Teruntuk Senjakala (2031),
Anak itu polos. Ia seperti lautan jernih, hingga kita bisa melihat pasir indah yang terhampar di dasarnya, ikan-ikan yang menyelam di dalamnya, bahkan bayangan perahu yang kita naiki pun dapat terlihat.
Ia yang terbiasa mengekspresikan dirinya itu tidak berusaha menyembunyikan perasaannya. Jika ada hal yang membuatnya sedih, ia pun menangis. Jika ada seseorang yang disukainya, ia juga tahu cara mengutarakan isi hatinya melalui kata-kata.
Sesungguhnya, aku iri padanya. Sosok murni yang tampaknya tumbuh tanpa cacat dan kesulitan, sosok yang dapat terlihat lucu seperti anak kecil tapi juga tampak dewasa, sosok yang menunjukkan kepolosan dan kemurnian yang bisa dirasakan dari orang-orang yang belum beranjak dewasa.
Sementara itu, aku tidak bisa melihat apa pun di dalam lautku.
Di sisi lain, aku merasa lega kedalaman lautku tidak terlihat, karena di dalam lautku tidak ada ikan-ikan cantik yang berenang dengan riang serta pasir indah yang terbentang seperti dasar laut anak itu. Karenanya, aku ingin terus menutupi lautku. Aku tidak ingin menunjukkan lautku yang kosong kepada siapa pun. Aku tidak ingin hati yang tumbuh bengkok ini diketahui oleh orang lain.
Aku berharap bisa memiliki seseorang yang bisa melihat hal-hal tersembunyi dalam diriku. Sebab rasa rendah diriku ini terlalu mengganggu, dan aku merasa terkurung dalam rasa rendah diri yang buruk itu. Rasanya aku butuh sesuatu yang bisa aku tunjukkan, sesuatu yang tidak ingin aku sembunyikan dari orang lain.
Jika ada yang melihat diriku yang gelap ini dan mengatakan bahwa aku adalah yang paling bersinar di dunia, meskipun sedikit, mungkin akan ada cahaya yang datang dan menerangi diriku. Aku rasa akan ada seekor ikan yang menyelam di dalam lautanku yang gelap ini.
Dari Senjakala (2021).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡