Teruntuk Senjakala (2029),
Masih banyak dari mereka yang memperjuangkan hidup dengan air mata tanpa mengetahui, bahwa Tuhan menciptakan mereka sempurna. Melalui ini, aku ingin sampaikan pesan semesta, bahwa kita semua pantas bahagia.
Suatu hari, kala mentari masih berdiri menyinari seisi bumi, aku dan seorang kawan melaksanakan janji temu. Dengan alasan rindu yang menggebu, kami bertemu tanpa ragu. Sesampainya di tempat yang dituju, tampaknya ada sesuatu yang buat kawanku ini merenung.
Apakah itu?
Entahlah, aku tak berani bertanya, sebab takutnya hal-hal yang bersifat pribadi sedang mengisi pikirannya. Namun, nyatanya keadaan tak kunjung membaik. Malah semakin buat aku panik. Aku pun akhirnya mendesak; minta dia bagi cerita.
Ternyata, ini semua gara-gara aplikasi pencarian jodoh yang dimulai dari huruf 't' dan berakhir dengan huruf 'r'. Memang salah aku, karena aku ajak dia mencoba peruntungan dengan main aplikasi itu, tetapi hanya main, harusnya tak perlu dipikirkan terus.
Salah aku juga, karena aku tak beri dia pengertian, bahwa semua ini tak perlu dijadikan alasan untuk sengaja tampil menawan. Tak perlu pula dijadikan landasan untuk rendahkan diri di depan pria.
Zaman sekarang, memang sulit untuk percaya jodoh pasti bertemu.
Namun, sebesar apa pun harapan itu, sebesar apa pun rasa sayang kepada seseorang itu, jika Tuhan tak berkenan, maka semuanya tak akan ke mana-mana. Dan siklus patah hati hingga menjadi sakit akan selalu berulang sampai pertemuan sepasang teman sejiwa terjadi.
Maka dari itu, tak perlu rendahkan diri; tak perlu bersedih hati; tak perlu hancurkan mimpi; tak perlu merasa iri; tak perlu luapkan emosi, cukup yakini, jika tak berujung saat ini, maka suatu hari nanti akan menjadi lebih baik lagi.
Harus percaya.
Aku katakan kepada dia, bahwa tak ada yang mau hidup seorang diri. Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan. Tentu, aku pun sama. Ingin punya seseorang untuk berbagi rasa; yang aku semogakan bisa menjadi teman hidupku yang setia sampai rambut memutih.
Sebab aku jarang keluar rumah dan bergaul, saat aku dengar ada aplikasi pencarian jodoh, aku langsung ikut ambil bagian! Siapa tahu, apa yang 'siapa tahu' benar-benar menjadi 'masa depanku'.
Sebab aku percaya, jodoh ada di mana saja.
Berbeda dari dia yang ada di hadapanku ini, aku punya pegangan yang kuat, bahwa aku lebih daripada yang aku pikirkan. Mereka yang melewatkanku, bukan jodohku. Mereka yang tidak memilihku, ya berarti tidak untuk menjadi milikku.
Oleh karena itu, aku sampaikan juga kepada dia, bahwa aku bahagia dengan keputusan ini, yaitu untuk menunggu sembari membenahi diriku. Agar suatu hari nanti, saat waktunya sudah tepat, dan segalanya menjadi istimewa, aku siap melangkah dengan bangga.
Aku siap jadikan hari itu hari paling bahagia dalam hidupku. Jadi, aku harap kamu pun sama. Kita sama-sama bawa diri kita menuju versi terbaik. Jangan panik, jangan berbalik. Semuanya akan baik-baik saja. Jadilah dirimu sendiri.
Kamu tak perlu rendahkan dirimu, untuk dapatkan perhatian mereka yang memandang.
Kamu tak perlu jadi seperti orang lain, untuk dapatkan kesempatan memiliki kekasih.
Kamu tak perlu ragukan dirimu berharga, hanya karena belum bertemu jodoh.
Semua ada waktunya.
Semesta punya rencana.
Aku, kamu, dia, kita—semua hanya mampu gunakan segala cara untuk tetap berjalan ke sana.
Jangan goyah, apalagi menyerah.
Jangan meragu, sebab ada aku yang akan mendukungmu.
Aku tak punya apa-apa.
Aku tak cantik!
Aku juga tak pintar.
Apakah aku pantas bahagia?
Mana ada yang mau dengan aku yang bodoh, jelek, dan tak punya apa pun untuk dibanggakan ini?
Aku pasti selamanya sendiri.
Kawanku serukan itu padaku. Aku terlonjak. Terkejut setengah mati. Mengapa bisa dia bicarakan dirinya senegatif itu? Bukankah Tuhan menciptakan kita semua sempurna? Hanya cara pandang saja yang selalu membuat manusia tampaknya berbeda.
Padahal semua sama.
Dari Senjakala (2019).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡