Senin, Februari 21, 2022

527 ㅡ Aku selalu bawa kuasku ke mana pun aku pergi.

Aku selalu bawa kuasku ke mana pun aku pergi.
Cuma berjaga kalau-kalau aku perlu tutupi diri;
agar tak ada yang lihat aku yang asli.

Alasan klasik;
takut pamerkan rupaku yang sungguhan.
Namun, bolehkah aku cerita soal obsesi sederhana?

Aku tidak pernah tahu apa alasannya, tapi aku pikir tiap-tiap insan pasti punya obsesi terhadap satu hal kecil. Iya, aku sendiri punya segudang hal yang kerap buat aku terobsesi.

Bila boleh cerita sedikit, aku punya obsesi untuk kupas jeruk tanpa terputus, pula terbiasa kosongkan halaman pertama buku catatan baru, gigit kuku jemari kala dilanda panik, dan paling-paling; aku suka amati sapaan tangan para pengemudi bus.

Nah, sekarang aku akan kupas sedikit demi sedikit tentang obsesiku yang terakhir. Obsesi yang mungkin terasa aneh dan asing bagi beberapa insan, tapi aku harap kamu tidak pandang aku sebelah mata.

Bila tengah naik bus, adakalanya bus yang aku naiki berpapasan dengan bus bernomor lain dari perusahaan yang sama—datang dari arah berlawanan. Di momen itu, para pengemudi bus saling beri sapa berupa gerakan tangan sederhana.

Aku sangat teramat suka amati sapaan tangan yang mereka beri, sampai-sampai kalau ada bus dengan nomor lain muncul dari kejauhan—jantungku berpacu begitu cepat, dan aku mulai tatap pengemudi bus dengan saksama. Lucu, ya? Aneh, 'kah?

Meski sapaan tangan itu cuma gestur sederhana, jujur saja terkandung kepribadian masing-masing pengemudi di sana. Lagi-lagi, walau gerakan yang mereka ciptakan berujung sama; sudut tangan, ekspresi, serta atmosfer yang diciptakan oleh tiap-tiap pengemudi terasa berbeda.

Ada salam yang seolah-olah katakan, "Oi, hari ini kamu sudah bekerja keras!" dengan sekencang-kencangnya. Ada pula salam yang rasa-rasanya bagai tuturkan, "Hai, aku tahu kamu sudah bekerja sangat keras hari ini!" tanpa segan. Kemudian, ada resah hati yang disampaikan lewat kalimat, "Ah, hari ini aku sangat tidak bersemangat!"

Adakalanya aku lihat ada pengemudi beri salam dengan pose yang keren. Sapaan tangan itu lurus dan tegap, kemudian aku pun berpikir, 'Ah, semuanya berjalan dengan lancar dan baik-baik saja,' lalu seketika aku merasa tenang.

Tatkala ada penumpang tanyakan rute bus, atau bila pengemudi lewatkan waktu yang tepat untuk saling beri sapa, terkadang malah aku yang kecewa. Aneh, memang.

Sejujurnya aku sendiri merasa bahwa obsesiku ini sungguh aneh. Namun, berkat obsesi ini, aku bisa dapatkan kebahagiaan yang sederhana hampir setiap saat.

Salam hangat,
Senjakala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡