Jumat, Maret 26, 2021

195 ㅡ Yang merengkuh, rumah.

Yang merengkuh, rumah.
Katanya.

Terima kasih sudah biarkan aku menjadi pendengar;
yang tidak berusaha mengetahui hingga ke akar.

Terima kasih sudah memanggilku; rumah,
di tahun 2019, kawan.

Saat langit sudah berubah gelap, dan separuh bagian dunia terlelap, masih ada satu insan yang tengah menyemangati seseorang yang nyaris menyerah. Dialah, aku, Senjakala.

Seorang kawan mengunggah tulisan singkat di media sosial; menyampaikan kepada dunia, bahwa dia sudah lelah, dan berniat untuk menyerah. Tak mau berteman dengan siapa pun lagi, sebab merasa semua orang mempermainkan dirinya. Ya, karena mereka menganggap dia; barang.

Hati tergerak untuk mencari tahu. Bukan untuk menambah pilu, hanya ingin memberikan bahu untuknya bersandar. Aku, membalas pesan tersebut. Kata ganti yang akan digunakan di sini adalah aku dan dia. Aku tak mau dia menyerah begitu saja!

Berbagi cerita pun dimulai. Dia menuliskan untaian kata yang menjelaskan alasan dia menyerah pada hidup, sebab dia merasa keadaan mendukungnya untuk mengambil langkah mundur. Curahan hati disampaikan, dan bersamaan dengan itu pula, aku menuliskan pesanku.

Kamu tahu, apa yang kamu katakan tentang dirimu, tidaklah benar. Kamu dicintai, dan kamu berharga. Aku sangat senang, jika sudah mendapatkan kesempatan untuk bertukar kata denganmu. Kamu menyenangkan. Aku menyukaimu sebagaimana adanya dirimu.

Jangan hanya memandang ke atas langit. Kamu juga harus memberikan sedikit waktu untuk menghargai dirimu sendiri. Ini adalah beberapa hal yang aku suka darimu. Ketika kamu melupakan jati dirimu, maka baca ulang tulisan ini, sebab aku menulis dengan hati.

Aku akan menjadi orang pertama yang menuliskan segala kelebihanmu. Kelebihan yang tak kamu sadari sudah berperan penting dalam hidup orang lain. Aku menuliskan semua ini supaya kamu tahu seberapa berharganya dirimu dalam hidupku.

Kamu mungkin berpikir aku berlebihan, tetapi di sini, aku ingin menegaskan, bahwa aku ada untukmu bukan karena apa yang kamu punya, tetapi karena siapa dirimu dalam hidupku. Aku hanya ingin kamu memahami, bahwa hidup ini tidak seburuk yang kamu kira.

Sudahi saja permulaan, aku akan mulai menjelaskan; apa yang aku suka darimu. Tidak perlu berlama-lama, karena aku sendiri takut lupa diri dan berakhir menulis segala hal yang terlalu spesifik. Meski begitu, aku harap kamu tetap sudi membaca.

Pertama, kamu sangat baik. Apakah kamu ingat dulu? Masa-masa lampau, di mana kita duduk berhadapan dan berbincang tentang band favorit kita? Kita langsung cocok, karena kamu menghargai pendapatku, dan aku melakukan hal yang sama.

Kamu menghargai pendapat, dan menghormati perempuan.
Kamu mendengarkan di saat aku berkeluh kesah.
Kamu menemani di saat aku membutuhkan kehadiranmu.
Kamu mencari di saat aku pergi.
Kamu ada untuk aku banggakan.

Kedua, kamu sangat menyenangkan untuk diajak berteman. Mereka mungkin menganggapmu bodoh atau rendah, sebab mereka seenaknya saja selalu menyuruhmu melakukan hal-hal yang mengundang tawa. Aku bertanya-tanya, apakah kamu bahagia?

Apakah kamu benar-benar senang melakukan apa yang mereka minta?
Apakah kamu sungguh bahagia menjadi seseorang yang ditertawakan?
Apakah kamu dengan hati terbuka menerima segala ejekan yang menurutku bisa memberi luka?

Apa yang ingin aku katakan adalah; mengenal diri sendiri lebih dalam bukanlah suatu kejahatan, melainkan keharusan. Jadilah dirimu yang sesungguhnya. Buatlah dirimu bahagia karena keinginanmu sendiri. Kamu berharga.

Kamu adalah KAMU. Cukup menjadi dirimu sendiri. Cukup cintai dirimu terlebih dahulu. Cukup bahagiakan dirimu sendiri sebelum kamu buat mereka tertawa karenamu. Cukup beri waktu untuk benahi diri, supaya jadi lebih baik.

Ketiga, kamu selalu terlihat bahagia. Aku tahu, tak mungkin seseorang selalu bahagia sepanjang waktu, karena aku pun sama. Walau tampak kuat dan bahagia, sebenarnya aku pernah menangis dan terluka. Sering, malah.

Aku tahu, kamu banyak bersedih, tetapi kamu tidak pernah memperlihatkan kesedihanmu. Setiap kali bertemu, yang kulihat adalah senyuman cerah. Senyuman yang bisa berperan seperti magnet. Kamu membuatku ikut tersenyum dan bahagia.

Untuk itu, aku ingin berterima kasih. Sadar atau tidak, kamu yang membuatku lebih kuat untuk berjuang melewati hari. Kamu menjadi penerang dalam hidupku yang kelam. Kamu menjadi harapan dalam hidupku yang nyaris putus asa.

Senyuman yang kamu perlihatkan kepada dunia mampu memberikan semangat baru bagi hidup seseorang. Seseorang itu adalah aku. Setidaknya aku mengaku, agar kamu tahu, presensimu sangat aku butuhkan. Oleh karena itu, tetaplah tersenyum.

Iya, tersenyumlah, jika kamu bahagia.
Menangislah, jika kamu merasa ingin menitikkan air mata.

Jangan melulu menjadi alasan orang tertawa, karena kamu pun memiliki hak yang sama untuk tertawa bersama mereka. Kenali dirimu.

Keempat, kamu tidak pernah menghakimi orang lain. Mari kita mulai dengan membicarakan sesuatu tentang gosip. Aku pun pernah bergosip ria dengan kawan mainku. Jangan sangka aku seputih malaikat, sebab aku pun juga manusia yang pernah berbuat salah.

Walau aku dan kamu membicarakan orang lain di belakang, tetapi aku percaya, apa yang kita bicarakan semua tentang kenyataan. Kamu tetap merangkul mereka yang dikucilkan. Kamu tidak membedakan. Kamu tidak punya musuh.

Kamu tetap menjadi seseorang yang berharga bagi teman-temanmu. Kamu tidak menghakimi, dan kerap kali aku melihatmu memeluk mereka yang presensinya dilupakan orang-orang, karena tidak memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Kamu sungguh berharga.

Sekarang, mari bicara tentang diriku.

Kita sudah tak bertemu sejak lulus sekolah menengah atas. Jika dihitung, mungkin tiga sampai empat tahun, tetapi kamu masih menanyakan keadaanku, dan membuatku merasa seolah dibutuhkan juga untuk hadir dalam hidupmu.

Itu adalah satu hal yang sangat baik. Sederhana, namun sungguh membuat hati hangat. Merupakan suatu hal yang indah, bisa memberikan perasaan yang tak bisa aku jelaskan di sini; seberapa bahagianya diriku saat kamu menanyakan kabarku dan mengajakku bertemu.

Kelima, kamu sangat dicintai. Semua orang yang aku kenal selalu senang, jika sudah bertemu denganmu. Kamu tahu, kamu seperti inti dari sebuah kebahagiaan saat berkumpul bersama. Kamu adalah titik terang yang mampu membuat bahagia.

Jika dari sisi negatif; kamu melihat dirimu dijadikan sebagai objek oleh mereka, sesungguhnya dari sisi positif dapat aku katakan; kamu adalah sumber kebahagiaan mereka. Seolah tak mampu bahagia tanpa dirimu, kamu dijadikan alasan untuk mereka tertawa.

Sungguh, saat kamu buat aku dan mereka tertawa karena tingkahmu, aku ingin kamu jauh lebih bahagia dari kami. Aku ingin kamu menjadi yang paling bahagia. Kamu dijadikan alasan bagi mereka untuk bahagia sebab kamu adalah kebahagiaan itu sendiri.

Kamu dikelilingi oleh mereka yang percaya bahwa kamu bisa buat mereka bahagia.
Kamu pantas untuk dihargai.
Kamu pantas untuk dicintai.
Kamu harus bahagia.
Kamu harus menjalani hari dengan tersenyum karena kamu bahagia.

Mewakili mereka yang menganggapmu sebagai objek tawa, aku ingin katakan; mereka hanya takut terlihat kurang keren apabila tertawa sendirian. Kamu harus bangga, karena mereka menganggapmu berharga. Meski enggan mengaku, tetapi itulah kamu.

Sesungguhnya, aku sudah menantikan hari ini datang sejak pertama kali aku mengenalmu. Aku sering mempertanyakan dua hal yang bermakna sama.

"Apakah kamu bahagia?"
"Benarkah kamu bahagia?"

Aku pun tahu kamu tidak bahagia.

Tidak pernah ada kata terlambat untuk mereka yang ingin mulai mengenal diri sendiri lebih dalam. Kamu bisa mulai dengan mencintai dirimu sendiri, sebab dengan begitu, kamu akan menjadi seseorang yang lebih percaya diri. Cintai dirimu.

Jika banyak orang melabelimu dengan panggilan buruk, dan mempermalukan dirimu di tempat umum, kamu selalu bisa mengambil satu langkah mundur dan pergi meninggalkan mereka. Itu tak akan menjadi akhir, tetapi permulaan yang baru untuk menjadi lebih baik.

Aku selalu memikirkan perasaanmu setiap kali mereka menjadikanmu bahan lelucon. Kamu bisa menjadi maskulin. Kamu boleh berhenti menjadi lucu. Bukanlah suatu hal yang buruk untuk menolak permintaan orang lain bila tak sesuai hati.

Aku tidak mengatakan bahwa semua laki-laki harus menjadi maskulin, tetapi kamu tahu, selama ini aku melihatmu sebagai seorang laki-laki, bukan sebagai objek penghibur. Oleh karena itu, aku ingin kamu mengenali dirimu sendiri—lebih dalam.

Kamu adalah seorang teman yang baik.
Kamu berarti dalam hidupku.
Kamu mengerti kondisiku, dan kamu mau mencoba memahami diriku.
Kehadiranmu di dalam hidupku sungguh sangat penting.
Kamu berharga, dan aku menyayangimu.

Jadi, jangan pernah menyerah.

Hidup memang seperti ini; memberikan kekhawatiran dan kesedihan, tetapi jangan lupa, bahwa semesta juga memberikan kebahagiaan. Namun, kebahagiaan tak datang semata-mata untuk diterima, tetapi harus dicari manusia.

Aku ada untukmu.

Kamu harus lebih jujur pada dirimu sendiri.
Kamu boleh menangis, jika kamu sedih.
Kamu boleh marah, jika kamu ingin murka.
Kamu boleh tersenyum, jika kamu gembira.

Kamu berhak untuk bahagia.

Kamu punya hak untuk mengatakan kepada dunia; apa yang kamu suka, dan apa yang kamu tidak suka. Pada akhirnya, kamu akan melihat siapa yang tinggal karena siapa kamu, bukan karena apa yang kamu punya.

Tahun 2019 ini pasti akan menjadi tahun yang penuh rintangan untuk kita berdua, dan tentunya untuk semua orang di dunia, sebab kita selalu berusaha untuk menjadi lebih baik lagi setiap harinya. Tetapi jangan khawatir, karena aku ada di sini; mendukungmu.

Setidaknya kamu tahu, kamu memiliki seorang teman yang bisa kamu andalkan di kala susah maupun senang. Kamu dicintai, dan segala hal yang kamu usahakan untuk orang lain sudah cukup.

Kita tidak bisa mengikuti ekspektasi orang lain, sebab kita memiliki batasan sendiri di mana hal itu tidak bisa dijelaskan satu per satu. Jadi, belajarlah untuk berani berkata tidak demi dirimu yang kamu sayangi. Beranikan diri untuk mandiri.

Menolak permintaan orang lain tidak berarti kamu akan ditinggalkan, tetapi itu berarti kamu memberikan hak yang benar untuk dirimu. Kamu memberikan hak yang tepat untuk mencintai dirimu, karena kamu memikirkan dirimu terlebih dahulu sebelum orang lain.

Belajar untuk menolong orang lain harus dimulai dari menolong diri sendiri. Sama halnya dengan itu, kamu harus mencintai dirimu sendiri sepenuhnya dulu sebelum meminta orang lain untuk mencintaimu. Jadilah versi terbaik dirimu.

Ketika kamu mencintai dirimu sendiri, maka kamu akan bersinar, dan orang lain akan lebih mencintaimu. Mereka akan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan dirimu. Mereka akan mencintai kamu sebagaimana kamu mencintai dirimu.

Mereka tak akan meninggalkanmu apabila kamu berubah. Aku percaya, di sini, bukan kamu yang berubah, tapi mereka yang harus mulai membiasakan diri untuk memperlakukanmu sebagaimana mestinya. Kamu tak berubah; kamu hanya menjadi diri sendiri.

Kamu boleh menyerah, tetapi tidak pada kehidupan. Menyerahlah sekarang, dan jadilah lebih baik lagi. Kamu boleh menyerah, tetapi harus punya usaha. Bangkit, dan jangan salahkan keadaan. Kamu harus tegar!

Pergunakan waktu untuk membenahi diri, sebab aku, kamu, dia, mereka, dan semua penghuni semesta; ciptaan Tuhan yang paling sempurna perlu bercermin. Harus berhati-hati sebelum memperlakukan orang lain. Harus berpikir sebelum bertindak.

Semua perlakuan akan berbalik ketika waktunya tiba nanti. Semua kata yang mampu menyayat hati akan memberi luka di kemudian hari. Semua sudah ada hitungannya. Pergunakan waktu dengan baik.

Baik akan bertemu dengan yang baik. Jangan berhenti menyebarkan kebaikan. Aku percaya semua manusia di bumi tak pernah terlahir buruk. Hati yang bersihlah yang Tuhan berikan untuk setiap insan. Jaga itu dengan baik.

Usai menyampaikan itu kepada dia, aku mendapatkan balasan. Bertubi-tubi aku terima, dan hatiku menghangat. Dia merasa lebih baik, katanya begitu. Aku harap tak ada kebohongan. Aku mendoakan yang terbaik untuknya.

2019 akan menjadi tahun yang berat bagiku dan bagimu. Begitu katanya. Tetapi aku yakin, kita bisa melewatinya dengan penuh semangat. Aku sangat merasa beruntung bisa memiliki teman sebaik dirimu. Aku sangat diberkati.

Terima kasih sudah mau mendengarkan.
Terima kasih sudah mau memahami.
Terima kasih sudah mau menjadi sosok teman yang aku butuhkan saat ini.
Terima kasih sudah menjadi dirimu yang tak pernah melihat kekurangan orang lain.

Salam hangat,
Senjakala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡