Sejujurnya saat aku sampaikan bahwasanya aku rindu presensimu di sampingku, aku tidak dambakan jawaban atau reaksi apa pun. Itu semua murni ungkapan yang refleks lolos dari birai ranumku; yang mana sepenuhnya berasal dari hati. Namun, ketika kamu balaskan dengan kenyataan kalau kamu pun merindukan aku, ada kelegaan tersendiri yang membuncah dalam dada.
Bagai aku adalah pemenang terbaik dari antara yang terbaik, aku terenyum lebar. Selebar itu senyumanku sampai-sampai rasanya mataku bisa saja hilang; membentuk bulan sabit yang hanya boleh dipertontonkan di depanmu seorang.
Kamu yang kini sudah berada di posisi duduk membuat aku sempat bertanya-tanya. Belum juga aku berikan sahutan apa pun soal kerinduan, kamu minta aku menunggu sebentar? Ah, tentu saja bukan masalah, kok.
Salam hangat,Senjakala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡