Yang selamanya, cinta.
Katanya.
Ketika terungku pada arti cinta yang bukan luar biasa,
berharap selamanya adalah waktu yang singkat untuk orang kecil.
Aku aminkan semua cinta, selamanya.
Aku, adalah orang kecil. Aku hanyalah sebagian kecil dari penghuni semesta yang terkadang dipandang sebelah mata. Terlalu kecil hingga terkadang dianggap tak punya arti. Menjadi tidak peduli malah menjadikan diri tak pernah dianggap harus mendapat penjagaan yang semestinya dari segala luka. Menjadi sangat perasa malah menjadikan hati pantas untuk dibanting. Menjadi salah satu jiwa yang berharap orang lain bisa bahagia malah menjadikan kebahagiaan diri sebagai sesuatu yang tak mampu diraih.
Aku, serba salah. Jika aku mulai hanya mementingkan diri sendiri, apa jadinya semesta ini? Jika aku mulai marah saat aku ingin, apa jadinya atapku yang sudah terlalu bising ini? Jika aku menangis setiap ada luka kecil, apa jadinya aku yang sudah kecil ini? Jika aku bahagia setiap diberi kesempatan untuk tertawa oleh semesta, apa jadinya aku yang tidak terlalu mengamini bahagia bisa selamanya ini? Terlalu banyak pertanyaan yang berenang di kepalaku, pun tak pernah ada jawaban yang aku harapkan datang sesuai keinginan.
Aku, takut. Aku yang selalu mengumandangkan kepada sahabat-sahabat semesta untuk perjuangkan segala impian, beri segala cinta tanpa pamrih, dan percaya bahwa semua luka akan sembuh sendirinya, perlahan mulai runtuh dari segala pertahanan yang sudah dibangun dari sejak lama. Aku takut pada kenyataan bahwa aku tidak mampu menjadi seseorang yang aku bayangkan bisa berkontribusi untuk jadikan semesta tempat yang nyaman untuk ditinggali. Aku takut, aku tak mampu lagi bawa segala pilu di pundak. Aku takut, aku tak mampu lagi kuatkan semua yang lemah. Aku takut, aku tak mampu lagi berusaha bisa bahagia karena aku tak pernah dapatkan yang sesungguhnya.
Aku, percaya. Meski begitu, aku percaya cinta di dunia ini murni. Cinta itu ada yang berbentuk, tetapi ada yang tidak. Kamu perlu tahu, bahwa bentuk cinta itu beragam. Jadi, semua luka yang kamu terima juga adalah salah satu bentuk cinta yang mendewasakan kamu. Tak perlu melulu melihat cinta itu penuh dengan tawa. Cinta itu juga bisa dari air mata. Walaupun amarah juga bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk cinta, tetapi perlu ditilik lagi, bahwa amarah itu bentuk cinta yang paling tidak dewasa. Maka aku ingatkan kamu, jangan pernah marah saat kamu hanya dilingkupi emosi. Jangan pernah kamu ucapkan kata yang menyayat hati saat nantinya kamu akan menyesali semua itu. Jangan pernah kamu sengaja tinggikan suara hanya untuk minta perhatian, sebab itu terlalu berat untuk dicerna oleh sosok yang mengaku adalah sebagian kecil penghuni semesta. Amarah bisa meninggalkan luka. Lebih baik banyak tawa yang bisa buat bahagia diciptakan dalam rumah.
Oleh karena itu, bersama denganku yang hanya sebagian kecil penghuni semesta ini, kita bersama mencari cinta yang selamanya, ya. Bahagia yang selamanya, dan tawa yang tak pernah digantikan dengan amarah. Percaya, kita semua pantas bahagia.
Salam hangat,Senjakala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisanku ♡