
Aku, yang selalu menjadi Yang Tersisih, bukan Yang Terkasih.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Maret 02, 2021

171 ㅡ Di suatu hari, kala sedang menunggu mentari pagi.

Di suatu hari, kala sedang menunggu mentari pagi. Aku berdiri, berhadapan denganmu, Kasih, dan memberanikan diri untuk mulai berjalan pergi. Aku akui, aku yakini; semua itu hanya mimpi, sebab tak mungkin aku dipertemukan denganmu, Sang Pemilik Hati. Walau badai menghadang, membuatku tenggelam dalam lautan kenangan dan tak mampu menatap langit malam, aku tetap tak akan melupakan perasaan yang terasa begitu nyata setiap aku menutup mata.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Maret 01, 2021

170 ㅡ Nyatanya, hidup ini sulit dan hina.

Hidup ini sulit, bagi aku yang sudah pernah merasakan segala pahit.
Hidup ini hina, bagi kamu yang belum pernah jatuh dan kecewa.

Salam hangat,
Senjakala.