Aku berhenti berharap pada titik hilang. Pada serangkaian takdir semrawut, aku tersungkur kala mendengar kabar bahwa pelayar terbaik, yang telah berjanji akan membawaku ke ujung semesta dengan melampaui segala keterbatasan, dikabarkan tidak akan pernah kembali pulang.
Tiada lagi asa dan rasa.
Tiada lagi kita dalam cerita.
Tiada lagi cinta yang sempurna.
Ternyata Tenggara lebih mencintai pelayaran daripada aku. Ternyata Tenggara lebih memilih berenang bersama ikan-ikan bercorak warna-warni, berwujud besar-kecil, dan bergerak lambat-lekas di laut lepas. Aku tetap menolak menggantikan kenangan bahagia dengan larutan luka. Aku masih menantikan sinyal-sinyal datang dari debur ombak yang berkejar-kejaran.
Berhari-hari aku berkunjung ke pelabuhan demi menyambut kepulangan Tenggara ke rumah. Aku mengelilingi setiap sudut pelabuhan untuk mencari jejak-jejak kaki yang ditinggalkan Tenggara. Enggan terbuai ekspektasi, aku melempar tanya kepada semesta dalam hati. Apabila Tenggara boleh menyampaikan pesan terakhir untuk aku yang dengan penuh kasih akrab dia panggil peri cinta, kira-kira bunyinya seperti apa?
Seketika segerombolan awan menampilkan presensi, menorehkan warna abu-abu pada permadani angkasa yang semula cerah. Gemuruh ikut menggelegar, meminta perhatian siapa saja yang mendengar.
Langit berseteru dengan laut; saling menyahut seolah-olah mereka sedang merundingkan sesuatu tanpa takut. Hati kecilku yang berselimut harapan lantas seperti dijadikan badut, sebab aku disuruh diam-diam berdiri di tengah-tengah mereka. Gemuruh gaduh di langit luas itu hendak memanggil siapa? Debur ombak di laut lepas itu hendak mengutarakan apa?
"Senjakala, rayakanlah duka dengan tawa. Meski senyumanmu hilang arti tanpa aku di sisi, percayalah kita pasti akan dipertemukan kembali suatu hari nanti. Sebab kamu membawa serpihan hatiku di setiap langkah, maka hiduplah terus bersama setengah jiwaku, Senja. Sejatinya aku sudah pulang, maka kini kamu pun tak perlu lagi melewati penantian panjang. Aku sudah berkawan dekat dengan banyak ikan, ombak-ombak, angin kencang, dan burung-burung. Kelak bukalah telingamu lebar-lebar ya? Setiap kali kamu dengar dersik angin berbisik, burung-burung berkicau, dan debur ombak berkejaran; ingatlah, dari dasar laut, aku sedang merindukanmu."
Salam hangat,Senjakala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡