Kamis, November 11, 2021

425 ㅡ Meraki: Jangan tinggalkan aku.

Jantungku berpacu begitu cepat.

Pertama, karena kamu selalu mampu memberikan aku sesuatu yang buat aku dan jantung tidak bersahabat baik. Jantung berpacu tanpa aba-aba dariku, namun aku teramat sangat menikmati setiap dentuman yang dihasilkan.

Kedua, karena aku khawatir. Aku cemas kalau pada akhirnya aku membuat suatu keputusan yang salah; di mana ini menjadi akhir dari kisah yang bahkan belum sempat aku mulai sama sekali.

Kata maaf tidak lagi terasa menenangkan, malah terdengar bagai tersimpan berjuta arti yang buat aku sesak napas hingga berniat kehilangan kesadaran, dan berharap dengan ini kamu tidak jadi tinggalkan aku ke mana pun langkah membawamu pergi.

Aku serela itu. Aku rela menyakiti diriku sendiri demi mencegah kamu pergi, tapi tampaknya lidahku terlalu kelu untuk sampaikan apa pun. Aku tidak tahu harus mencegatmu dengan cara apa lagi. 

Kecupan yang kamu buahkan pada keningku terasa asing. Aku tidak bisa rasakan manis yang semula basahi birai ranumku beberapa saat lalu. Pesan yang kamu ucapkan tidak buat aku tenang. Aku kalang kabut. Aku harus apa lagi? Aku tidak tahu.

Akhirnya di tengah kekalutan yang aku rasakan, aku tuturkan satu kalimat dengan begitu lirih, "Jangan tinggalkan aku."

Bersama dengan ungkapan hati itu, aku meraih tanganmu; mencengkram pergelangan tanganmu kuat-kuat. Aku tidak mau kamu pergi. Barangkali aku diperkenankan untuk sedikit egois, manja, dan apa pun ciri khas seorang anak kecil yang sedang berusaha membuat kebahagiaan tetap tinggal di sisiku. Aku pula mengecup punggung tanganmu.

Salam hangat,
Senjakala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡