"A," jeda dihadiahkan Senjakala tanpa aba-aba, sebab seketika saja bariton asing menusuk gendang telinga. Sang nona menolehkan kepala lalu membisu setelahnya.
Siapa lagi jikalau bukan Tenggara? Putra konglomerat yang menjadi mangsa Senjakala malam ini.
"Nona ini datang bersamaku," kata Tenggara bermaksud meyakinkan ajudan yang terlihat langsung memakan umpan sekaligus menyelamatkan Senjakala dari pengasingan dadakan. "Jangan banyak bertanya. Aku sudah terlambat," lalu Tenggara merangkul Senjakala. Ah, sialan.
Salam hangat,Senjakala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡