Aku tidak sama sekali merasa ini salah. Buktinya tubuhku saja menerima segala bentuk afeksi yang kamu sampaikan lewat cumbuan ini dengan begitu tenang. Ah, tidak setenang itu. Ada sedikit kekhawatiran yang sekelebat muncul setiap kali aku berusaha menikmati setiap sentuhan darimu. Aku tidak tahu pastinya, tapi aku tahu kalau aku belum sesiap itu untuk mulai semua ini dengan sentuhan dari luar.
Maka dari itu, ketika decakan terakhir terdengar, aku buka mataku perlahan; pastikan diriku merekam sejelas-jelasnya ekspresi yang kamu ciptakan saat ini. Akhirnya ada waktu yang bisa aku gunakan untuk mengatur napasku. Barangkali aku belum ketahui secara pasti; bagaimana cara berciuman yang baik dan benar, hingga bisa-bisanya aku kehabisan napas macam tadi.
Aku mampu dengan mudahnya memindai tiap-tiap lekuk parasmu saat ini, karena jarak di antara kita masih terlampau dekat untuk bisa kembali berciuman. Namun, aku tahan. Biar terjadi lagi di lain waktu.
Bisikan ucapan terima kasih darimu sempat buat aku menutup mataku sekilas. Suaramu yang diperdengarkan secara dekat buat jiwa dan ragaku tergelitik. Aku menarik kedua sudut bibirku hingga buahkan senyuman kecil.
"Terima kasih juga," balasku dengan tenang. "Jadi, kamu sudah ngantuk, belum?"
Aku berusaha mengganti topik, sebab pipiku pasti masih tampilkan rona kemerahan akibat apa yang barusan kita lakukan. Tubuhku pun agaknya menghangat. Aku mau ajak kamu kembali bersembunyi di pelukanku, tapi aku khawatir kamu bisa dengar debaran jantungku yang masih belum juga balik normal.
Salam hangat,Senjakala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡