Tampilkan postingan dengan label jika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jika. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Januari 23, 2021

133 ㅡ Jika saat ini kamu hanya diperbolehkan menjawab.

Jika saat ini kamu hanya diperbolehkan menjawab,
kamu ingin menjawab pertanyaan apa?

Kali ini diberi kesempatan untuk sampaikan jawaban,
sedikit ragu tentang apa saja yang dijadikan pertanyaan.

Tenang saja, aku berani menjawab.

Resah dan gelisah, itu bukan masalah. Keringat dingin saat tanya ditujukan pada diri, bukan hal yang buat ngeri. Tenang, tarik napas, beri senyuman, dan jawab sebisamu. Siapalah aku yang masih belajar untuk jadi dewasa ini sudah berani sisipkan trik untuk rampungkan ide saat ditanya. Meski begitu, aku yakin kamu bisa. Kita bisa.

Jika saat ini aku hanya diperbolehkan menjawab, aku ingin menjawab semua hal yang berenang di kepalaku. Aku ingin bisa banyak hal yang membuat aku tidak perlu sibuk meminta bantuan. Ah, tidak, aku perlu menolong dan ditolong. Itulah yang menandakan aku masih manusia biasa yang terkadang lemah. Jadi, setidaknya aku ingin bisa menjawab semua hal yang ditanyakan kepadaku. Seandainya diperbolehkan meminta lebih, aku ingin punya jawaban untuk segala pertanyaan yang berenang di kepalaku.

Aku tidak akan mempertanyakan apakah jawabanku benar atau salah. Aku hanya ingin memiliki keberanian untuk menjawab semampuku. Aku ingin bisa menyuarakan isi hatiku dengan baik. Aku ingin bisa sampaikan opini secara lugas. Sepertinya itu tidak sulit, tetapi juga tidaklah mudah. Butuh waktu, karena aku perlu berproses dan bertumbuh. Aku perlu menjadi seseorang yang akhirnya bisa mewujudkan mimpi yang semula hanya ada di peta hati. 

Oleh karena itu, lihat aku, ya. Lihat pertumbuhanku. Mulai besok aku akan belajar lagi dan lagi. Aku akan belajar lebih giat. Aku akan banyak berlatih agar aku bisa menjadi seseorang yang lebih baik lagi dari sekarang. Aku akan perlihatkan kepada semesta, bahwa aku bisa bertahan di dalam kelemahanku. Aku bisa mengatasi segala resah yang hanya buat gelisah. Jangan khawatir, aku akan berjalan sesuai kecepatanku, tetapi aku tidak akan berhenti terlalu lama untuk beristirahat. Aku akan mengejar ketinggalanku. 

Ingat betul, ya? Jangan tinggalkan aku. Jangan tutup matamu. Lihat aku baik-baik. Lihat aku yang akan terus bertumbuh. Aku akan perjuangkan segalanya. Aku akan berikan yang terbaik. Karena Tuhan sudah kabulkan doaku untuk bisa wujudkan mimpi; bisa berkontribusi di dalam sebuah lingkungan yang berarti, maka aku akan pergunakan kesempatan ini dengan baik. Aku akan berkarya. Maka dari itu, perhatikan aku. Aku akan membuatmu terkesima. Tunggu saja.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Januari 22, 2021

132 ㅡ Jika saat ini kamu hanya diperbolehkan bertanya.

Jika saat ini kamu hanya diperbolehkan bertanya,
kamu ingin menanyakan apa?

Jarang punya ruang untuk bertukar pikiran,
terkadang berat untuk ucap sebuah pertanyaan.

Aku harus lebih berani lagi.

Ketakutanku mulai menusuk tulang. Sebenarnya sudah dikatakan, bahwa salah itu bukan masalah. Itulah bentuk proses. Sebuah pembelajaran yang mendewasakan. Sebuah perjalanan yang menyenangkan. Berproses, bertumbuh, dan berkembang menjadi kupu-kupu yang cantik. Aku tahu, aku sering mengumandangkan hal-hal itu, tetapi nyatanya, terkadang aku punya rasa takut yang berakhir ciptakan kegelisahan. Walau begitu, aku tidak pernah berhenti belajar. Ketika keresahan itu muncul, aku keluarkan buku kecil untuk catat semua isi kepalaku. Aku ingin belajar bagaimana cara bertanya. 

Selain itu, aku ingin belajar untuk bisa menjadi lebih berani menyuarakan opini. Aku ingin belajar untuk bisa jadi seseorang yang lebih baik lagi. Aku ingin terus bertumbuh. Aku ingin terus bermetamorfosa. Kamu tahu, terkadang aku kebingungan saat diajak bicara, karena aku sudah terlalu biasa berada di balik nama Senjakala. Aku hanya menulis dalam bahasa yang puitis, tetapi tak pernah sampaikan isi hati yang sesungguhnya. Meski begitu, ketakutan ini sungguh aku jadikan motivasi untuk mencari tahu segala sesuatu tentang kelemahanku. Aku jadi tahu, bahwa kelemahanku ada di soal tanya. Aku tidak berani bertanya, dan tidak fasih ketika diberi tanya. 

Aku baru sadar, aku takut pada tanda tanya. Sebenarnya aku tidak setakut itu, hanya saja, pertanyaan menjadi salah satu tanda yang aku hindari. Namun, karena itu pula aku tahu, aku tidak berada di zona nyaman. Aku harus bertumbuh hingga menjadi utuh. Aku harus belajar lagi. Aku harus mengejar ketinggalanku. Tentu, akan aku lakukan perlahan, tidak terburu-buru, tetapi dengan langkah yang konstan. Aku tidak seperti kebanyakan orang yang hanya butuh waktu singkat, aku perlu jadwal yang padat. Aku harus berlari supaya bisa mengejar. 

Aku bersyukur diberikan kesempatan untuk bertumbuh di masa-masa sulit seperti ini. Aku pikir semesta hanya bisa beri rasa pahit, ternyata bisa juga beri aku kesempatan hingga aku bisa pamit pada diriku yang berada di tempat yang nyaman. Kini aku merasa terancam, aku harus bertumbuh. Aku yang semula hanya menunggu, kini keretaku harus melaju dalam kecepatan maksimal. 

Oleh karena itu, aku akan mulai banyak bertanya. Aku akan mulai menganggap bertanya dan menjawab pertanyaan adalah dua hal yang biasa. Seperti percakapan pada umumnya, aku dan kamu saling bertanya perihal sudah makan atau belum. Sama, tidak ada beda. Jadi, jangan terlalu dipusingkan. 

Belajar lagi, ya. Tuhan tidak berikan kamu kesempatan untuk kamu berada di tempat ternyaman, kamu akan ditempa untuk jadi seseorang yang lebih dan lebih lagi. Maka dari itu, bersyukurlah. Artinya kamu masih diberikan kesempatan untuk terus mencoba jadi seseorang yang lebih dewasa.

Ingat, ya. Ingat, kamu pasti bisa. Ini baru awal dari segala pencapaian. Jadi, teruslah berkarya. Terus, terus, terus, dan jangan pernah berhenti belajar.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Januari 21, 2021

131 ㅡ Jika kamu diperbolehkan bersorak-sorai.

Jika kamu diperbolehkan bersorak-sorai,
kamu ingin merayakan apa?

Awal yang baru untuk aku yang semula hanya debu,
dengan ini berharap bisa tumbuh menjadi sesuatu.

Aku bangga karena sudah berusaha sekuat tenaga.

Jika membahas perihal bersyukur, mungkin setiap dari kita sudah menyuarakan hal itu. Setiap hari mengucap syukur atas napas yang masih bisa dilaku dan nadi yang masih berdenyut. Bersama dengan itu, ada jantung yang masih berdetak heboh setiap ada kabar baik pula buruk. Tak lupa masih ada hati yang masih harus dijaga dari segala patah. Namun, jika yang disebutkan di sini adalah sebuah perayaan, maka apakah itu yang ingin kamu rayakan bila sekarang semesta beri kamu kesempatan?

Izinkan aku untuk buka suara. Kali ini aku tidak akan lemah. Aku akan menyuarakan seberapa kuatnya diriku yang berhasil lewati semua pilu hingga tak lagi sendu. Perjuanganku membuahkan hasil yang membahagiakan. Iya, aku berhasil mencapai apa yang aku idamkan sejak tahun lalu. Berbulan-bulan aku terungku perasaan takut untuk mencoba, tetapi aku syukuri semua karena aku tidak menyerah di tengah jalan. Kendati memilih diam di tempat dan memberi makan rasa takut, aku memutuskan untuk berjalan maju tanpa ragu.

Persiapan yang aku lalui hingga sampai di titik ini sungguh mengharukan. Sungguh, bagiku semua ini adalah pencapaian besar dalam hidupku. Kamu tahu, aku percaya pada kekuatan pikiran. Semua bisa terjadi bila kita mau berusaha dan mencoba setiap kesempatan. Ketika Tuhan berkenan, maka semuanya akan indah sebagaimana mestinya. Aku aminkan semua doaku setiap hari. Aku rangkai sedemikian rupa bentuk-bentuk mimpiku sedari mereka masih kecil. Satu di antaranya adalah aku ingin bisa jadi seorang penulis dan berada di lingkungan yang tepat. Aku ingin menjadi sebagian kecil dari banyaknya bintang yang bertebaran, dan kamu tahu ... aku berhasil.

Tangis haru menyertai perayaanku yang tidak sepenuhnya bersorak-sorai. Mendadak perasaan takut kembali muncul tatkala aku dinyatakan lulus ujian. Aku agaknya merasa sedikit tidak pantas karena hanya punya rasa bahagia dan asa untuk belajar saja. Tidak ingin bahas perihal talenta, sebab aku tidak tahu ini bisa dikatakan talenta atau tidak. Aku hanya tahu, bahwa aku gemar mencari tahu semua tentang semesta. Aku selalu ingin menjadi versi terbaik diriku, sehingga aku beranikan diri untuk melangkah maju walau perlahan. Aku syukuri segala berkat yang aku dapat, dengan harapan Tuhan bimbing aku menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Perayaan bersorak-sorai aku nyatakan baru dimulai hingga entah kapan. Aku berharap tidak ada titik akhir, sebab inginnya terus belajar, belajar, dan belajar lagi, demi tuntaskan tujuan hidup untuk menjadi berkat bagi orang lain. Mungkin mereka yang sudah berjalan duluan hanya membutuhkan waktu singkat untuk menyelesaikan semua persoalan, tetapi aku tidak akan kalah. Tak akan aku biarkan aku tertinggal. Aku akan berlari sekuat tenagaku.

Percayalah, semua orang mampu berhasil. Percayalah, setiap dari kita punya perjalanan berharga yang mendewasakan. Jadi, jangan takut untuk melangkah, ya. Aku temani kamu melangkah. Aku percaya padamu. Kamu bisa. Pasti bisa.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Januari 20, 2021

130 ㅡ Jika kamu terbangun di pukul tiga pagi.

Jika kamu terbangun di pukul tiga pagi,
kira-kira kamu sedang memikirkan apa?

Masih mencoba cari tahu isi kepala para penghuni semesta,
padahal tak satu pun dari mereka kenal kamu yang sesungguhnya.

Kamu tidak perlu paham segalanya.

Terkadang kita terlalu mudah sampaikan banyak hal tanpa peduli isi hati seseorang yang jiwanya belum kita kenal. Terkadang kita terlalu santai katakan ini dan itu yang kita rasa pantas, padahal bisa lukai hati siapa saja yang mendengar. Terkadang kita terlalu merasa dunia tidak sepenuhnya kejam, padahal pasti ada seseorang yang masih duduk di pojokan sambil merengkuh diri sendiri. Terkadang semua terasa indah bagi kita yang sedang bahagia, tetapi di sisi lain, ada setidaknya satu dari banyaknya penghuni semesta yang tersakiti karena mudahnya bersuara.

Kita tidak pernah sadar, bahwa ucapan adalah serangan termudah yang bisa kita lakukan kepada orang lain. Kita tidak pernah sadar, bahwa menyakiti hati bukan hanya soal seberapa biru bekas tinju. Kita tidak pernah sadar, bahwa merendahkan bukan hanya soal melihat ke bawah dengan seringaian bangga. Kita tidak pernah sadar, bahwa menjatuhkan bukan hanya soal mendorong seseorang lalu berlari pulang. Kita tidak pernah sadar, bahwa menghancurkan bukan hanya soal melihat air mata seseorang mengucur deras.

Sakit itu rasa. Cukup dirasa. Tidak perlu dibagikan untuk dapat sorotan. Namun, pernah tidak terpikirkan, apa yang dirasakan seorang perasa yang dunianya dulu beri panggung, kini tiba-tiba beri punggung? Semua terasa salah. Tidak ada yang benar. Ada, tetapi bukan dia. Tentu, bukan aku yang mengaku adalah personifikasi bulan dan segala rahasianya. 

Sempat aku berpikir, ada baiknya bila semua orang tidak bisa bersuara. Agar tidak ada yang bersua dengan tujuan menjatuhkan orang lain dengan rentetan kata. Ada baiknya bila semua orang hanya diam. Iya, agar tak ada yang berusaha menikam dan dunia jadi tentram. Aku ingin semua itu bisa terjadi, tetapi aku tidak mau menjadi naif. Semesta tidak akan berikan apa yang aku inginkan. Aku pun tak ingin terus tenggelam dalam asa yang hanya buat aku semakin tidak dewasa. 

Hanya saja, jika yang merasa bisa menjaga hati agar tidak terluka, seharusnya yang bicara bisa sedikit lebih peka agar tidak tinggalkan luka. Seandainya seluruh isi semesta bisa lebih mudah merasa, mungkin tidak akan ada yang menunggu hujan untuk basahi pipi. Seandainya seluruh isi semesta bisa lebih mudah menjaga hati, mungkin tidak akan ada hati yang tersakiti. Semua hanya butuh asa dan rasa. Cukup tanamkan ingin. Cukup resapi isi hati.

Sahabat-sahabat semesta, izinkan aku untuk sampaikan isi kepalaku di pukul tiga pagi ini. Hidup itu seperti bercermin. Jika saat ini kamu membenarkan orang lain dengan menghancurkan dunianya, suatu hari nanti akan ada kehancuran yang sama menantimu. Jika saat ini kamu berusaha mengumpulkan kawan dengan benci sebagai tujuan, maka suatu hari nanti akan ada kebencian yang sama menantimu. Jika saat ini kamu merasa dirimu adalah poros semesta dan menertawakan kesalahan orang lain, maka suatu hari nanti akan ada tawa yang dilontarkan mereka dengan dirimu sebagai lelucon semesta. Mungkin saat ini bukan pahit yang kamu rasa, tetapi jangan bahagia dulu. Jangan kamu tertawa saat bisa injak kepala, jika belum siap menangis saat nanti hati sakit bagai teriris.

Aku tidak sedang mencari pembelaan, pun pembenaran. Hanya ingin setidaknya sampaikan sebagian kecil isi kepalaku saat terbangun di pukul tiga pagi. Seandainya saja hanya ada bahasa cinta di dunia. Seandainya saja semua insan bersedia mendengar dari dua sisi. Seandainya saja seluruh penghuni semesta bersedia coba rasa dulu sebelum lukai hati. Aku, kamu, dia, mereka, tidak ada yang sama. Rasaku bukan rasamu. Cinta dan benci, tidak sama. Jadi, terkadang aku merasa kita semua perlu untuk bisa belajar memahami. Belajar untuk menahan diri untuk tidak melukai. Belajar untuk cicipi sakit hati dulu sebelum berakhir pandai melukai.

Sekali lagi, luka yang biru tidak didapat hanya dari hasil tinju. Mari, bersama-sama, janganlah kita menjadi dewasa hanya untuk bisa membenarkan semua yang masih salah. Jangan juga jadi tambahan isi dunia yang tertawa saat derita hampiri yang baru belajar dewasa. Daripada menjadi pandai melukai, lebih baik jadi yang bisa menyentuh hati.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Januari 19, 2021

129 ㅡ Jika kamu hanya diperbolehkan ucap satu kata saja.

Jika kamu hanya diperbolehkan ucap satu kata saja,
kamu ingin bilang apa?

Bukan melulu ingin dihujani puji,
hanya merasa seisi semesta agaknya keji.

Jangan lukai hatiku.

Apakah kamu ikut merasakan perasaanku juga, ketika kamu ucapkan banyak kata pedih yang seharusnya kamu kunci untuk dirimu sendiri? Apakah kamu ikut merasakan perasaanku juga, ketika satu kesalahanku langsung mencoreng wajahku yang semula kamu puja? Apakah kamu ikut merasakan perasaanku juga, ketika aku dianggap bukan manusia karena tidak pernah diperbolehkan salah? Bukankah aku juga manusia? Lalu di mana letak salahnya?

Terkadang lucu, ya. Lucu hingga buat tertawa. Poros semesta memang bukan aku, tetapi aku juga ingin menjadi sebagian kecil dari penikmat senja dengan teh atau kopi hitamnya, bukan pecandu kerasnya putaran semesta yang terkadang tak sanggup aku taklukkan. Padahal aku selalu berusaha berikan yang terbaik untukmu dan teman-teman berupa karya yang bisa kamu dengar dan rasa, tetapi semua itu malah kamu anggap hal biasa yang sirna begitu saja saat lebih banyak benci dari cinta hadir untuk dirasa. Tentu ketika aku telah salah di mata teman-teman, sehingga pada akhirnya akulah yang benar-benar harus mengurung diri dan lukai hati.

Sudah aku katakan, jangan kejar aku ke mana-mana, karena aku punya ruang untuk menjadi diriku sendiri. Sudah aku sampaikan, jangan tarik aku ke tempat yang bisa jatuhkan aku lagi dan lagi. Aku adalah seseorang yang baru saja beranjak dewasa. Jadi, jangan buat aku menyesali keputusanku untuk menjadi dewasa. Jangan buat aku berubah menjadi seseorang yang tidak pantas rasakan bahagia.

Dari setiap momen deru napas yang menemaniku saat hadapi semua, aku tahu, aku tidak akan pernah bisa ucap kata tanpa mendapatkan amarah yang terburu-buru. Aku adalah seorang puan yang hidup dalam sorotan, sehingga aku juga harus paham, bahwa semua yang ada di dalam diriku sudah menjadi asupan seisi semesta. Segala yang aku rasa hanya menjadi rentetan puisi yang akan selamanya aku simpan dalam hati. Mungkin, suatu hari nanti, ketika aku temukan sosok yang bisa penuhi relung hatiku, tulang rusukku, aku akan sampaikan kepadanya ... jika aku hanya diperbolehkan ucap satu kata saja, maka aku akan bilang cinta.

Banyak hal yang ingin aku sampaikan kepada dunia, tetapi ada baiknya biar itu menjadi rahasia bulan saja. Selamat malam, sahabat-sahabat semesta. Terima kasih karena sampai hari ini pun aku masih diperbolehkan punya ruang untuk belajar. Terima kasih karena aku sudah didorong untuk bisa berusaha lebih kuat lagi. Doakan aku cepat bangkit, ya. Maaf, kalau aku salah. Maaf, kalau aku tidak dewasa. Aku hanya manusia biasa yang bisa salah. Aku hanya perempuan biasa yang terlalu perasa.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Januari 09, 2021

119 ㅡ Jika kamu diperbolehkan memilih ingin jadi siapa.

Jika kamu diperbolehkan memilih ingin jadi siapa,
kamu ingin jadi siapa?

Bukan menyesali segala kondisi,
hanya hendak sejenak bermimpi.

Aku.

Pertanyaan ini tiba-tiba berenang di kepalaku. Kali ini bukan soal semesta, tetapi bisa juga. Namun, lupakan semesta barang sejenak, mari kita hening dan berpikir. Bercanda. Aku tidak akan bawa kamu berpikir sedalam itu. Jika usai membaca pertanyaan, kamu langsung dapatkan sebuah gambar, maka itulah jawabanmu. Sesederhana itu. Meski begitu, harus aku katakan, sulit bagiku untuk menentukan.

Jika kebanyakan orang ingin jadi yang terkaya, aku hanya ingin jadi orang perasa. Jika kebanyakan orang ingin jadi yang terkenal, aku hanya ingin jadi sebagian kecil. Jika kebanyakan orang ingin punya segalanya, aku hanya ingin punya seluruh cinta yang ada di dunia. Menurutmu, apakah bisa? Aku tidak akan menginginkan semua yang kamu miliki. Hanya sebagian kecil saja. Aku hanya ingin jadi satu orang yang bisa punya hati yang begitu luar biasa. Aku ingin menjadi orang kuat yang mampu mempertahankan milikku di hadapan banyaknya selera dan nilai yang ada di dunia.

Inginku bisa menikmati dunia melalui perjalanan hidupku. Jadi, jika aku diperbolehkan memilih ingin jadi siapa, aku akan memilih aku. Aku merasa sudah cukup bahagia dengan penderitaan batin yang pernah aku lewati. Aku merasa sudah cukup bersyukur dengan perjalanan hidup yang tidak keruan. Aku merasa sudah cukup kuat karena sering dipermainkan semesta. 

Aku tetap ingin jadi aku. Aku tetap ingin terlahir menjadi aku tanpa kurang suatu apa pun. Aku dan jiwaku sudah bersatu. Kami tahu apa yang ingin kami lakukan. Kami tahu tujuan hidup kami di dunia. Oleh karena itu, biar aku jadi sebagian kecil di tempat terpencil, aku sudah bahagia dengan apa yang aku miliki. Aku tidak akan menukar hatiku dengan milik siapa pun.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Januari 08, 2021

118 ㅡ Jika hatimu yang retak bisa kamu rekat lagi.

Jika hatimu yang retak bisa kamu rekat lagi,
kamu ingin hati mana yang melekat?

Seolah punya banyak hati,
kali ini sombongkan diri.

Merakit hati yang pernah sakit.

Hatiku hanya satu. Hanya bagiannya saja yang berbeda. Ada yang pernah cinta. Ada yang pernah luka. Ada yang pernah terbakar api. Ada yang pernah terguyur hujan. Ada yang pernah terkena panas matahari. Ada yang pernah terbawa angin. Ada yang pernah hancur hingga melebur. Ada yang pernah kabur. Ada yang pernah kecewa. Ada yang pernah putus asa. Ada yang pernah terbuka hanya untuk yang ingin mampir. Ada yang pernah bangun benteng pertahanan. Rasanya terlalu banyak, jika harus dituliskan semua di sini. Walau begitu, setidaknya bagian-bagian hati yang penting sudah aku sebut. 

Pernah ditinggalkan, tidak membuatku ingin meninggalkan. Pernah dikecewakan, tidak membuatku ingin mengecewakan. Pernah dihancurkan, tidak membuatku ingin menghancurkan. Pernah putus asa, bukan berarti aku berhenti percaya pada asa yang aku punya. Aku pernah mengalami kesedihan yang buat ragaku bergetar dan hatiku getir tak keruan. Aku pernah terluka hingga aku tak berani lagi mencoba segalanya yang ada. Aku pernah lupa bagaimana caranya bahagia. Aku pernah patah yang berulang kali buat aku tidak percaya cinta. Aku pernah jatuh sejatuh-jatuhnya dan hancur sehancur-hancurnya. Tetapi kamu tahu, karena aku begitu mencintai serpihan hati yang berserakan, aku mendekap mereka dengan erat.

Aku merasa perlu untuk menerima segala perasaan yang tak melulu soal cinta luar biasa. Aku merasa perlu ditempa semesta dengan asa yang putus sebelum pantas ciptakan cinta yang tulus. Aku merasa aku perlu dipermainkan semesta hingga aku sadar, bahwa aku pantas bahagia. Semua yang aku terima adalah pelajaran berharga. Aku tidak bisa membayangkan diriku saat ini, jika aku tidak pernah rasakan segala nelangsa yang pernah membuat hatiku retak. Mungkin aku masih menjadi diriku yang tidak sebahagia sekarang. Aku mungkin bahagia, tetapi tidak seutuhnya.

Oleh karena itu, aku bersyukur karena hatiku pernah retak hingga hancur berserakan. Namun, jika ditanya hati retak mana yang ingin aku rekatkan lagi, jawabanku hanya satu. Aku ingin merakit hati yang pernah sakit. Karena kamu tahu, hati yang pernah merasakan pahit adalah hati yang bisa bertahan saat dihujani air mata, dihancurkan nelangsa, dan dipermainkan semesta. Hati seperti itu yang kuat. Hati seperti itu yang mampu bangkit. Jadi, apabila hatimu sama atau menyerupai milikku, jangan ragu untuk merakit kembali hatimu. Sakit itu juga rasa. Pahit itu juga rasa. Sama seperti bahagia.

Bila hatimu retak, rekatkanlah.
Bila hatimu sakit, rakitlah.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Januari 07, 2021

117 ㅡ Jika kamu diperbolehkan berevolusi.

Jika kamu diperbolehkan berevolusi,
kamu ingin jadi apa?

Seolah menjadi bahagia bukan tujuan utama,
menantang semesta biar luka sembuh sendirinya.

Aku ingin bermetamorfosa.

Di penghujung hari, aku bangga pada diriku yang tak lari. Maksudku, aku memang kalah cepat dari mereka yang sudah berjalan duluan. Tetapi aku sadar, aku banyak kekurangan. Meski begitu, aku tidak biarkan kurangku menjadi penghalang untuk buka lembaran baru. Aku mengasihi kekuranganku, dengan harapan aku bisa menjadikan itu kelebihan. Memang, butuh waktu untuk keluar dengan penuh kepercayaan diri dari cangkang kecilku, sebab aku terlalu nyaman menjiwai kekurangan hingga terkadang lupa, bahwa aku unik apa adanya.

Tidak apa berjalan dulu untuk memulihkan tenaga. Tidak apa peluk dirimu saat tak ada yang berani ulurkan tangan. Tidak apa menikmati kesedihan sesuai porsinya. Tidak apa merasa bahagia saat luka digoreskan semesta. Karena bukan soal waktu, tetapi soal jiwamu. Biarkan jiwamu berevolusi menjadi kupu-kupu yang cantik. Biarkan jiwamu bertumbuh menjadi pilar yang kokoh. Biarkan jiwamu bernyanyi dengan merdu. 

Saat kamu sudah siap untuk kembali melangkah, tarik kedua sudut bibirmu hingga membentuk seulas senyuman. Kamu berhak menunjukkan kepada semesta, bahwa kamu telah berjuang semampumu. Kamu kuat, lebih dari yang kamu bayangkan. Maka dari itu, larilah. Larilah sekencang yang kamu bisa. Jika mereka yang sudah lari duluan hanya membutuhkan sedikit kekuatan, maka kamu harus kerahkan semua kekuatan yang kamu punya. Kamu tidak kalah. Kamu tidak lambat. Kamu tidak kurang. Kamu hanya perlu persiapan yang lebih banyak.

Jangan salahkan dirimu yang merasa kurang, sebab manusia tidak ada yang sempurna. Jangan salahkan dirimu yang lebih lambat dari mereka, sebab semua punya waktunya masing-masing. Jangan salahkan dirimu yang kalah, sebab kamu sudah menang ketika kamu telah berjuang sekuat tenaga. Jadi, jangan menyesal kamu pernah menjadi kepompong, ya. Kamu harus berbangga hati, karena kini kamu bisa menjadi kupu-kupu yang cantik tiada tara. 

Terima kasih, karena sudah lahir sebagai telur yang berharap bisa keluar dari zona nyaman.
Terima kasih, karena sudah tumbuh menjadi larva yang berjuang tanpa henti.
Terima kasih, karena sudah memeluk dirimu sendiri saat menjadi kepompong.
Terima kasih, karena sudah berhasil keluar dari cangkang untuk menjadi kupu-kupu yang cantik.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Januari 06, 2021

116 ㅡ Jika kamu diberikan satu kekuatan oleh semesta.

Jika kamu diberikan satu kekuatan oleh semesta,
kamu ingin minta apa?

Tentang dunianya yang hancur,
melebur tidak akur,
hingga tubuhnya berkelukur.

Tentu, bukan menyoal kesedihan berkepanjangan.

Lagi-lagi pertanyaan perihal semesta, dari semesta, dan untuk semesta. Aku tahu betul, semesta tidak melulu berputar hanya untukku. Hanya saja, terkadang aku merasa bersalah karena aku kira semesta selalu senang mempermainkan aku. Aku sempat mengira semesta menyukaiku hingga aku selalu jadi bahan guyonan. Namun, kali ini aku mengangkat sebuah topik yang aku awali dengan sebuah pertanyaan.

Ini hanya jika, tetapi aku pikirkan setengah mati. Lucu, ya. Terkadang kata jika bisa membuat pikiran kita melayang hingga ke planet lain. Lucu, tetapi aku tidak tertawa. Aku lebih memilih diam, sebab aku tidak mau sama seperti semesta yang sering menertawaiku. Aku maklum, mungkin semesta tidak punya teman selain aku. Aku bangga. Ya, sedikit. Sebab semesta sering memorakporandakan hidupku bagai aku anak yang keras kepala, mungkin iya, aku anak yang tidak bisa diatur.

Oleh karena itu, kekuatan yang aku inginkan adalah jiwaku lulus dari segala ujian. Aku ingin jiwaku menjadi tahu aturan. Aku ingin jiwaku menuntunku untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Aku ingin jiwaku percaya akan masa depan. Aku ingin jiwaku tidak pernah menumbuhkan sesal yang tidak semestinya. Aku ingin jiwaku tidak menanamkan kesedihan yang berkepanjangan. Aku ingin jiwaku merasa damai walau hujan dan badai hadir tanpa permisi. Aku ingin jiwaku bahagia walau acapkali dipermainkan semesta. Aku hanya ingin jiwaku bisa menikmati dunia sebisaku. Karena aku tahu, Tuhan menciptakan semesta untuk dinikmati manusia.

Untuk kamu yang merasa duniamu hancur, jangan kabur. Aku akan beri kamu suntikan semangat yang bisa buat kamu kuat. Bersama, kita bangun dunia yang lebih baik, ya. Bersama, kita minta semesta pinjamkan kekuatan untuk jiwa-jiwa kita yang sedang ditempa. Bersama, kita minta semesta hancurkan segala derita. Bersama, kita minta kesedihan tidak berkepanjangan, tetapi hanya menjadi pajangan. Bersama, kita minta kebahagiaan ada untuk selamanya.

Ucapkan terima kasih untuk jiwamu karena telah berjuang hingga detik ini.
Ucapkan kata cinta untuk jiwamu karena telah menemanimu melewati segala suka dan lara.
Ucapkan sebanyak mungkin, sebab kamu pantas akhiri semuanya dengan kata amin.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Januari 05, 2021

115 ㅡ Jika ada mesin waktu yang diberikan cuma-cuma oleh semesta.

Jika ada mesin waktu yang diberikan cuma-cuma oleh semesta,
kamu ingin minta apa?

Seolah semesta belum cukup memberikan banyak batu yang buat pilu,
resah dan gelisah lagi-lagi menjadi rasa yang tak kunjung tuntas.

Tidak tahu, aku hanya ingin hidup.

Sebuah pertanyaan membuat aku termenung. Aku pernah memikirkan soal ini, tetapi jawabanku kala itu hanya satu, yaitu aku ingin merasakan semua suka dan lara sekali lagi. Tetapi entah mengapa, rasanya kali ini aku tidak akan memberikan jawaban yang sama. Walaupun pertanyaan diawali dengan jika, aku tetap memikirkan jawaban itu semampuku.

Dulu aku sering berharap semesta bisa beri aku kesempatan untuk kembali ke masa lalu. Bukan untuk menyesali segala sesuatu yang terjadi, tetapi untuk melihat bagaimana diriku saat itu. Bagaimana aku yang dulu hanya bisa mengeluh tanpa pernah patuh pada pelajaran semesta. Bagaimana aku yang dulu hanya bisa menangis tanpa pernah belajar untuk menerima rahasia di balik air mata. Bagaimana aku yang dulu hanya bisa marah tanpa pernah tahu arah perjalanan hidupku yang sesungguhnya. Bagaimana aku bahagia hanya di saat aku dapat pelajaran berharga yang mengundang tawa. Bagaimana aku bersyukur hanya ketika aku dapat semua yang aku inginkan.

Aku rindu masa-masa itu. Aku rindu saat aku tidak perlu banyak berpikir. Aku rindu saat aku tidak perlu menentukan masa depan. Aku rindu saat aku mencintai, tandanya aku memang cinta. Aku rindu saat aku perhatian, tandanya aku tidak berharap kembali. Aku rindu saat aku minta maaf, tandanya aku benar-benar merasa bersalah. Aku rindu saat aku berterima kasih tanpa perlu memikirkan harus beri apa lagi.  Aku rindu banyak hal yang saat ini hanya menjadi memori.

Apabila aku diperbolehkan untuk memutar kembali waktu, rasanya aku tidak akan melangkah dari tempat di mana aku berdiri sekarang ini. Aku tidak akan mau merasakan suka dan lara sekali lagi. Banyak suka yang datang setelah lara yang hadir duluan, tetapi aku yakin, bahwa aku tidak akan mengambil langkah mundur untuk melihat diriku yang dulu. Aku biarkan semua itu menjadi pelajaran yang menguatkan dan mendewasakan aku. Sebab kamu tahu, semesta tidak akan pernah beri kamu kesempatan untuk mengembalikan semua yang sudah terjadi. Semesta tidak akan beri kamu mesin waktu secara cuma-cuma.

Salam hangat,
Senjakala.