Teruntuk Senjakala (2029),
Hari ini banyak yang terjadi. Sejak kemarin sudah persiapkan segala sesuatu, tetapi nyatanya bibir masih saja menggerutu. Meski begitu, aku sungguh merasa Tuhan tak pernah tinggalkan aku. Aku adalah salah satu anak-Nya yang diberkati.
Semalam kurang tidur. Aku pergunakan waktu sebaik-baiknya untuk mengatur seluruh rangkaian laporan yang harus aku kumpul besok.
Semalam suntuk aku bekerja dengan giat demi hari ini ke kampus untuk mencetak ratusan lembar kertas yang akan menentukan nasibku.
Sebab kami adalah pejuang gelar Sarjana Desain, maka urusan tulis-menulis sebetulnya tidak terlalu penting. Namun, ikuti kurikulum yang ada, kami harus tetap sibuk keluar-masuk ruangan bimbingan untuk benahi laporan yang sebenarnya bisa diungkapkan saja saat sidang.
Penjelasan mengenai kaidah pembuatan laporan pun minim. Koordinator program studi hanya adakan briefing untuk mengumpulkan para mahasiswa saja. Selain itu, detail terkecil penulisan harus dilihat di mana?
Bisa buka di pedoman terbaru, kata Ibu Koordinator.
Faktanya, pedoman diunggah mendekati Hari-H pengumpulan. Memang kita bisa langsung mengubah saat pedoman diterima? Kita punya kehidupan juga, bukan robot depan komputer.
Sudah bergadang kerjakan gambar kerja, kini harus dipusingkan dengan laporan semata.
Tenang.
Harus sabar.
Apalagi ditambah kedua orang tua yang selalu tanyakan kapan selesainya tugas yang dikerjakan sedari beberapa hari lalu. Jua pertanyaan; masih banyak tugasnya sampai kita sekeluarga tidak bisa ke mana-mana?
Iya, salah memang, apabila pertanyaan itu dibalas dengan amukan yang menyuarakan kekesalan dikarenakan tugas yang tak kunjung selesai dikerjakan, tetapi tak mampu hati menyimpan perasaan iri pada mereka yang bisa sesuka hati pergi ke mana pun mereka kehendaki.
Setelah jawab dengan marah-marah, di penghujung hari, aku selalu dirundung pilu, sebab merasa buruk sudah berlaku demikian pada kedua orang tua. Meski begitu, karena mereka pula aku bisa bertahan; berdiri sendiri hingga hari sidang tinggal menghitung hari.
Oleh karena itu, dengan perasaan bangga pada diri yang sudah berhasil selesaikan misi pembuatan laporan, aku hampiri Mas Percetakan yang semalam sudah pasti terima kiriman tugas dariku, yaitu untuk mencetak laporanku sebanyak empat eksemplar. Namun, nihil.
Sesampainya aku di sana, laporan yang aku kirim semalam belum juga ada bentuk fisiknya. Aku dibuat cukup menggigit bibir untuk menahan kekesalan yang sempat nyaris memuncak. Walau ingin marah, aku masih bisa menahannya, sebab tahu betul mungkin aku juga salah.
Mungkin aku mengirimkan tugasku di saat kesibukan melanda, dan karena aku butuh tenaga Mas Percetakan, aku menahan diri. Aku hanya berdoa kepada Tuhan agar laporan sebanyak empat eksemplar bisa selesai dicetak sebelum pukul lima sore. Aku tak ingin pulang malam.
Berharap dalam hati, pun bersamaan dengan itu, doa aku ucap dalam diam. Aku tersenyum kepada Mas Percetakan dan berkata, "Mas, tolong saya, ya. Saya mau selesain semua tugas saya hari ini. Jadi, saya mau sekalian fotokopi lalu jilid setelah ini."
Tak ingin memaksa Mas Percetakan untuk buru-buru, tetapi dia harus tahu bahwa aku hanya punya sedikit waktu. Secara halus saja, sebab tak pandai diri ini memaksa. Permintaan tolong itu disambut baik oleh Mas Percetakan. Diusahakan adalah jawaban terbaik.
Aku berterima kasih kepada Mas Percetakan saat laporanku yang dicetak sebanyak empat eksemplar sudah berada dalam genggaman. Aku tersenyum cerah, sebab kini tinggal fotokopi dan memberikan laporan itu kepada Mas Penjilidan. Ternyata aku salah.
Aku melirik isi laporan teman satu angkatanku yang juga sedang fotokopi. Dia datang duluan, jadi aku menunggu giliran. Aku melihat isi lampiran yang dia berikan di dalam laporan, dan seketika aku menepuk jidat. Aku melupakan satu hal krusial.
Terburu-buru aku kembali menghadap Mas Percetakan, sebab masih ada keperluan yang datang mendadak. Padahal niat sudah ingin lanjut ke tahap yang lebih tinggi, ternyata kembali lagi ke awal. Aku mencetak ulang beberapa halaman untuk dijadikan lampiran.
Mas Percetakan membantuku dengan sabar. Dia tak menutup toko dulu, dan memberikan dorongan support yang luar biasa. Dia berkata tinggal sebentar lagi aku akan lulus. Jadi, aku diminta bersabar kalau harus bolak-balik tempat cetak, fotokopi, dan jilid.
Terima kasih banyak untuk Mas Percetakan dan teman satu angkatan yang tidak aku ketahui siapa namanya. Kalian sudah membantuku untuk menjadi selangkah lebih baik dalam mengerjakan tugasku. Aku sangat berterima kasih kepada teman satu angkatanku itu.
Dengan melirik laporan miliknya, aku jadi tahu apa yang harus aku tambahkan dalam lampiran. Untung saja aku membawa datanya juga, sebab laptop aku tinggal di rumah karena berat. Dengan bantuan Mas Percetakan, laporanku selesai sebelum pukul lima sore.
Walupun masih ada perubahan setelah percetakan pertama, aku masih saja menyelesaikan tugasku sebelum pukul lima sore. Aku sangat bersyukur. Setelah dari tempat percetakan, aku langsung menuju tempat fotokopi.
Di tempat fotokopi, aku juga dibantu oleh mereka untuk mempercepat proses fotokopi. Mereka langsung mengkopi lembar yang aku minta dan sebelum pukul enam, laporanku sudah siap dijilid.
Entah bagaimana, rasanya aku tak mampu ungkapkan perasaanku saat itu.
Aku berterima kasih. Aku bersyukur kepada Tuhan karena sudah memberikan orang-orang baik ke dalam hidupku. Teguran kecil, gejolak perasaan, keinginan untuk berhenti di sana; semua diberikan dalam bentuk ujian. Meski begitu, Tuhan tidak pernah tinggalkan aku.
Tuhan memberikan ujian kepadaku, tetapi Dia juga menuntunku untuk menjadi lebih baik. Jika aku tidak bisa melihat hal-hal baik yang sudah Dia siapkan kepadaku melalui ujian ini, mungkin aku sudah putus asa dan menyerah, tetapi puji Tuhan, aku melihat semuanya.
Terima kasih untuk ujian hari ini. Terima kasih karena dengan ini, aku tahu bagaimana rasanya bersabar dan terus melangkah. Aku tahu bagaimana harus berjalan di kala kebingungan melanda. Aku tahu seberapa Engkau mencintai aku. Aku tahu Engkau selalu menyertai aku.
Dari Senjakala (2019).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡