Teruntuk Senjakala (2030),
Aku pikir, aku sudah bahagia seutuhnya. Aku pikir, ada yang akan mencintai aku sebesar aku mencintai diriku. Aku pikir, aku tidak akan lagi menitikkan air mata. Nyatanya, aku masih mempertanyakan apa itu rasa yang sesungguhnya.
Aku mengira, aku sudah menemukan yang terbaik. Ternyata aku masih saja menangis karena sesuatu yang tidak aku ketahui. Aku tidak berubah sedikit pun; sejak awal kita bertemu sampai detik ini, tetapi kamu lukai aku tanpa sengaja.
Aku tahu, itu pasti tidak kamu sengaja lakukan. Meski begitu, hati ini perih dan air mata pun lolos begitu saja tanpa permisi. Ini sudah kedua kali aku merasa begitu sedih hingga akhirnya air mata menemani lantunan lagu yang sedang aku dengarkan saat ini.
Aku tidak ingin menyerah pada keadaan. Aku hanya sedikit menyayangkan; mengapa kamu sering membuat aku mempertanyakan apa itu rasa yang sesungguhnya. Suatu hari, kamu bisa sesayang itu padaku. Lalu kamu diamkan aku keesokan harinya.
Aku punya hati yang harus kamu jaga. Aku punya jiwa yang mendambakan sebuah rasa. Saat ini aku kecewa dengan kebiasaanmu menyalahkan aku di saat keheningan menghampiri. Saat ini aku sedih karena kamu buat aku merasa tidak berarti.
Aku jaga perasaanmu. Aku tidak pernah ingin melukai hatimu walau sedikit. Tapi terkadang kamu seenaknya lakukan apa pun yang kamu inginkan kepadaku. Salah satunya, kamu lukai aku dengan kata-kata.
Aku mengalah; karena aku pikir yang kamu katakan memang adalah sebuah kenyataan. Jadi, aku tidak pernah ambil pusing. Namun, semakin lama rasanya aku semakin kecewa dengan situasi yang tiba-tiba kamu ciptakan; seakan aku selalu salah.
Aku bukan marah; aku hanya sedikit kecewa dengan rasa sayang yang kamu agungkan. Aku bukan menyerah; aku hanya sedikit sedih karena terkadang kamu buat aku pertanyakan apa itu kasih. Aku bukan tidak sayang; aku hanya menyayangkan air mata ini.
Aku tidak ingin berbicara seolah aku yang paling berkorban, sebab menggunakan kata berkorban sendiri sudah tidak tepat dalam suatu hubungan yang menyangkut rasa di dalamnya. Aku hanya ingin bicara soal aku yang senantiasa ada di sisimu; mendampingimu.
Di saat aku mengantuk dan ingin tidur saja, aku luangkan waktu untuk menemanimu bermain. Apa yang aku terima? Kamu diamkan aku karena aku tidak bermain dengan baik. Garis bawahi, aku bukan pemain terbaik.
Aku merasa kamu terlalu memaksakan kehendakmu padaku; seperti aku harus bermain dengan sempurna. Aku harus bisa menembak dengan jitu. Aku harus bisa menyelamatkanmu di waktu yang tepat sebelum musuh datang. Aku tidak boleh mati.
Tetapi kamu lupa, bahwa aku bukan pemain terbaik sedari awal. Aku bahkan bermain permainan ini hanya untuk menemanimu. Jadi, sebenarnya kamu salah besar, jika ekspektasimu meminta aku menjadi seorang penembak nomor satu dari seratus pemain.
Aku tidak pernah mengeluh saat kalah, pun tidak pernah terlalu bahagia saat menang. Aku tidak pernah sengaja menyakiti atau melukai hatimu. Aku hanya perempuan biasa yang selalu berusaha menjadi seorang pendamping yang baik untuk pasangannya.
Dari Senjakala (2020).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡