Jumat, November 05, 2021

419 ㅡ Meraki: Kamu boleh menangis sekencang-kencangnya.

Satu hal yang tiba-tiba menjadi prioritas dan menarik seluruh atensiku adalah keheningan yang mendadak mampir di tengah-tengah kita. Berikut dengan bulir air yang membasahi kedua sudut matamu.

Apa yang terjadi?
Aku tidak mengerti.

Kamu sampaikan kata maaf yang sebetulnya tidak aku ketahui betul-betul arti yang tersimpan di dalamnya. Aku gunakan ibu jari untuk mengusap pergi bulir air yang pasti menganggu pandanganmu. Meski begitu, aku tidak masalah kalau kamu masih mau menangis untuk meluapkan emosi yang berkecamuk dalam dirimu; apa pun itu.

"Menangislah, kamu tidak perlu minta maaf," kataku sebelum menarikmu ke dalam pelukan; biarkan kamu runtuhkan seluruh pertahananmu. Barangkali kamu masih mau menangis. Kamu boleh menangis dalam pelukanku. "Kamu boleh menangis sekencang-kencangnya, kalau mau. Aku bakalan tetap di sini," imbuhku seraya mengusap dan menepuk pelan punggungmu.

Kamu tadi bilang; kamu tidak berniat pergi, 'kan? Maka genaplah sudah, aku sudah sampaikan pula kalau aku akan tetap di sini. Aku tidak akan pergi ke mana pun, kecuali kamu yang putuskan secara sepihak untuk meninggalkan aku.

Salam hangat,
Senjakala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡