Jumat, Maret 04, 2022

538 ㅡ Are we going to meet again?

Katanya hidup harus terus berjalan karena waktu selalu bergulir ke depan. Jam rusak pun enggan berlari ke belakang hanya demi melewati angka yang sama dua kali. Suka atau tidak, percaya atau tidak, semua pergerakan jarum jam dilakukan dari depan dan untuk masa depan. Senantiasa melewati angka yang sama berkali-kali bukan berarti gemar sekali mengulang hari. Jam waktu mengajarkan Senjakala untuk berhenti mengharapkan cinta yang sebenarnya tidak pernah ada.

Perpisahan yang terjadi lebih dari lima tahun lalu masih menyisakan luka. Entah apalah isi kepala Tenggara kala itu yang menjadikan seluruh entitas sepenjuru semesta seolah-olah adalah musuh bebuyutannya. Senjakala termasuk salah satu insan yang ditinggalkan Tenggara tanpa tahu apa-apa.

Kotak memori seketika terbuka dan rasanya sangat sesak. Senjakala bungkam seribu bahasa, sebab ia kehabisan kata-kata soal bagaimana menanggapi fakta yang barusan tertangkap rungu. Tenggara dan Purnama akan bertunangan.

Senjakala hanya berusaha menyelesaikan misi. Bagaimanapun caranya Tenggara harus lekas mengakhiri pertemuan ini. Apa gunanya berjumpa jika akhirnya harus kembali berpisah?

Adalah kesalahan besar jika Senjakala menghampiri Tenggara dengan harapan ingin bisa bersama. Kini tembok di antara Senjakala dan Tenggara akan jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Setelah ini, Tenggara akan pergi lebih jauh lagi. Tenggara akan bahagia sendiri, tanpa Senjakala di sisi. 

"Are we going to meet again, Senja?"
"Tenggara, I'd never want to meet you again."
"Why?"
"You're going to be someone's husband."
"Senja, we can still be friends."
"... and that someone is my best friend, Tenggara."
"I just want to be there for you, Senja."
"No, you can't."
"Yes, I can."
"Then tell me, Tenggara. How?"
"..."
"See, Tenggara. You've already lost me, and I'm not sorry."

Detik itu juga Tenggara menolehkan kepala dalam usaha melihat corak warna yang dilukiskan Senjakala di wajah. Sepasang netra merekam lekuk-lekuk rupa jelita milik Senjakala. Senjakala, putri seindah panorama senja yang sedari dahulu tak henti-hentinya ia puja. Bagi Tenggara, Senjakala adalah personifikasi cinta murni dan semesta abadi.

Senjakala bertahan. Pandangan tak berminat dibawa bersirobok dengan manik kembar Tenggara. Air muka khawatir lantas menghiasi paras kala ekor mata mendapati Tenggara menatapnya dari samping.

"Kamu bahkan belum memberikan aku penjelasan apa pun," kata Senjakala membuka suara setelah hening dibiarkan menginterupsi barang sejenak. "Setidaknya sebelum kamu bertunangan, aku ingin mencoba memahami alasan kamu pergi meninggalkan aku.  Lebih dari lima tahun sudah, dan rasanya cukup bagi aku untuk menunggu kepulangan kamu. Sekarang sudah saatnya aku merelakan kamu pergi. Tenggara, I'm letting you go."

"I'll tell you everything. I won't leave anything out, Senja."

Tenggara, in my next life, I'd like to be me, and I'd like to meet you again. Maybe everything will be different. Maybe I'll finally understand. Finding you was really hard, but loving you is so easy. Thank you for holding my hand, and thank you for letting me go.

Salam hangat,
Senjakala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡