Minggu, Oktober 31, 2021

414 ㅡ Meraki: Pelukan ini adalah pelukan ternyaman.

Aku, dan segala imaji yang tiba-tiba tebersit dalam benak. Aku dan kamu berada di dalam ruang yang sama, tanpa adanya luka dan lara; hanya bahagia yang ada di dalamnya. Mendadak aku mampu membayangkan hal itu sejelas-jelasnya. Apakah aku benar-benar sudah menemukan seseorang yang ingin aku perjuangkan? Entahlah, semesta tidak semudah itu berikan aku cinta. Aku sendiri tidak paham apa pun soal cinta. Namun, yang aku pahami betul-betul; pelukan ini adalah pelukan ternyaman yang pernah hadir dalam hidupku.

"Mm-hmm," gumamku pelan sambil mengangguk ringan. "Aku akan menjaga kamu sampai kakimu sembuh."

Aku tidak bergerak; kedua tanganku masih mendekapmu erat, berikut dengan kedua mata yang terpejam. Aku mengendus aroma tubuhmu supaya kalau-kalau suatu hari nanti kita terpisahkan jarak dan waktu lagi, aku masih mampu membayangkan dirimu di sisiku seutuhnya.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Oktober 30, 2021

413 ㅡ Meraki: Pelukan terlamaku untukmu.

Pelukan ini adalah pelukan terlama yang sebelumnya tidak pernah aku berikan pada siapa pun. Aku tidak pernah merasa perlu memeluk satu orang pun untuk mengurangi rindu yang tebal. Aku tidak pernah merasa perlu mengatakan aku rindu saat hatiku tercabik akibat jarak yang ambil bagian sebagai pemisah.

Iya, awalnya aku kira begitu, tapi ternyata aku pula semudah itu menarikmu ke dalam dekapan, membenamkan wajahku di sela lehermu, hingga gumamkan untaian nada rindu berupa, "Aku juga merindukanmu."

Barangkali kita semua hanya perlu menemukan seseorang yang pantas diperjuangkan. Barangkali aku hanya butuh kamu sebagai rumah tempat hatiku berlabuh. Barangkali aku benar bisa mempertanggungjawabkan perasaan ini di kemudian hari saat diperlukan.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Oktober 29, 2021

412 ㅡ Meraki: Pelukan yang cukup erat.

Aku pikir jeruk hangat menjadi kehangatan utama yang kamu maksud. Aku tidak kira ternyata kamu lebih butuh dekapanku. Maka tanpa ragu, aku langkahkan tungkai untuk memangkas jarak di antara kita, lalu dengan kedua tangan yang sudah sedikit direntangkan, akhirnya aku menarikmu ke dalam pelukan. Pelukan yang cukup erat sampai-sampai aku berhasil menunduk dan membenamkan wajahku di sela pundakmu.

Aku gunakan sebelah tanganku untuk mengusap pelan punggungmu bagai sampaikan; aku di sini, tidak ke mana-mana.

Ah, untung saja lampu sudah aku nyalakan lagi sebelum kita berpelukan begini. Kalau tidak, aku tidak tahu seberapa kencangnya jantungku akan berpacu dalam situasi macam ini.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Oktober 28, 2021

411 ㅡ Meraki: Kamu masih di sana.

Sungguh, aku berniat istirahat. Padahal aku sudah pejamkan kedua mata; bermaksud menenangkan diri sambil tunggu panggilan baru atau pesan lagi darimu. Namun, ternyata aku masih ketar-ketir; kebingungan akan apa yang sedang kamu lakukan saat ini.

Banyak pertanyaan mengisi kepala dan relung hatiku. Ketimbang pikirkan hal yang bukan-bukan, aku lebih khawatir sesuatu terjadi padamu saat aku tidak ada di sampingmu. Maka dari itu, dari posisi berbaring, kini aku duduk di atas kasurku dengan netra tidak lepas pandangi gawaiku yang layarnya tidak juga bersinar walau sudah lewat beberapa menit.

Aku mulai curiga sesuatu terjadi. Aku berniat kirimkan pesan padamu. Aku tidak peduli kalau kamu anggap aku terlampau berlebihan. Ah, tapi baru saja aku hendak mengetik sesuatu, pesanmu lewat aplikasi WhatsApp muncul duluan.

Hah?
Oke, sebentar.

Kepalaku, jangan bodoh untuk saat ini. Mengerti? Mengerti. Tanpa balas lebih dahulu, aku buru-buru beranjak dari kasur, keluar kamar, buka pintu depan rumah, dan berakhir buka pagar utama.

Aku temukan kamu ada di depan mataku. Sejenak aku mengerjapkan mata beberapa kali, sebab bisa saja kamu hilang setelah aku buka mata, tapi tidak begitu konsepnya. Kamu masih di sana.

Aku panggil kamu pelan sebelum tanpa sadar aku menarikmu ke dalam pelukan.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Oktober 27, 2021

410 ㅡ Meraki: Aku tidak akan ke mana-mana.

"Aku tidak akan ke mana-mana."

Untung saja aku berhasil balas itu sebelum sambungan telepon terputus. Sampai jumpa darimu juga aku balas dengan lambaian tangan serupa.

Aku tidak pernah sangka lambaian tangan bisa seberat ini aku lakukan. Namun, sebab kamu minta aku tunggu baik-baik, maka usai layar gawaiku tidak lagi pamerkan wajahmu, aku istirahatkan mataku. Gawai pun aku letakkan di sebelahku, lalu punggung tangan aku daratkan pada kedua mataku yang tertutup. 

Senyuman kecil muncul yang perlahan berubah jadi lebih lebar lagi. Aku tidak tahu; aku sedang memikirkan apa. Ah, yang aku tahu ... selalu ada kamu di dalamnya.

Aku bangkit dari posisi berbaring untuk menuju ke sudut ruangan. Sebelah tangan aku gunakan untuk mematikan lampu. Sambil menunggu panggilan lagi darimu, aku kembali berbaring di atas kasurku; memejamkan mata lagi. Aku tidak tidur, hanya istirahat sebentar.

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Oktober 26, 2021

409 ㅡ Meraki: Ah, tentu saja bukan masalah, kok.

Sejujurnya saat aku sampaikan bahwasanya aku rindu presensimu di sampingku, aku tidak dambakan jawaban atau reaksi apa pun. Itu semua murni ungkapan yang refleks lolos dari birai ranumku; yang mana sepenuhnya berasal dari hati. Namun, ketika kamu balaskan dengan kenyataan kalau kamu pun merindukan aku, ada kelegaan tersendiri yang membuncah dalam dada.

Bagai aku adalah pemenang terbaik dari antara yang terbaik, aku terenyum lebar. Selebar itu senyumanku sampai-sampai rasanya mataku bisa saja hilang; membentuk bulan sabit yang hanya boleh dipertontonkan di depanmu seorang.

Kamu yang kini sudah berada di posisi duduk membuat aku sempat bertanya-tanya. Belum juga aku berikan sahutan apa pun soal kerinduan, kamu minta aku menunggu sebentar? Ah, tentu saja bukan masalah, kok. 

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Oktober 25, 2021

408 ㅡ Meraki: Cuma sedikit rindu.

Terkadang aku takut.

Aku takut bahwasanya aku yang terlahir sebagai petaka untuk kedua orang tua, malah hanya bisa berikan hal-hal buruk untuk insan-insan di sekitarku. Aku takut, aku tidak pantas untuk rengkuh bahagia walau bahagia itu acapkali disuguhkan oleh semesta tepat di depanku.

Seperti kamu.

Kehadiranmu adakalanya buat aku gundah gulana. Aku khawatir bahwasanya hidup ini terlampau mulus bagiku yang tidak pernah pantas jadi siapa-siapa. Meski begitu, kamu pula yang ada di sisiku. Kamu pula yang benar-benar ada di sampingku, maupun di seberangku macam sekarang ini.

"Cuma sedikit rindu." 
Astaga, aku terlampau jujur.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Oktober 24, 2021

407 ㅡ Meraki: Kamu mau hidup bersama orang sepertiku?

Padahal pertanyaan yang aku tujukan padamu sederhana saja, dan harusnya kamu yang bersikeras untuk cari jawaban, tapi di sisi lain; malah aku yang sekeras itu berpikir. Aku yang sekeras-kerasnya berusaha menemukan alasan kuat yang bisa aku jadikan penyemangat hidup.

Wajahmu kembali sepenuhnya bisa aku pandangi, muncul senyuman kecil di wajahku. Rambutmu yang berantakan tambahkan rona kegemasan tersendiri; sungguh buat hatiku kian menghangat.

Kamu serius 'kah sewaktu katakan bahwasanya kamu mau hidup bersama orang sepertiku?

Sayangnya pertanyaan itu hanya mampu berputar di kepalaku saja. Aku masih belum berani tanyakan sendiri padamu. Alhasil, aku hanya mampu mengulum senyum. Namun, gelak tawaku pecah usai dengar kamu berceloteh. Barangkali aku rindu; ingin kamu ada di sisiku saat ini. 

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Oktober 23, 2021

406 ㅡ Meraki: Pertimbangkan untuk jadi pasangan hidupmu.

Apa yang aku katakan, dan apa yang menjadi tingkahku saat ini memang terbilang sangat teramat baru. Bahkan bagiku sendiri, ini merupakan sebuah pengalaman baru di mana aku perlu sembunyikan sisi emosional yang tiba-tiba meluap. Oleh karena itu, setelah lagi-lagi memastikan bahwasanya aku sudah siap kembali menatapmu lamat-lamat, aku berdeham untuk terakhir kalinya.

Kini sepasang iris jelaga milikku sudah diarahkan hanya padamu. Aku temukan perubahan tatapan; entah itu perasaanku semata, atau memang itulah yang terjadi. Aku tidak tahu persisnya perasaanmu, tapi aku berniat cari tahu semua tentangmu.

Aku bertanya lagi setelah itu, sebab barangkali usai ketahui yang kamu inginkan, aku bisa memberikan proposal tentang diriku untuk kamu pertimbangkan di kemudian hari. Pertimbangkan untuk jadi pasangan hidupmu. Barangkali aku pantas, walau aku tidak seyakin itu.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Oktober 22, 2021

405 ㅡ Barangkali perpisahan kita memang jadi akhir cerita cinta membahagiakan untuk saat ini.

Pada akhirnya, semua aksara yang tertulis di sini hanya berkumpul dalam benak. Keberanianku tumpul. Aku kalah. Aku tidak berani katakan apa pun untuk memintamu tetap di sisiku. Barangkali perpisahan kita memang jadi akhir cerita cinta membahagiakan untuk saat ini.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Oktober 21, 2021

404 ㅡ Kamu abadi.

Kamu abadi.

Di akhir cerita, aku hanya punya satu harapan. Kamu bersedia genggam tanganku untuk terakhir kalinya. Genggamlah seerat-eratnya. Jangan lepaskan aku. Biarkan aku simpan rasa bahagia yang hadir atas sentuhanmu itu agar bisa aku kenang selalu.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Oktober 20, 2021

403 ㅡ Ombak yang saling beradu adalah cerminan rintik air yang basahi pelupuk mataku.

Ombak yang saling beradu adalah cerminan rintik air yang basahi pelupuk mataku saat ini setiap kali aku ingat rasa yang kamu ciptakan sewaktu aku selipkan jari-jariku di sela-sela jarimu. Rasa yang tidak akan pernah bisa aku hapuskan dari seri cerita perjalanan kita. 

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Oktober 19, 2021

402 ㅡ Sedingin hujan tengah malam bersambut kilat petir.

Pada genggaman tangan yang waktu itu sedingin hujan tengah malam bersambut kilat petir saat kamu putuskan untuk pergi tinggalkan aku, aku berharap setidaknya semesta izinkan aku merindukanmu. Agar aku bisa tersedu-sedu di bawah langit abu-abu. Kamulah pemilik hatiku.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Oktober 18, 2021

401 ㅡ Sehangat mentari yang terbit di ufuk timur.

Pada genggaman tangan yang waktu itu sehangat mentari yang terbit di ufuk timur, aku berharap setidaknya semesta izinkan aku panjang umur. Agar aku bisa memperhatikan setiap perubahan yang terjadi dalam hidupmu, walau tanpa aku yang genggam tanganmu sepanjang waktu.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Oktober 17, 2021

400 ㅡ Maafkan aku yang melawan waktu untuk bersamamu.

Maafkan aku yang menaruh harapan pada pundakmu yang ringkih itu. Seharusnya aku tidak lakukan semua yang buat kamu menjauh dari rasa-rasa yang berkejaran hingga ciptakan garis-garis nadi kita semrawut tidak bertemu. Maafkan aku yang melawan waktu untuk bersamamu.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Oktober 16, 2021

399 ㅡ Napasku berderu.

Napasku berderu. Bukan karena aku habis berlari sejauh-jauhnya dari segala memori yang tersimpan apik di sudut hati, melainkan karena aku habis berjuang pertahankan keindahanmu dalam setiap jengkal perjalanan yang terekam oleh imaji. Aku bisa rasakan hadirmu di sini.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Oktober 15, 2021

398 ㅡ Aku ingin mengadu pada ombak-ombak yang saling beradu.

Aku ingin mengadu pada ombak-ombak yang saling beradu. Aku titipkan pada mereka; salam rindu untuk kamu yang sentuhannya masih selalu aku ingat walau terlelap sekalipun, kamu yang punya aroma bagai petrikor senja, dan kamu yang selamanya jadi rintik hujan favoritku.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Oktober 14, 2021

397 ㅡ Arus ombak membawaku kian jauh.

Arus ombak membawaku kian jauh. Aku takut menjadi insan terjauh dalam hidupmu. Aku tidak sanggup berenang sampai ke ujung tanpa kamu. Bagai air laut ini meluruhkan semua istana pasir yang aku bangun untukmu, pada akhirnya berulang kali kehampaan aku temukan di sana.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Oktober 13, 2021

396 ㅡ Namun, bolehkah satu kali saja aku menangis?

Namun, bolehkah satu kali saja aku menangis?

Bersama debur ombak yang menggebu, aku basahi kedua mata ini demi lepaskan segala derita. Ini semua bukan tentang kamu, tapi aku. Aku, yang tidak berhak punya andil atas hidupku sendiri. Bagaimana bisa aku perjuangan kamu?

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Oktober 12, 2021

395 ㅡ Di persimpangan dilema, aku terluka.

Di persimpangan dilema, aku terluka.

Barangkali aku sudah terlalu lama berpegang pada ketiadaan yang buat hari-hariku hampa. Berpura-pura tertawa, padahal hati rentan luka. Terbiasa membohongi diri, bahwa aku tidak boleh iri pada nadimu yang begitu dekat dengan hati.

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Oktober 11, 2021

394 ㅡ Di perempatan jalan, aku kesakitan.

Di perempatan jalan, aku kesakitan.

Barangkali aku sudah terlalu lama berpura-pura tidak pernah harapkan apa pun kembali. Maka di saat kini aku siap berupaya genggam tanganmu selamanya, semestaku runtuh akibat aku yang tidak pantas genggam tanganmu untuk bahagia.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Oktober 10, 2021

393 ㅡ Tentang tangan yang tidak lagi digenggam pemiliknya.

Kisah tentang tangan yang tidak lagi digenggam pemiliknya. Barangkali semua sentuhan berlabuh di tempat dan waktu yang salah. Seharusnya tidak perlu ada awalan pada tiap-tiap bait puisi cinta, jika sejatinya dipertemukan hanya untuk dipisahkan semesta.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Oktober 09, 2021

392 ㅡ Kepingan kelopak bunga.

Kepingan kelopak bunga,
kepunyaan juita Senjakala.

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Oktober 08, 2021

391 ㅡ Kehidupan Senjakala pun terus berjalan.

... dan dengan begitu,
kehidupan Senjakala pun terus berjalan;
menuju kepulangan si pecundang dengan aman.

Salam hangat,
Senjakala.

Kamis, Oktober 07, 2021

390 ㅡ Kemari, terbanglah bersamaku.

Aku, harus apa?
Jangan lari lagi.
Kemari, terbanglah bersamaku.

Salam hangat,
Senjakala.

Rabu, Oktober 06, 2021

389 ㅡ Senjakala, dan sebuah pengharapan.

Senjakala, dan sebuah pengharapan ...

yang tembus pandang. Usut punya usut, terdengar kabar burung bahwasanya si pecundang ditemukan menjadi bagian dari salah satu gerombolan perebut hati kaum hawa. Beringsut pergi dari kota bunga tempat seluruh hati berlabuh menuju lokasi terjauh, Senjakala bergabung dengan sebuah perkumpulan juita-juita terkuat sejagat raya yang dipercaya mampu bantu asah kemampuannya berperang jikalau suatu hari nanti diperlukan untuk membawa pulang sang pecundang tersayang. Ia berangkat dengan penuh pengharapan. Asa setinggi-tingginya dilambungkan agar kali ini mampu buahkan hasil; kepulangan si pecundang semesta ke rumah mereka yang abadi. 

Salam hangat,
Senjakala.

Selasa, Oktober 05, 2021

388 ㅡ Senjakala, dan rasa yang tumpah.

Senjakala, dan rasa yang tumpah ...

dan suarakan: Kembalilah. Hei, tidak usah sembunyi lagi. Jika kamu kehendaki trofi, aku akan senantiasa beri. Seluruh singgasana dan istana pasir akan nyata kuberikan teruntuk dirimu seorang. Maka dari itu, berhentilah berlari. Aku dan kaki sudah tidak lagi berkawan baik. Sebab niatku sudah berpaling, berulang kali usahakan untuk sudahi pencarian ini, tetapi sepasang tungkai masih ragu untuk berhenti. Mereka khawatir, barangkali hari bahagia yang mengakhiri penantian panjang akan datang; kamu benar-benar singgah di depan mata. Aku pula ketar-ketir setiap hari. Dengan sayap tidak sempurna ini, dapatkah kamu maklum jika aku tidak mampu rengkuh dirimu seerat-eratnya sekembalinya kamu nanti?

Salam hangat,
Senjakala.

Senin, Oktober 04, 2021

387 ㅡ Senjakala, dan seri selanjutnya.

Senjakala, dan seri selanjutnya ...

ihwal di napas yang tersisa, sayup terdengar lantunan frasa bernada serupa doa; berharap para dewa-dewi kehormatan bumantara embuskan debu dari semesta milik Senjakala. Dengan begitu, pertemuan kembali dengan si pecundang tidak akan terkesan lama. Sejengkal lagi, sebentar lagi, satu senja lagi, pecundang itu akan kembali pulang ke rumah; tempat mereka bermain petak umpet di bawah sinar baskara yang kadang kala buat peluh hadir hingga permainan selesai tanpa adanya pemenang sama sekali.

Salam hangat,
Senjakala.

Minggu, Oktober 03, 2021

386 ㅡ Senjakala, dan eksemplar naskah.

Senjakala, dan eksemplar naskah ...

yang usang. Ia berdiri di atas kaki sendiri demi mencari jati diri, juga keluarga paling berarti. Seorang pecundang semesta yang dahulu pernah isi relung hati sudah sejak lama tinggalkan rumah tanpa alasan. Sepucuk surat pun tidak ditempatkan di lokasi persembunyian, barangkali memang sengaja sulut api dalam diri si gadis pelita yang dikira selalu mampu bertahan. Kehilangan harta satu-satunya yang tersisa dalam hidup setelah kepergian semua insan yang dicintai buat gadis ini berkelana ke sana kemari. Secercah cahaya dibiarkan mampir bersama sepasang tungkai ringkih yang berlarian dengan satu tujuan pasti, yaitu untuk temukan segala jejak kaki yang diciptakan sepatu pecundang itu.

Salam hangat,
Senjakala.

Sabtu, Oktober 02, 2021

385 ㅡ Senjakala, dan ilusi perangai.

Senjakala, dan ilusi perangai ...

yang serupa pejuang masa kini, sebab terus-menerus berlari walau sepi acapkali buat wujudkan mimpi terasa amat jauh di ujung luka. Beberapa kali mampu ditemukan ia umbar senyuman penuh arti yang buat para penerima secara gamblang bertanya-tanya; apakah benar si jelita personifikasi cahaya ini sedang bersenang hati? Ataukah sedang bersembunyi di balik segudang lara yang buat ranum terpaksa ucapkan serangkai kalimat sukacita semata? Entah, tidak akan mampu kamu temukan jawaban, sekalipun kamu lihat perubahan cuaca di bola matanya. Pandai lakoni peran ciptakan ketidakseimbangan yang barangkali kasatmata. Kendati demikian, ia tetaplah serius pada apa yang mereka katakan ihwal menjalani hidup sebaik-baiknya. Sepenuh hati, laksana nadi yang senantiasa ikuti ke mana pun debaran jantung dan deru napas berlari, ia lewati hari demi hari dengan percaya diri, meski adakalanya luka yang ditinggalkan para pecundang semesta kembali perih, oleh sebab belum sembuh seutuhnya. 

Salam hangat,
Senjakala.

Jumat, Oktober 01, 2021

384 ㅡ Senjakala: Catatan penuh pengharapan lintas semesta.

Ini ihwal catatan penuh pengharapan lintas semesta; antara kehadiran senja yang sesungguhnya dan Senjakala dalam prosa. Siapkah kamu untuk temukan segala macam memori yang tersimpan dalam setiap deru napasnya? Dipersilakan untuk persiapkan hati lebih dahulu, oleh sebab lelah mungkin hadir setelahnya.

Salam hangat,
Senjakala.