Jumat, Desember 31, 2021

475 ㅡ Punah.

Di perempatan jalan, aku teringat kisah bertajuk belum punah.
Berputar lagi sandiwara masa lampau bagaikan belum terlupa.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Desember 30, 2021

474 ㅡ Sedekat.

Kita pernah sejauh mentari, sedekat nadi; isyaratkan cinta sejati.
Kini semua berbeda, kamu dan aku tidak lagi aminkan satu hati.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Desember 29, 2021

473 ㅡ Sejauh.

Kamu tahu, aku dan semesta berseteru melulu; berada sejauh-jauhnya.
Siapa sangka malah bawakan petaka kehadiranmu dengan sejuta cinta?

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Desember 28, 2021

472 ㅡ Tumbuh.

Kamu datang dengan cinta yang tumbuh seiring berjalannya waktu.
Aku layangkan sebuah tanya perihal kesetiaanmu genggam hatiku.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Desember 27, 2021

471 ㅡ Matamu.

Di matamu ada pelangi; katamu dengan nada selembut sutra.
Terima kasih sudah hadir di sini; kataku dengan penuh cinta.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Desember 26, 2021

470 ㅡ Bicara.

Pada tiap-tiap kata yang terangkai menjadi kalimat, aku ingin bicara.
Pada nada-nada cinta yang terlantun menjadi lagu, aku ingin kamu.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Desember 25, 2021

469 ㅡ Untukmu.

Untukmu, yang masih saja merindu di saat bisa melepaskan semua.
Jangan ada penyesalan dalam hidup, sebab kamu pantas bahagia.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Desember 24, 2021

468 ㅡ Terbentur.

Terbentur, terbentur, dan terbenturlah lebih dahulu; kata semesta.
Supaya kelak bisa benar-benar rasakan bahagia yang seutuhnya.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Desember 23, 2021

467 ㅡ Diinjak.

Pada kesempatan kali ini, aku sediakan waktuku untuk berhenti sejenak.
Iya, agar aku tidak lagi jadi bahan guyonan semesta untuk diinjak-injak.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Desember 22, 2021

466 ㅡ Abadi.

Pada sederet luka yang setia abadi, terima kasih.
Karenamu aku belajar untuk mencintai lebih lagi.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Desember 21, 2021

465 ㅡ Sementara.

Mencintaiku tidak sulit, jikalau kamu bersedia buka hatimu.
Aku hanya butuh kasih yang sederhana, tanpa sementara.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Desember 20, 2021

464 ㅡ Senar.

Ada sejumlah senar yang tidak pernah mampu jariku petik.
Oleh karena kamu buat aku acapkali tidak pantas berkutik.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Desember 19, 2021

463 ㅡ Belenggu.

Barangkali aku memang terjebak banyak belenggu fana.
Tentang kamu dan semestaku yang tidak pernah sama.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Desember 18, 2021

462 ㅡ Tiga.

Pukul tiga, jangan ajak aku bernostalgia lagi.
Semua yang hadir saat petrikor sudah usai.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Desember 17, 2021

461 ㅡ Tertatih.

Teruntuk kamu, yang barangkali rasakan lelah dan ingin berhenti.
Tenanglah, ada aku yang bersedia jaga kamu agar tidak tertatih.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Desember 16, 2021

460 ㅡ Tinggi.

Adakalanya aku pikir; semua asaku terlalu tinggi.
Kendati demikian, aku yakin tetap bisa kunikmati.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Desember 15, 2021

459 ㅡ Tanda.

Tanda kasihku padamu berupa untaian aksara dari hati.
Apa kini kamu bisa temukan seluruh arti yang berarti?

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Desember 14, 2021

458 ㅡ Terbaca.

Di dalam sering terluka, sebab melulu dipermainkan semesta.
Di luar tidak terbaca, sebab percaya setelahnya bisa bahagia.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Desember 13, 2021

457 ㅡ Senyum.

Berawal dari senyum, cinta jatuh di tempat yang semestinya.
Pada senyum itu, aku titipkan sejuta kasih membahagiakan.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Desember 12, 2021

456 ㅡ Ada.

Di luar sana, ada bahagia untuk yang pantang menyerah.
Di dalam sini, ada yang mendamba sosok tanpa karena.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Desember 11, 2021

455 ㅡ Salah.

Kamu tahu, selama ini tiada cinta yang benar.
Barangkali kisah yang aku mulai sering salah.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Desember 10, 2021

454 ㅡ Mengadu.

Pada siapa lagi aku harus mengadu?
Awan dan ombak hanya sibuk beradu.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Desember 09, 2021

453 ㅡ Satu.

Bahagia usai air mata, kata mereka.
Pada satu cinta, aku selalu berdoa.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Desember 08, 2021

452 ㅡ Sore.

Sore ini tidak seperti biasanya;
banyak burung berkicau suka,
bagai semesta punya rencana,
dan aku yang terus menduga.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Desember 07, 2021

451 ㅡ Langit.

Langit, bisakah kamu menangis sejenak saja?
Aku ingin lepaskan beban, jatuhkan air mata.

Langit, bisakah saat ini kamu lupakan aku?
Barangkali kamu mau peluk aku yang rapuh.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Desember 06, 2021

450 ㅡ Sederhana.

Semesta bagai melulu beri teka-teki;
yang mana acapkali buat sulit berdiri.

Sesungguhnya hanya ingin dicinta;
dengan sederhana dan punya arah.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Desember 05, 2021

449 ㅡ Rumit.

Seharusnya cinta dan patah tidak serumit ini.
Apakah benar seharusnya tidak begini?

Nyatanya, entahlah; adalah jawabanku.
Masih berupaya percaya cinta itu sederhana.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Desember 04, 2021

448 ㅡ Kangen.

Setiap surat kurasa punya cerita masing-masing.
Bagaimana menurutmu soal itu, pujangga asing?

Di kalimat terakhir, aku sisipkan sesuatu; hampir.
Nyaris aku ungkap kangen yang tiba-tiba hadir.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Desember 03, 2021

447 ㅡ Biru.

Aku;
selintas benang pada layangan,
secorak warna biru pada awan,
semestamu yang buat nyaman.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Desember 02, 2021

446 ㅡ Terang.

Kamu;
serupa terang pada langit abu-abu,
selaras senja yang teramat teduh,
sejemang aku hanyut dan rapuh.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Desember 01, 2021

445 ㅡ Suka.

Garis waktu cepatlah gaungkan semua,
bahwa ada yang barangkali sudah suka.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, November 30, 2021

444 ㅡ Lara.

Terbiasa pura-pura tertawa, padahal berselimut nelangsa.
Adakah di luar sana yang mampu temukan segenap lara?

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, November 29, 2021

443 ㅡ Pecah.

Tak perlu khawatir, 
apalagi ketar-ketir.

Hati ini tidak terluka,
hanya sedikit pecah.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, November 28, 2021

442 ㅡ Bersenyawa.

Tiada pernah punya harap bisa sempurna,
sebab betul hanya kehendaki satu cinta.

Hanya seorang hawa yang harap bersenyawa,
dengan pujangga yang bisa buat hati bahagia.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, November 27, 2021

440 ㅡ Menyesal.

... dan pada kenyataan, aku tiada sesal aku punya;
untuk semua luka yang belum sembuh sendirinya,
untuk segenap cinta yang sayapnya selalu patah.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, November 26, 2021

441 ㅡ Pamrih.

Dengan sisa hati yang aku miliki,
tidak akan pernah aku pamrih.

Dengan cinta yang penuh,
aku akan mencinta utuh.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, November 25, 2021

439 ㅡ Abu-abu.

... dan pada langit abu-abu, aku lantunkan lagu;
jangan hadir untuk pamerkan kamu meragu,
jangan mampir untuk sekadar buang waktu.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, November 24, 2021

438 ㅡ Sesaat.

... dan sesaat kuhitung bintang-bintang itu;
rasakan dalamnya langitku yang merindu,
pada tatap muka yang juga belum punyaku.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, November 23, 2021

437 ㅡ Terlanjur.

... dan semua sudah terlanjur;
aku perlu benar berkata jujur,
pada cinta yang kuharap mujur.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, November 22, 2021

436 ㅡ Terkabul.

... dan katanya, ada yang harapannya terkabul;
aku berdoa supaya bukan aku yang kena kibul.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, November 21, 2021

435 ㅡ Kupu-kupu.

... dan hadirlah sejumlah kupu-kupu di siang hari itu,
bersukaria nyatakan ada seseorang yang jatuh cinta.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, November 20, 2021

434 ㅡ Permisi.

Permisi, wahai pujangga semesta.

Ada apa gerangan mampir ke hati sini?
Apakah ada yang bisa aku dengarkan?
Adakah tangan yang bisa kugenggam?

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, November 19, 2021

433 ㅡ Manis.

Adakalanya napas ini habis,
hanya karena sedih tipis-tipis.

Adakalanya rasa itu manis,
... iya, karena kamu, Manis.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, November 18, 2021

432 ㅡ Rehat.

Pada rehat, aku bersumpah sepenuh hati;
tak akan biarkan diri terbuai berulang kali,
oleh mereka yang hanya tahu cara berlari.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, November 17, 2021

431 ㅡ Depan.

Pada masa depan, aku berupaya sekuat tenaga;
jadi senja untuk cinta yang kandas tanpa arah,
jadi pelita untuk semesta yang bersusah payah.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, November 16, 2021

430 ㅡ Janji.

Pada janji, aku merenung sedalam-dalamnya;
jika suatu hari nanti datang seorang pujangga,
benarkah bisa aku pastikan hati siap untuknya?

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, November 15, 2021

429 ㅡ Hati.

Pada hati, aku berteriak sekencang-kencangnya;
ke manakah perginya cinta yang dulu berapi-api,
yang kesetiannya tidak perlu diragukan lagi-lagi?

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, November 14, 2021

428 ㅡ Logika.

Pada logika, aku bertanya sekeras-kerasnya;
mungkinkah masih ada di sudut terdalam sana,
sebuah bahu untuk aku bersandar ketika lelah?

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, November 13, 2021

427 ㅡ Rumah.

Teruntuk kamu;
petrikor senja yang aku damba,
panorama hujan yang aku cipta,
semua bahagia yang jadi rumah.

Jangan lari lagi,
tetaplah di sini.

Dari aku,
penikmat rindu yang terselubung,
puan yang bersedih tanpa ujung,
harap ada yang sedia berkunjung.

Bukan hanya mampir dan hampir,
tapi selalu setia jadi yang terakhir.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, November 12, 2021

426 ㅡ Meraki: Sampai jumpa lagi.

Bagai lupa bagaimana cara bicara, aku mematung di tempat dengan leher tercekat dan lidah yang sudah sedari tadi kelu. Aku kehabisan aksara untuk aku rangkai menjadi pinta-pinta lain.

Bukan hanya tanganku yang genggam tanganmu, tapi aku berusaha genggam hatimu juga. Meski begitu, bisa aku rasakan kamu enggan berikan aku waktu untuk berusaha genggam hatimu. Rasa janggal yang meluap-luap buat aku sama sekali tidak mau kamu pergi tinggalkan aku walau kamu katakan akan kembali. Entah mengapa, aku temukan nada dusta di sana. 

Barangkali aku egois. Iya, aku putuskan menjadi egois demi kamu.

Aku bahkan tidak mampu balaskan ucapan sampai jumpa dengan jaga dirimu baik-baik, atau jaga kesehatanmu, atau jangan lupakan aku, atau apa pun.

Aku tidak tahu; ini karena kamu tidak beri aku kesempatan itu, atau memang akulah yang kalah dari keberanianku sendiri. Aku yang sejatinya tidak pernah diberikan ruang untuk bahagia satu kali pun.

Hanya dengan satu tarikan, tanganmu terlepas dari genggamanku. Runtuhlah sudah semestaku. Aku hanya mampu pandangi lantai kamarku dengan tatapan nanar. Kosong, tidak ada cahaya apa pun di sana. Hanya tersisa kamarku yang sudah berisikan aroma tubuhmu, seprai putih yang tidak beraturan karena pernah ada kamu di atasnya, dan air jeruk manis yang tidak akan pernah semanis dulu.

Aku sedih.

Seperempat bagian dari kesedihan ini memang karena aku yang terluka akibat sudah bersikeras meminta kamu tinggal di saat kita bukan apa-apa. Aku bukan siapa-siapa. Iya, dan sepenuhnya aku katakan; aku terluka karena diriku sendiri. 

Satu, dua, tiga tarikan napas aku ambil dan aku loloskan bersama rintik air yang basahi pelupuk mataku. Biar aku jadi cengeng untuk sejenak saja usai kamu lenyap dari pandanganku.

Aku kepalkan kedua tangan; berpegang pada asa, barangkali besok kamu benar kembali. Pada akhirnya, di sela-sela hujan deras yang tiba-tiba guyur ruangan kamarku, aku titipkan harapan dan selipkan namamu di dalam doa.

"Sampai jumpa lagi." Lirih, aku bergumam dalam satu tarikan napas. "Aku harap semua akan baik-baik saja."

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, November 11, 2021

425 ㅡ Meraki: Jangan tinggalkan aku.

Jantungku berpacu begitu cepat.

Pertama, karena kamu selalu mampu memberikan aku sesuatu yang buat aku dan jantung tidak bersahabat baik. Jantung berpacu tanpa aba-aba dariku, namun aku teramat sangat menikmati setiap dentuman yang dihasilkan.

Kedua, karena aku khawatir. Aku cemas kalau pada akhirnya aku membuat suatu keputusan yang salah; di mana ini menjadi akhir dari kisah yang bahkan belum sempat aku mulai sama sekali.

Kata maaf tidak lagi terasa menenangkan, malah terdengar bagai tersimpan berjuta arti yang buat aku sesak napas hingga berniat kehilangan kesadaran, dan berharap dengan ini kamu tidak jadi tinggalkan aku ke mana pun langkah membawamu pergi.

Aku serela itu. Aku rela menyakiti diriku sendiri demi mencegah kamu pergi, tapi tampaknya lidahku terlalu kelu untuk sampaikan apa pun. Aku tidak tahu harus mencegatmu dengan cara apa lagi. 

Kecupan yang kamu buahkan pada keningku terasa asing. Aku tidak bisa rasakan manis yang semula basahi birai ranumku beberapa saat lalu. Pesan yang kamu ucapkan tidak buat aku tenang. Aku kalang kabut. Aku harus apa lagi? Aku tidak tahu.

Akhirnya di tengah kekalutan yang aku rasakan, aku tuturkan satu kalimat dengan begitu lirih, "Jangan tinggalkan aku."

Bersama dengan ungkapan hati itu, aku meraih tanganmu; mencengkram pergelangan tanganmu kuat-kuat. Aku tidak mau kamu pergi. Barangkali aku diperkenankan untuk sedikit egois, manja, dan apa pun ciri khas seorang anak kecil yang sedang berusaha membuat kebahagiaan tetap tinggal di sisiku. Aku pula mengecup punggung tanganmu.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, November 10, 2021

424 ㅡ Meraki: Kamu tidak mau menginap saja di sini?

Kerutan muncul di keningku. Pasalnya, aku dapati hal yang tidak selaras dari kalimatmu. Kamu lumayan mengantuk, tapi kamu minta aku untuk istirahat yang cukup. Kamu berniat kembali ke tempatmu berada. Tempat yang tidak bisa aku jangkau sama sekali.

Aku terdiam. Sejenak aku dapati leherku tercekat. Lidahku terlampau kelu untuk memintamu tinggal di sini.

Aku, jujur saja masih hendak rengkuh dan hirup aroma tubuhmu; rasakan keberadaanmu seutuhnya dalam dekapanmu. Meski begitu, siapalah aku yang berani-beraninya meminta kamu tinggal di sini; di ruangan kecil nan berdebu milikku. Pasti ruanganmu di sana jauh lebih luas dan nyaman. Oleh karena itu, aku vokalkan sedikitnya suara hatiku padamu yang berisi, "Kamu tidak mau menginap saja di sini? Sudah malam."

Barangkali dua kalimat itu mampu mencegatmu sedikit lebih lama. Aku khawatir setelah dari sini kamu malah menghilang. Entah mengapa, ada rasa yang janggal muncul di hatiku. Aku tidak tahu itu apa.

"Tidur di sini saja. Jangan kembali ke sana dulu," pintaku pelan.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, November 09, 2021

423 ㅡ Meraki: Jadi, kamu sudah ngantuk, belum?

Aku tidak sama sekali merasa ini salah. Buktinya tubuhku saja menerima segala bentuk afeksi yang kamu sampaikan lewat cumbuan ini dengan begitu tenang. Ah, tidak setenang itu. Ada sedikit kekhawatiran yang sekelebat muncul setiap kali aku berusaha menikmati setiap sentuhan darimu. Aku tidak tahu pastinya, tapi aku tahu kalau aku belum sesiap itu untuk mulai semua ini dengan sentuhan dari luar.

Maka dari itu, ketika decakan terakhir terdengar, aku buka mataku perlahan; pastikan diriku merekam sejelas-jelasnya ekspresi yang kamu ciptakan saat ini. Akhirnya ada waktu yang bisa aku gunakan untuk mengatur napasku. Barangkali aku belum ketahui secara pasti; bagaimana cara berciuman yang baik dan benar, hingga bisa-bisanya aku kehabisan napas macam tadi.

Aku mampu dengan mudahnya memindai tiap-tiap lekuk parasmu saat ini, karena jarak di antara kita masih terlampau dekat untuk bisa kembali berciuman. Namun, aku tahan. Biar terjadi lagi di lain waktu.

Bisikan ucapan terima kasih darimu sempat buat aku menutup mataku sekilas. Suaramu yang diperdengarkan secara dekat buat jiwa dan ragaku tergelitik. Aku menarik kedua sudut bibirku hingga buahkan senyuman kecil.

"Terima kasih juga," balasku dengan tenang. "Jadi, kamu sudah ngantuk, belum?"

Aku berusaha mengganti topik, sebab pipiku pasti masih tampilkan rona kemerahan akibat apa yang barusan kita lakukan. Tubuhku pun agaknya menghangat. Aku mau ajak kamu kembali bersembunyi di pelukanku, tapi aku khawatir kamu bisa dengar debaran jantungku yang masih belum juga balik normal.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, November 08, 2021

422 ㅡ Meraki: Pahit becampur manis.

Aku dan segala kebodohanku yang mendadak layu. Aku tidak ingat lagi kapan terakhir kali aku begitu membenci sentuhan. Aku, yang tiak pernah sama sekali bisa rasakan arti cinta yang sesungguhnya, entah mengapa merasa begitu dicintai di momen-momen ajaib ini. 

Pahit becampur manis. Aku dibuat begitu menyukai tiap-tiap sentuhan yang kamu berikan. Entah karena semua ini baru, atau memang karena aku begitu menyukai keberadaanmu di sisiku.

Aku mempersilakan kamu ambil alih. Kepalaku ikut aku miringkan, dengan netra yang masih terpejam. Aku tidak berani sedikit pun intip ekspresi yang kamu ciptakan saat ini. Aku takut menjadi terlampau mabuk. Kini sebelah tangan aku bawa menangkup wajahmu. Aku gunakan ibu jariku untuk mengusap pipimu sembari masih tenggelam dalam cumbuan.

Tiba-tiba saja aku lupa cara bernapas. Aku kerutkan keningku seolah-olah benar-benar kehilangan oksigen. Barangkali kamu bisa beri aku instruksi lebih dulu sebelum lakukan ini. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku gemetaran.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, November 07, 2021

421 ㅡ Meraki: Kalaupun suatu hari nanti kita bisa saja saling membenci.

Aku selalu percaya, adakalanya aku perlu memperjuangkan sesuatu yang aku rasa berharga agar aku bisa menjadi lebih bahagia. Aku pula percaya, kalau hari di mana aku diperkenankan untuk bahagia akan lekas datang. Semua pikiran ini mendadak hadir dalam benak saat sepasang iris jelagaku bertemu dengan milikmu. Bahkan kini saat kamu lolos dari rengkuhanku dan berpindah posisi, aku masih enggan melepas pandanganku. Aku masih mau perhatikan tiap-tiap sisi wajahmu.

Ketika pipiku kamu tangkup, aku merasakan getaran lain dalam dadaku. Getaran yang membuat jantungku berpacu begitu cepat. Getaran yang tidak biasa. Getaran yang buat aku teramat nyaman. Maka aku pejamkan netraku pula saat ranumku bertemu dengan milikmu.

Iya, tidak ada penolakan datang dariku. Malah yang ada adalah keinginan untuk membalas kecupan yang kamu hadiahkan untukku. Bersama dengan kepala yang mendongak sedikit, aku biarkan ranumku buahkan balasan berupa kecupan dan lumatan pada sepasang bilah ranum milikmu; perlahan, dengan begitu lembut.

Inilah jawabanku atas harapan yang kamu sampaikan barusan. Jangan, jangan kira aku akan membencimu karena sudah melakukan ini. Kalaupun suatu hari nanti kita bisa saja saling membenci, aku harap bukan karena ini. Aku harap juga bukan karena kita hendak saling melindungi.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, November 06, 2021

420 ㅡ Meraki: Pada dasarnya, semua manusia itu egois.

Aku berusaha mengalirkan seluruh sisi hangat dari dalam tubuhku padamu melalui pelukan ini. Aku teramat sangat berharap; kamu bisa menjadi lebih tenang, kamu bisa tidak terbebani lagi dengan apa pun yang sedang berputar di kepalamu, dan kamu bisa berhenti menitikkan air mata. Maka saat kamu mendongak dan menatapku, aku pun lakukan hal yang sama. Aku menunduk sekilas untuk membiarkan sepasang netra kita bertemu.

"Pada dasarnya, semua manusia itu egois," jawabku dengan tenang. "Aku juga egois. Jadi, kamu bebas menjadi egois. Kamu bebas menjadi dirimu sendiri dan aku tetap akan bilang; aku tidak akan ke mana-mana."

Aku mengusap surai emasmu lagi dengan setulus hati; sampaikan betul-betul kalau aku menyakini ucapanku.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, November 05, 2021

419 ㅡ Meraki: Kamu boleh menangis sekencang-kencangnya.

Satu hal yang tiba-tiba menjadi prioritas dan menarik seluruh atensiku adalah keheningan yang mendadak mampir di tengah-tengah kita. Berikut dengan bulir air yang membasahi kedua sudut matamu.

Apa yang terjadi?
Aku tidak mengerti.

Kamu sampaikan kata maaf yang sebetulnya tidak aku ketahui betul-betul arti yang tersimpan di dalamnya. Aku gunakan ibu jari untuk mengusap pergi bulir air yang pasti menganggu pandanganmu. Meski begitu, aku tidak masalah kalau kamu masih mau menangis untuk meluapkan emosi yang berkecamuk dalam dirimu; apa pun itu.

"Menangislah, kamu tidak perlu minta maaf," kataku sebelum menarikmu ke dalam pelukan; biarkan kamu runtuhkan seluruh pertahananmu. Barangkali kamu masih mau menangis. Kamu boleh menangis dalam pelukanku. "Kamu boleh menangis sekencang-kencangnya, kalau mau. Aku bakalan tetap di sini," imbuhku seraya mengusap dan menepuk pelan punggungmu.

Kamu tadi bilang; kamu tidak berniat pergi, 'kan? Maka genaplah sudah, aku sudah sampaikan pula kalau aku akan tetap di sini. Aku tidak akan pergi ke mana pun, kecuali kamu yang putuskan secara sepihak untuk meninggalkan aku.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, November 04, 2021

418 ㅡ Meraki: Perasaan yang luar biasa, sungguh.

Untaian kata darimu terdengar begitu lembut di telingaku. Barangkali karena kita sedang sedekat ini. Barangkali karena kita sedang berada di kasur yang sama. Barangkali karena aku terlampau nyaman dengan tiap-tiap momen yang kita ciptakan bersama. Perasaan yang luar biasa, sungguh.

Baru saja hendak balas dengan beberapa kalimat saat kamu ceritakan soal kawan-kawan barumu itu, cubitan mendarat mulus pada pipiku. Kali ini aku berikan reaksi kesakitan, sebab berpura-pura sedikit supaya kamu gembira? Iya, tidak ada salahnya bermain-main sejenak. 

Namun, usai itu aku terkekeh pelan lagi. Sekarang aku yang mengusap dan mencubit pelan pipimu. Tentu, tidak akan buat sakit, melainkan rasa sayang, mungkin. Barulah kini aku tatap kedua netramu lamat-lamat seraya vokalkan isi hati, "Jangan sampai kamu terjebak dalam hal-hal di luar kemampuanku. Baik-baik jaga diri kamu kalau aku tidak ada. Kamu harus ingat, selama kaki kamu belum sembuh, kamu jadi prioritas dan tanggung jawabku."

Aku merasa pipiku menghangat setelah sampaikan itu. Semoga tidak ada rona kemerahan di kedua pipiku. Kalaupun ada, aku mohon; jangan sampai kelihatan olehmu, meski rasanya mustahil betul.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, November 03, 2021

417 ㅡ Meraki: Pasti kamu capek.

Kamu tahu, aku sebetulnya tidak sebodoh itu. Aku tidak bodoh untuk hanya duduk diam di kamarku ketika kamu sampaikan bahwasanya kamu sedang berada di suatu tempat asing yang tidak sama sekali bisa aku jangkau. Maka, tadi aku sempat cari tahu dulu; apakah itu dan di manakah letak pasti lokasi yang kamu sebutkan. Meskipun aku adalah salah satu kaum yang agak gagal teknologi, tapi setidaknya aku berusaha.

Sempat aku mau bertanya lebih jauh soal kegiatanmu di sana, tapi dapati kamu menangkup dan mengusap pipiku, tentu buat aku cukup luluh dan berakhir enggan bertanya lebih jauh. Aku pula tidak pahami betul-betul soal negeri asalmu dan bisnis-bisnis yang mungkin bisa saja kamu jelaskan padaku.

Menolak untuk mempermalukan diri sendiri kalau seandainya kamu ceritakan urusanmu dan aku berakhir gagal paham, maka hanya senyuman dan gerakan sederhana dari tanganku yang jadi reaksi. Aku menyelipkan helai emas milikmu ke belakang telinga agar tidak ganggu pandanganku akan wajahmu, lalu aku bebas bermain dengan helai emasmu itu; aku usap helai emasmu perlahan berkali-kali sambil berkata, "Pasti kamu capek. Bagaimana rasanya bertemu orang-orang baru?"

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, November 02, 2021

416 ㅡ Meraki: Aku suka sekali momen ini.

Kamu tidak mau duduk. Oke.
Kamu belum mengantuk. Oke.
Kamu mau rebahan saja. Oke.
Kamu mau lanjut ngobrol. Oke.

Aku akan turuti semua keinginanmu. Apalagi kini jariku sudah bertautan dengan milikmu. Ada perasaan baru yang begitu membuatku terbuai. Aku suka sekali momen di mana aku bisa menggenggam tanganmu dengan begitu erat.

Aku ikuti ke mana tungkai kecilmu pergi. Sekarang aku dan kamu sudah berada di atas kasur yang sama. Aku bantu kamu merebahkan diri agar sewaktu kamu mengantuk, kamu bisa langsung tidur dengan nyaman. Aku pun ikut berbaring di sampingmu; tidak mau duduk lagi, entah mengapa.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, November 01, 2021

415 ㅡ Meraki: Barangkali kamu mau istirahat.

Sudah. Aku sudah berhasil memindai figurmu dalam benak. Aku sudah berhasil mencatat aroma yang kamu ciptakan. Maka ketika pelukan terlepas, walau tidak sepenuhnya terlepas, aku tidak berkomentar apa-apa, sebab kini aku mampu pandangi wajahmu dengan sejelas-jelasnya.

Bersamaan dengan lenganmu yang melingkari leherku, aku lingkarkan lenganku pada pinggangmu. Iya, agar aku masih bisa menyentuhmu meskipun tidak berpelukan macam tadi.

Mendapati kamu mengeluh dengan begitu gemas sungguh buat aku tersenyum. "Iya, ayo, duduk. Atau kamu mau tiduran? Kamu tidak capek habis nyetir ke sini? Kamu tidak ngantuk?"

Banyak tanya. Aku tidak terbiasa ada yang mengunjungiku seperti ini. Berkendara dari tempatmu ke rumahku pasti melelahkan, 'kan? Barangkali kamu mau istirahat.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Oktober 31, 2021

414 ㅡ Meraki: Pelukan ini adalah pelukan ternyaman.

Aku, dan segala imaji yang tiba-tiba tebersit dalam benak. Aku dan kamu berada di dalam ruang yang sama, tanpa adanya luka dan lara; hanya bahagia yang ada di dalamnya. Mendadak aku mampu membayangkan hal itu sejelas-jelasnya. Apakah aku benar-benar sudah menemukan seseorang yang ingin aku perjuangkan? Entahlah, semesta tidak semudah itu berikan aku cinta. Aku sendiri tidak paham apa pun soal cinta. Namun, yang aku pahami betul-betul; pelukan ini adalah pelukan ternyaman yang pernah hadir dalam hidupku.

"Mm-hmm," gumamku pelan sambil mengangguk ringan. "Aku akan menjaga kamu sampai kakimu sembuh."

Aku tidak bergerak; kedua tanganku masih mendekapmu erat, berikut dengan kedua mata yang terpejam. Aku mengendus aroma tubuhmu supaya kalau-kalau suatu hari nanti kita terpisahkan jarak dan waktu lagi, aku masih mampu membayangkan dirimu di sisiku seutuhnya.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Oktober 30, 2021

413 ㅡ Meraki: Pelukan terlamaku untukmu.

Pelukan ini adalah pelukan terlama yang sebelumnya tidak pernah aku berikan pada siapa pun. Aku tidak pernah merasa perlu memeluk satu orang pun untuk mengurangi rindu yang tebal. Aku tidak pernah merasa perlu mengatakan aku rindu saat hatiku tercabik akibat jarak yang ambil bagian sebagai pemisah.

Iya, awalnya aku kira begitu, tapi ternyata aku pula semudah itu menarikmu ke dalam dekapan, membenamkan wajahku di sela lehermu, hingga gumamkan untaian nada rindu berupa, "Aku juga merindukanmu."

Barangkali kita semua hanya perlu menemukan seseorang yang pantas diperjuangkan. Barangkali aku hanya butuh kamu sebagai rumah tempat hatiku berlabuh. Barangkali aku benar bisa mempertanggungjawabkan perasaan ini di kemudian hari saat diperlukan.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Oktober 29, 2021

412 ㅡ Meraki: Pelukan yang cukup erat.

Aku pikir jeruk hangat menjadi kehangatan utama yang kamu maksud. Aku tidak kira ternyata kamu lebih butuh dekapanku. Maka tanpa ragu, aku langkahkan tungkai untuk memangkas jarak di antara kita, lalu dengan kedua tangan yang sudah sedikit direntangkan, akhirnya aku menarikmu ke dalam pelukan. Pelukan yang cukup erat sampai-sampai aku berhasil menunduk dan membenamkan wajahku di sela pundakmu.

Aku gunakan sebelah tanganku untuk mengusap pelan punggungmu bagai sampaikan; aku di sini, tidak ke mana-mana.

Ah, untung saja lampu sudah aku nyalakan lagi sebelum kita berpelukan begini. Kalau tidak, aku tidak tahu seberapa kencangnya jantungku akan berpacu dalam situasi macam ini.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Oktober 28, 2021

411 ㅡ Meraki: Kamu masih di sana.

Sungguh, aku berniat istirahat. Padahal aku sudah pejamkan kedua mata; bermaksud menenangkan diri sambil tunggu panggilan baru atau pesan lagi darimu. Namun, ternyata aku masih ketar-ketir; kebingungan akan apa yang sedang kamu lakukan saat ini.

Banyak pertanyaan mengisi kepala dan relung hatiku. Ketimbang pikirkan hal yang bukan-bukan, aku lebih khawatir sesuatu terjadi padamu saat aku tidak ada di sampingmu. Maka dari itu, dari posisi berbaring, kini aku duduk di atas kasurku dengan netra tidak lepas pandangi gawaiku yang layarnya tidak juga bersinar walau sudah lewat beberapa menit.

Aku mulai curiga sesuatu terjadi. Aku berniat kirimkan pesan padamu. Aku tidak peduli kalau kamu anggap aku terlampau berlebihan. Ah, tapi baru saja aku hendak mengetik sesuatu, pesanmu lewat aplikasi WhatsApp muncul duluan.

Hah?
Oke, sebentar.

Kepalaku, jangan bodoh untuk saat ini. Mengerti? Mengerti. Tanpa balas lebih dahulu, aku buru-buru beranjak dari kasur, keluar kamar, buka pintu depan rumah, dan berakhir buka pagar utama.

Aku temukan kamu ada di depan mataku. Sejenak aku mengerjapkan mata beberapa kali, sebab bisa saja kamu hilang setelah aku buka mata, tapi tidak begitu konsepnya. Kamu masih di sana.

Aku panggil kamu pelan sebelum tanpa sadar aku menarikmu ke dalam pelukan.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Oktober 27, 2021

410 ㅡ Meraki: Aku tidak akan ke mana-mana.

"Aku tidak akan ke mana-mana."

Untung saja aku berhasil balas itu sebelum sambungan telepon terputus. Sampai jumpa darimu juga aku balas dengan lambaian tangan serupa.

Aku tidak pernah sangka lambaian tangan bisa seberat ini aku lakukan. Namun, sebab kamu minta aku tunggu baik-baik, maka usai layar gawaiku tidak lagi pamerkan wajahmu, aku istirahatkan mataku. Gawai pun aku letakkan di sebelahku, lalu punggung tangan aku daratkan pada kedua mataku yang tertutup. 

Senyuman kecil muncul yang perlahan berubah jadi lebih lebar lagi. Aku tidak tahu; aku sedang memikirkan apa. Ah, yang aku tahu ... selalu ada kamu di dalamnya.

Aku bangkit dari posisi berbaring untuk menuju ke sudut ruangan. Sebelah tangan aku gunakan untuk mematikan lampu. Sambil menunggu panggilan lagi darimu, aku kembali berbaring di atas kasurku; memejamkan mata lagi. Aku tidak tidur, hanya istirahat sebentar.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Oktober 26, 2021

409 ㅡ Meraki: Ah, tentu saja bukan masalah, kok.

Sejujurnya saat aku sampaikan bahwasanya aku rindu presensimu di sampingku, aku tidak dambakan jawaban atau reaksi apa pun. Itu semua murni ungkapan yang refleks lolos dari birai ranumku; yang mana sepenuhnya berasal dari hati. Namun, ketika kamu balaskan dengan kenyataan kalau kamu pun merindukan aku, ada kelegaan tersendiri yang membuncah dalam dada.

Bagai aku adalah pemenang terbaik dari antara yang terbaik, aku terenyum lebar. Selebar itu senyumanku sampai-sampai rasanya mataku bisa saja hilang; membentuk bulan sabit yang hanya boleh dipertontonkan di depanmu seorang.

Kamu yang kini sudah berada di posisi duduk membuat aku sempat bertanya-tanya. Belum juga aku berikan sahutan apa pun soal kerinduan, kamu minta aku menunggu sebentar? Ah, tentu saja bukan masalah, kok. 

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Oktober 25, 2021

408 ㅡ Meraki: Cuma sedikit rindu.

Terkadang aku takut.

Aku takut bahwasanya aku yang terlahir sebagai petaka untuk kedua orang tua, malah hanya bisa berikan hal-hal buruk untuk insan-insan di sekitarku. Aku takut, aku tidak pantas untuk rengkuh bahagia walau bahagia itu acapkali disuguhkan oleh semesta tepat di depanku.

Seperti kamu.

Kehadiranmu adakalanya buat aku gundah gulana. Aku khawatir bahwasanya hidup ini terlampau mulus bagiku yang tidak pernah pantas jadi siapa-siapa. Meski begitu, kamu pula yang ada di sisiku. Kamu pula yang benar-benar ada di sampingku, maupun di seberangku macam sekarang ini.

"Cuma sedikit rindu." 
Astaga, aku terlampau jujur.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Oktober 24, 2021

407 ㅡ Meraki: Kamu mau hidup bersama orang sepertiku?

Padahal pertanyaan yang aku tujukan padamu sederhana saja, dan harusnya kamu yang bersikeras untuk cari jawaban, tapi di sisi lain; malah aku yang sekeras itu berpikir. Aku yang sekeras-kerasnya berusaha menemukan alasan kuat yang bisa aku jadikan penyemangat hidup.

Wajahmu kembali sepenuhnya bisa aku pandangi, muncul senyuman kecil di wajahku. Rambutmu yang berantakan tambahkan rona kegemasan tersendiri; sungguh buat hatiku kian menghangat.

Kamu serius 'kah sewaktu katakan bahwasanya kamu mau hidup bersama orang sepertiku?

Sayangnya pertanyaan itu hanya mampu berputar di kepalaku saja. Aku masih belum berani tanyakan sendiri padamu. Alhasil, aku hanya mampu mengulum senyum. Namun, gelak tawaku pecah usai dengar kamu berceloteh. Barangkali aku rindu; ingin kamu ada di sisiku saat ini. 

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Oktober 23, 2021

406 ㅡ Meraki: Pertimbangkan untuk jadi pasangan hidupmu.

Apa yang aku katakan, dan apa yang menjadi tingkahku saat ini memang terbilang sangat teramat baru. Bahkan bagiku sendiri, ini merupakan sebuah pengalaman baru di mana aku perlu sembunyikan sisi emosional yang tiba-tiba meluap. Oleh karena itu, setelah lagi-lagi memastikan bahwasanya aku sudah siap kembali menatapmu lamat-lamat, aku berdeham untuk terakhir kalinya.

Kini sepasang iris jelaga milikku sudah diarahkan hanya padamu. Aku temukan perubahan tatapan; entah itu perasaanku semata, atau memang itulah yang terjadi. Aku tidak tahu persisnya perasaanmu, tapi aku berniat cari tahu semua tentangmu.

Aku bertanya lagi setelah itu, sebab barangkali usai ketahui yang kamu inginkan, aku bisa memberikan proposal tentang diriku untuk kamu pertimbangkan di kemudian hari. Pertimbangkan untuk jadi pasangan hidupmu. Barangkali aku pantas, walau aku tidak seyakin itu.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Oktober 22, 2021

405 ㅡ Barangkali perpisahan kita memang jadi akhir cerita cinta membahagiakan untuk saat ini.

Pada akhirnya, semua aksara yang tertulis di sini hanya berkumpul dalam benak. Keberanianku tumpul. Aku kalah. Aku tidak berani katakan apa pun untuk memintamu tetap di sisiku. Barangkali perpisahan kita memang jadi akhir cerita cinta membahagiakan untuk saat ini.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Oktober 21, 2021

404 ㅡ Kamu abadi.

Kamu abadi.

Di akhir cerita, aku hanya punya satu harapan. Kamu bersedia genggam tanganku untuk terakhir kalinya. Genggamlah seerat-eratnya. Jangan lepaskan aku. Biarkan aku simpan rasa bahagia yang hadir atas sentuhanmu itu agar bisa aku kenang selalu.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Oktober 20, 2021

403 ㅡ Ombak yang saling beradu adalah cerminan rintik air yang basahi pelupuk mataku.

Ombak yang saling beradu adalah cerminan rintik air yang basahi pelupuk mataku saat ini setiap kali aku ingat rasa yang kamu ciptakan sewaktu aku selipkan jari-jariku di sela-sela jarimu. Rasa yang tidak akan pernah bisa aku hapuskan dari seri cerita perjalanan kita. 

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Oktober 19, 2021

402 ㅡ Sedingin hujan tengah malam bersambut kilat petir.

Pada genggaman tangan yang waktu itu sedingin hujan tengah malam bersambut kilat petir saat kamu putuskan untuk pergi tinggalkan aku, aku berharap setidaknya semesta izinkan aku merindukanmu. Agar aku bisa tersedu-sedu di bawah langit abu-abu. Kamulah pemilik hatiku.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Oktober 18, 2021

401 ㅡ Sehangat mentari yang terbit di ufuk timur.

Pada genggaman tangan yang waktu itu sehangat mentari yang terbit di ufuk timur, aku berharap setidaknya semesta izinkan aku panjang umur. Agar aku bisa memperhatikan setiap perubahan yang terjadi dalam hidupmu, walau tanpa aku yang genggam tanganmu sepanjang waktu.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Oktober 17, 2021

400 ㅡ Maafkan aku yang melawan waktu untuk bersamamu.

Maafkan aku yang menaruh harapan pada pundakmu yang ringkih itu. Seharusnya aku tidak lakukan semua yang buat kamu menjauh dari rasa-rasa yang berkejaran hingga ciptakan garis-garis nadi kita semrawut tidak bertemu. Maafkan aku yang melawan waktu untuk bersamamu.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Oktober 16, 2021

399 ㅡ Napasku berderu.

Napasku berderu. Bukan karena aku habis berlari sejauh-jauhnya dari segala memori yang tersimpan apik di sudut hati, melainkan karena aku habis berjuang pertahankan keindahanmu dalam setiap jengkal perjalanan yang terekam oleh imaji. Aku bisa rasakan hadirmu di sini.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Oktober 15, 2021

398 ㅡ Aku ingin mengadu pada ombak-ombak yang saling beradu.

Aku ingin mengadu pada ombak-ombak yang saling beradu. Aku titipkan pada mereka; salam rindu untuk kamu yang sentuhannya masih selalu aku ingat walau terlelap sekalipun, kamu yang punya aroma bagai petrikor senja, dan kamu yang selamanya jadi rintik hujan favoritku.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Oktober 14, 2021

397 ㅡ Arus ombak membawaku kian jauh.

Arus ombak membawaku kian jauh. Aku takut menjadi insan terjauh dalam hidupmu. Aku tidak sanggup berenang sampai ke ujung tanpa kamu. Bagai air laut ini meluruhkan semua istana pasir yang aku bangun untukmu, pada akhirnya berulang kali kehampaan aku temukan di sana.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Oktober 13, 2021

396 ㅡ Namun, bolehkah satu kali saja aku menangis?

Namun, bolehkah satu kali saja aku menangis?

Bersama debur ombak yang menggebu, aku basahi kedua mata ini demi lepaskan segala derita. Ini semua bukan tentang kamu, tapi aku. Aku, yang tidak berhak punya andil atas hidupku sendiri. Bagaimana bisa aku perjuangan kamu?

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Oktober 12, 2021

395 ㅡ Di persimpangan dilema, aku terluka.

Di persimpangan dilema, aku terluka.

Barangkali aku sudah terlalu lama berpegang pada ketiadaan yang buat hari-hariku hampa. Berpura-pura tertawa, padahal hati rentan luka. Terbiasa membohongi diri, bahwa aku tidak boleh iri pada nadimu yang begitu dekat dengan hati.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Oktober 11, 2021

394 ㅡ Di perempatan jalan, aku kesakitan.

Di perempatan jalan, aku kesakitan.

Barangkali aku sudah terlalu lama berpura-pura tidak pernah harapkan apa pun kembali. Maka di saat kini aku siap berupaya genggam tanganmu selamanya, semestaku runtuh akibat aku yang tidak pantas genggam tanganmu untuk bahagia.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Oktober 10, 2021

393 ㅡ Tentang tangan yang tidak lagi digenggam pemiliknya.

Kisah tentang tangan yang tidak lagi digenggam pemiliknya. Barangkali semua sentuhan berlabuh di tempat dan waktu yang salah. Seharusnya tidak perlu ada awalan pada tiap-tiap bait puisi cinta, jika sejatinya dipertemukan hanya untuk dipisahkan semesta.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Oktober 09, 2021

392 ㅡ Kepingan kelopak bunga.

Kepingan kelopak bunga,
kepunyaan juita Senjakala.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Oktober 08, 2021

391 ㅡ Kehidupan Senjakala pun terus berjalan.

... dan dengan begitu,
kehidupan Senjakala pun terus berjalan;
menuju kepulangan si pecundang dengan aman.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Oktober 07, 2021

390 ㅡ Kemari, terbanglah bersamaku.

Aku, harus apa?
Jangan lari lagi.
Kemari, terbanglah bersamaku.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Oktober 06, 2021

389 ㅡ Senjakala, dan sebuah pengharapan.

Senjakala, dan sebuah pengharapan ...

yang tembus pandang. Usut punya usut, terdengar kabar burung bahwasanya si pecundang ditemukan menjadi bagian dari salah satu gerombolan perebut hati kaum hawa. Beringsut pergi dari kota bunga tempat seluruh hati berlabuh menuju lokasi terjauh, Senjakala bergabung dengan sebuah perkumpulan juita-juita terkuat sejagat raya yang dipercaya mampu bantu asah kemampuannya berperang jikalau suatu hari nanti diperlukan untuk membawa pulang sang pecundang tersayang. Ia berangkat dengan penuh pengharapan. Asa setinggi-tingginya dilambungkan agar kali ini mampu buahkan hasil; kepulangan si pecundang semesta ke rumah mereka yang abadi. 

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Oktober 05, 2021

388 ㅡ Senjakala, dan rasa yang tumpah.

Senjakala, dan rasa yang tumpah ...

dan suarakan: Kembalilah. Hei, tidak usah sembunyi lagi. Jika kamu kehendaki trofi, aku akan senantiasa beri. Seluruh singgasana dan istana pasir akan nyata kuberikan teruntuk dirimu seorang. Maka dari itu, berhentilah berlari. Aku dan kaki sudah tidak lagi berkawan baik. Sebab niatku sudah berpaling, berulang kali usahakan untuk sudahi pencarian ini, tetapi sepasang tungkai masih ragu untuk berhenti. Mereka khawatir, barangkali hari bahagia yang mengakhiri penantian panjang akan datang; kamu benar-benar singgah di depan mata. Aku pula ketar-ketir setiap hari. Dengan sayap tidak sempurna ini, dapatkah kamu maklum jika aku tidak mampu rengkuh dirimu seerat-eratnya sekembalinya kamu nanti?

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Oktober 04, 2021

387 ㅡ Senjakala, dan seri selanjutnya.

Senjakala, dan seri selanjutnya ...

ihwal di napas yang tersisa, sayup terdengar lantunan frasa bernada serupa doa; berharap para dewa-dewi kehormatan bumantara embuskan debu dari semesta milik Senjakala. Dengan begitu, pertemuan kembali dengan si pecundang tidak akan terkesan lama. Sejengkal lagi, sebentar lagi, satu senja lagi, pecundang itu akan kembali pulang ke rumah; tempat mereka bermain petak umpet di bawah sinar baskara yang kadang kala buat peluh hadir hingga permainan selesai tanpa adanya pemenang sama sekali.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Oktober 03, 2021

386 ㅡ Senjakala, dan eksemplar naskah.

Senjakala, dan eksemplar naskah ...

yang usang. Ia berdiri di atas kaki sendiri demi mencari jati diri, juga keluarga paling berarti. Seorang pecundang semesta yang dahulu pernah isi relung hati sudah sejak lama tinggalkan rumah tanpa alasan. Sepucuk surat pun tidak ditempatkan di lokasi persembunyian, barangkali memang sengaja sulut api dalam diri si gadis pelita yang dikira selalu mampu bertahan. Kehilangan harta satu-satunya yang tersisa dalam hidup setelah kepergian semua insan yang dicintai buat gadis ini berkelana ke sana kemari. Secercah cahaya dibiarkan mampir bersama sepasang tungkai ringkih yang berlarian dengan satu tujuan pasti, yaitu untuk temukan segala jejak kaki yang diciptakan sepatu pecundang itu.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Oktober 02, 2021

385 ㅡ Senjakala, dan ilusi perangai.

Senjakala, dan ilusi perangai ...

yang serupa pejuang masa kini, sebab terus-menerus berlari walau sepi acapkali buat wujudkan mimpi terasa amat jauh di ujung luka. Beberapa kali mampu ditemukan ia umbar senyuman penuh arti yang buat para penerima secara gamblang bertanya-tanya; apakah benar si jelita personifikasi cahaya ini sedang bersenang hati? Ataukah sedang bersembunyi di balik segudang lara yang buat ranum terpaksa ucapkan serangkai kalimat sukacita semata? Entah, tidak akan mampu kamu temukan jawaban, sekalipun kamu lihat perubahan cuaca di bola matanya. Pandai lakoni peran ciptakan ketidakseimbangan yang barangkali kasatmata. Kendati demikian, ia tetaplah serius pada apa yang mereka katakan ihwal menjalani hidup sebaik-baiknya. Sepenuh hati, laksana nadi yang senantiasa ikuti ke mana pun debaran jantung dan deru napas berlari, ia lewati hari demi hari dengan percaya diri, meski adakalanya luka yang ditinggalkan para pecundang semesta kembali perih, oleh sebab belum sembuh seutuhnya. 

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Oktober 01, 2021

384 ㅡ Senjakala: Catatan penuh pengharapan lintas semesta.

Ini ihwal catatan penuh pengharapan lintas semesta; antara kehadiran senja yang sesungguhnya dan Senjakala dalam prosa. Siapkah kamu untuk temukan segala macam memori yang tersimpan dalam setiap deru napasnya? Dipersilakan untuk persiapkan hati lebih dahulu, oleh sebab lelah mungkin hadir setelahnya.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, September 30, 2021

383 ㅡ Bayang citra gugus bunga.

Bayang citra gugus bunga,
si jelita tersayang; Senjakala.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, September 29, 2021

382 ㅡ Kisah usang, memang malang.

serupa tokoh dalam miliaran eksemplar kisah usang,
sebentar-sebentar sampaikan bahwa memang malang.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, September 28, 2021

381 ㅡ Terciptalah kilat semu.

selepas ragu terciptalah kilat semu,
namun tetap berkilau secantik itu;
... ialah Senjakala Merindu.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, September 27, 2021

380 ㅡ Sekali lagi, sejemang saja, sebatas itu.

sekali lagi, langit mendung hamburkan haru.
sejemang saja, harum kembang mekar berlalu.
sebatas itu, ombak di laut saling beradu.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, September 26, 2021

379 ㅡ Hadirlah aku dan segala asa untuk bahagia.

Pada lengkung rona senja, aku temukan miliaran aksara ihwal jatuh cinta dan patah sesungguhnya. Berawal dari pelangi adiwarna, semesta pancarkan secercah cahaya. Hadirlah aku dan segala asa untuk bahagia.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, September 25, 2021

378 ㅡ Iya, barangkali.

Barangkali benar adanya, semesta memang suka bercanda. Barangkali pasti jadinya, ada bahagia setelah air mata. Iya, barangkali. Jangan terlalu banyak bermimpi, semua hanya omongan barangkali semata. Barangkali ini ihwal diangkat lalu dijatuhkan dengan sempurna.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, September 24, 2021

377 ㅡ Barangkali semesta memang suka bercanda.

Barangkali semesta memang suka bercanda, dan kitalah bahan permainannya. Jangan khawatir jika hari itu gerimis, hanya ada sekuntum kembang sedang menangis.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, September 23, 2021

376 ㅡ Punya cita-cita jadi air mengalir.

Barangkali genangan basah di pelupuk mata hadir untuk hapus serpihan kesepian yang mampir. Berjanjilah malam itu pada gerimis, lain kali enggan lagi menangis. Jangan khawatir, tidak akan lagi ketar-ketir, sebab kini punya cita-cita jadi air mengalir.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, September 22, 2021

375 ㅡ Berbahagialah yang murah hatinya.

Berbahagialah yang murah hatinya. Pantaskan diri untuk diselamatkan dari nestapa, diangkat harkat dan martabatnya, serta diberikan singgasana paling luar biasa. Bara huru-hara tidak lagi berarti, kini sang nona sudah benar-benar jadi putri sejati.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, September 21, 2021

374 ㅡ Semula nihil harta, setiap harinya berselindung di balik doa.

Semula nihil harta, setiap harinya berselindung di balik doa. Bukan siapa-siapa, hanya debu yang sering dilupa. Jangan salah, tiba-tiba impian berubah kentara. Kaya raya, makmur sejahtera, hingga puncak jemala berhiaskan kelap-kelip mahkota.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, September 20, 2021

373 ㅡ Abjad suratan takdir diawali dengan hiperbola.

Abjad suratan takdir diawali dengan hiperbola, maka berbondong-bondong kosakata seterusnya dirangkai serupa. Gita-gita bergema, kelahiran kembali undang sorak-sorai riuh bahagia. Asma bernuansa kesempurnaan dielu-elukan, inilah Senjakala.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, September 19, 2021

372 ㅡ Dahulu kala hiduplah seorang nona pemimpi di siang bolong.

Dahulu kala hiduplah seorang nona pemimpi di siang bolong yang acapkali terbangkan asa setinggi-tingginya demi kelak jadi pemimpin jagat raya. Martabat, harta, takhta, dan segalanya digenggam sekuat-kuatnya, meskipun sadar betul segenap itu hanya semu.

Salam hangat,
Senjakala.